Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

diterapkan oleh pemerintah seperti yang tertuang di dalam buku panduan. Dari sini kita dapat melakukan evaluasi terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh pekerja sosial dalam rangka pelaksanaan peranan tersebut, seperti dalam proses rehabilitasi sosial ODK tubuh yang sedang kita bahas sekarang. Dalam hal ini, kita dapat mengidentifikasi peranan-peranan apa saja yang telah dan belum dilaksanakan para pekerja sosial, sehingga kita dapat mengetahui sampai sejauh mana peran tersebut dapat dipraktekan atau direalisasikan di dalam kehidupan panti atau pusat rehabilitasi www.rc-solo.depsos.go.id yang diakses pada hari jumat, tanggal 30 September 2011, pukul 22.00 WIB.

2.4 Kerangka Pemikiran

Masalah ODK tubuh merupakan salah satu masalah sosial yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus baik dari pemerintah, maupun masyarakat. Setiap manusia memiliki keinginan dan hak yang sama yaitu untuk dapat hidup sejahtera dan dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik, demikian halnya dengan ODK tubuh sebagaimana yang telah diatur dalam Undang- Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. Namun di dalam kehidupan nyata seringkali kita melihat para penyandang cacat mengalami perlakuan yang kurang baik di masyarakat, seperti perlakuan diskriminasi, merendahkan dan menghina para penyandang cacat dengan berbagai alasan, serta masih adanya keengganan masyarakat untuk dapat mengakui keberadaan penyandang tuna daksa. Hingga saat ini sarana dan upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap kedudukan, hak, kewajiban, dan peran para penyandang cacat telah dilakukan melalui berbagai peraturan perundang-undangan, yaitu yang mengatur masalah ketenagakerjaan, pendidikan nasional, Universitas Sumatera Utara kesehatan, kesejahteraan sosial, lalu lintas dan angkutan jalan, perkeretaapian, pelayaran, dan penerbangan. Akan tetapi, upaya perlindungan saja belumlah cukup ataupun memadai, dengan pertimbangan bahwa jumlah penyandang cacat akan meningkat pada masa yang akan datang, sehingga diperlukan lagi sarana dan upaya lain agar penyandang cacat dapat memperoleh kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Khususnya dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosialnya yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir dan batin. Panti Sosial diharapkan menjadi sarana dalam melakukan penanganan terhadap ODK melalui program- program rehabilitasi sosial. Salah satu panti yang ikut terjun langsung dalam penanganan terhadap orang dengan kecacatan tuna daksa ini adalah Panti Sosial Bina Daksa Bahagia yang berlokasi di Medan,Sumatera Utara. Dimana panti sosial ini telah memberikan penanganan terhadap ODK melalui berbagai program pelayanan rehabilitasi mulai dari medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi vokasional dan rehabilitasipendidikan. Adapun upaya peningkatan fungsi sosial yang dilakukan Panti Sosial Bina Daksa Bahagia terhadap ODK adalah: 1. Program advokasi sosial 2. Rehabilitasi sosial 3. Penyaluran dan bimbingan lanjut Universitas Sumatera Utara Keberhasilan dari upaya peningkatan fungsi sosial ODK adalah kembalinya fungsi sosial ODK dan berdayanya ODK di masyarakat dengan indikasi sebagai berikut: 1. Memiliki kemampuanketerampilan 2. Kemampuan bersosialiasi dan percaya diri 3. Memiliki pengalaman magang 4. Memiliki pekerjaan 5. Kemandirian klien Panduan Umum Pelaksanaan Bimbingan Sosial Penyandang Cacat Dalam Panti, 2007: 23. Universitas Sumatera Utara Program Penanganan ODK : Upaya Peningkatan Fungsi Sosial ODK 1. Pendekatan awal 2. Penerimaan 3. Assesment 4. Bimbingan Sosial, Mental, Fisik, dan Keterampilan 5. Resosialisasi 6. Bimbingan Lanjut

7. Terminasi

Bagan Alir Pikir Panti Sosial Bina Daksa Bahagia Orang Dengan Kecacatan ODK OUTPUT 1. Memiliki keterampilan 2. Kemampuan bersosialisasi dan percaya diri 3. Memiliki pengalaman magang Universitas Sumatera Utara Bagan 1

2.5 Defenisi Konsep Dan Defenisi Operasional