Kebijakan dan strategi nasional konservasi

15 memiliki peranan penting dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan, karena memiliki pengetahuan dan praktek-praktek tradisional ‘. Peran masyarakat adat yang berkaitan dengan pelestarian alam juga diakui oleh UU No. 41 tahun 1999. Pada penjelasan pasal 34 dinyatakan bahwa: “Pengelolaan kawasan hutan untuk tujuan khusus adalah pengelolaan dengan tujuan-tujuan khusus seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta untuk kepentingan sosial budaya dan penerapan teknologi tradisional indigenous technology. Untuk itu dalam pelaksanaannya harus memperhatikan sejarah perkembangan masyarakat dan kelembagaan adat indigenous institution serta kelestarian dan terpeliharanya ekosistem.

2.1.4 Kebijakan dan strategi nasional konservasi

Kebijakan nasional tentang konservasi sumberdaya hayati dan ekosistemnya secara umum mengacu kepada Garis-garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1998–2003, merupakan bagian integral dari kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara menyeluruh. Kebijakan nasional yang tercantum dalam GBHN tersebut sebagai acuan bagi departemen teknis yang memiliki tugas pokok dan fungsi menyusun perencanaan dan program serta mengelola kawasan konservasi seperti Departemen Kehutanan dan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam menyusun program dan kegiatan. Menurut Sembiring dan Husbani 1999, GBHN 1998 – 2003 telah memuat 9 sembilan hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup sebagai berikut: 1 Pembangunan lingkungan hidup diarahkan agar lingkungan hidup dapat tetap berfungsi sebagai pendukung dan penyangga ekosistem kehidupan dan terwujudnya keseimbangan, keselarasan, dan keserasian yang dinamis antara sistem ekologi, sosial ekonomi, dan sosial budaya agar dapat menjamin pembangunan nasional yang berkelanjutan. 2 Pembangunan lingkungan hidup menekankan kepada peningkatan peran serta, tanggung jawab sosial, dan orgasisasi sosial kemasyarakatan. 3 Sumberdaya alam di darat, laut dan udara harus dikelola dan dimanfaatkan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat secara berkelanjutan dengan mengembangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan yang memadai agar dapat memelihara 16 kelestarian lingkungan hidup. 4 Menekankan peran lembaga fungsional pemerintah dan peran serta masyarakat. 5 Kondisi ekosistem darat, laut dan udara terus ditingkatkan untuk melindungi fungsi ekosistem sebagai pendukung dan penyangga sistem kehidupan. 6 Pemanfaatan bagi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan ekosistem. 7 Rehabilitasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang fungsinya rusak dan terganggu yang mengembangkan dan meningkatkan peran serta masyarakat. 8 Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan bertujuan pada penataan ruang yang serasi dengan perkembangan kependudukan, pola pemanfaatan ruang, tata guna lahan, tata guna sumberdaya air, laut dan pesisir serta sumberdaya alam lainnya yang didukung oleh aspek sosial budaya lainnya sebagai satu kesatuan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang harmonis dan dinamis. 9 Pengembangan kerjasama bilateral, regional dan international secara saling menguntungkan mengenai pemeliharaan dan perlindungan lingkungan hidup, alih teknologi dan sebagainya. Pertemuan puncak dunia mengenai pembangunan berkelanjutan di Johannesburg pada tahun 2002 mendeklarasikan bahwa: “Samudera, laut, pulau dan wilayah pantai merupakan satu komponen terpadu dan essensial dari ekosistem bumi yang sangat penting bagi ketersediaan pangan global yang aman untuk menjaga kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan ekonomi banyak negara, terutama di negara-negara berkembang . Memastikan pembangunan samudera yang berkelanjutan, membutuhkan koordinasi dan kerjasama yang effektif, termasuk pada tingkat global dan regional, diantara badan-badan yang berkepentingan dan tindakan-tindakan di segala tingkatan… ” Ward dan Hegeri, 2003. Arah kebijakan pembangunan lingkungan hidup dan sumberdaya alam tersebut menunjukkan prinsip-prinsip yang sangat mendasar dan harmonisasi antara keseimbangan, keselarasan dan keserasian sistem ekologi, sosial, ekonomi dan budaya. Pembangunan yang semata-mata menempatkan sistem dan fungsi ekonomi sebagai prioritas dan mengabaikan fungsi ekologi, sosial dan budaya akan menimbulkan masalah-masalah yang pelik dan konflik sosial yang berkepanjangan. Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk membangun dan 17 mengembangkan keseimbangan fungsi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya harus dapat terimplementasikan dalam berbagai perangkat kebijakan maupun program pemerintah. GBHN 1998–2003 cukup jelas menggambarkan perlunya melibatkan peranserta masyarakat. Namun demikian, arah pengembangan desentralisasi pengelolaan kawasan konservasi belum banyak disinggung. Dalam upaya mendorong upaya konservasi laut di Indonesia, berbagai negara dan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang konservasi seperti IUCN, UNEP dan WWF serta para pakar di bidang lingkungan hidup, pada tanggal 5 Maret 1980 telah mencetuskan strategi konservasi dunia world conservation strategy yang menjiwai upaya-upaya konservasi di setiap negara, termasuk Indonesia. 2.2 Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut 2.2.1 Perlunya pengembangan kawasan konservasi laut