2 Dalam melakukan investasi investor selalu menghitung biaya yang akan dikeluarkan.
h. Familiarity Investor menilai sesuatu berdasarkan familiarity sudah di kenal Nofsinger,
2005. Investor cenderung menginvestasikan dananya pada pada perusahaan yang sudah dikenalnya.
Indikator yang digunakan sebagai berikut : 1 Dalam berinvestasi investor memilih produk investasi yang lebih dikenal
atau diketahui. 2 Dalam menentukan perusahaan tempat investor berinvestasi, investor akan
memilih perusahaan yang lebih di kenal atau di ketahui.
2.2.2.2. Faktor Demografi Investor
Menurut Lewellen at all 1977, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan investasi investor yaitu behavioral motivation yang
dapat dilihat dari variabel demografi, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Selain itu menurut Warren dalam Lewellen
at all 1977 menyatakan bahwa pilihan investasi seseorang lebih berdasar kepada
gaya hidup dan karakteristik demografinya.
2.2.3 Pengaruh Faktor Psikologi Terhadap Perilaku Investor
Overconfident adalah salah satu faktor psikologi yang ditengarai
mempengaruhi perilaku investor faktor lain yang juga ditengarai mempengaruhi perilaku investor adalah Data Mining, Status Quo, Social Interaction, Emotion,
Mental Accounting, Representativeness, Familiarity, Considering The Past, Fear And Greed, Self Control, dan Loss Aversion. Overconfident
merupakan
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan orang untuk terlalu yakin dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, serta ketepatan dari informasi yang diperolehnya. Dalam study
yang dilakukan oleh Barber dan Odean 2001 memberikan bukti empiris bahwa investor pria lebih berani menanggung risiko dalam melakukan investasi
dibandingkan wanita. Faktor–faktor psikologi dapat membentuk perilaku keuangan investor dalam melakukan transaksi jual beli saham di bursa. Ritter
2003 mengemukakan bahwa “behavioral finance has two building blocks: cognitive psychology and the limit arbitrage pshycologi
”. Psikologi kognitif menyangkut bagaimana cara orang berfikir. Dalam beberapa literatur psikologi
juga menjelaskan bahwa orang sering membuat systematic error dalam cara berfikir investor misalnya overconfidence. Terkadang pilihan terhadap bagaimana
cara berfikir investor menimbulkan distorsi. Selain faktor overconfidence ada beberapa faktor psikologi lain yang di tengarai mempengaruhi perilaku investor
misalnya seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Tilson 2005 yang mengemukakan bahwa behavioral finance menjelaskan bagaimana dan mengapa
emosi dan kognitif error mempengaruhi investor dan menciptakan anomaly saham di pasar modal. Faktor emosi berkaitan dengan adanya badmood atau goodmood
seorang investor yang dapat mempengaruhi dalam transaksi jual beli saham dibursa. Emosi merupakan bagian penting dalam proses pengambilan keputusan-
keputusan yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi Nofsinger, 2005. Saat goodmood investor dapat mengembil keputusan dengan baik dan benar,
sebaliknya pada saat badmood, investor cenderung tidak dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Tilson 2005, ada beberapa hal yang menyebabkan kesalahan berfikir investor diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Overconfidence b. Projecting the immediate past into the distant future
c. Herd-like behavior social proof, driven by a desire to be part of the crowd or an assumption that the crowd is omniscient
d.Misunderstanding randomness; seeing patterns that don’t exist e. Commitment and consistency bias
f. Fear of change, resulting in a strong bias for the status quo g. “Anchoring”on irrelevant data
h. Excessive aversion to loss i.
Using mental accounting to treat some money such as gambling winnings or an unexpected bonus differently than other money
j. Allowing emotional connections to over-ride reason k. Fear of uncertainty
l. Embracing certainty however irrelevant m. Overestimating the likehood of certain event based on very memorable data or
experiences vividness bias n. Becoming paralyzed by information overload
o.Failing to act due to an abundance of attractive options, etc
2.2.4. Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Perilaku Investor