Lokasi Penelitian Jumlah Anggota Keluarga
Total 1-2 Orang
3-4 Orang 4 Orang
Kampung Nelayan 1
9 16
26
Total Presentase
3,80 34,61
61,53 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2009
Dari angka-angka pada tabel diatas, jumlah anggota keluarga di kampung nelayan yang menjadi responden, dapat dilihat bahwa sebagian besar penghuni tersebut
merupakan keluarga menengah 34,61 dan keluarga besar 61,53, hal tersebut juga mencerminkan kampung nelayan merupakan wilayah dengan
kepadatan yang tinggi, dengan acuan ketentuan NKKBS Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtra yaitu tidak lebih dari 4 orang artinya satu keluarga terdiri
dari ayah, ibu dan 2 anak dan dapat digolongkan keluarga bersar. Hal yang perlu diperhatikan tentang jumlah keluarga ini adalah semakin
banyak atau besar jumlah keluarga, maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan dari keluarga tersebut, sehingga sangat mempengaruhi pelayanan
persampahan.
4.2. Analisis Deskriptif Sistem Pengelolaan Persampahan
4.2.1. Aspek Teknik Operasional
4.2.1.1. Pola Operasional
Berdasarkan pengamatan selama survei dan pendekatan kelembagaan
terkait, maka pola operasional persampahan kampung nelayan dapat di analisis
sebagai berikut : 1.
Wilayah persampahan Kota Kupang telah mampu melayani seluruh wilayah kecamatan 4 kecamatan yang ada, namun prosentasenya masih
kecil untuk setiap wilayah kecamatan. Didaerah yang belum terlayani sementara ini daerah kampung nelayan yang pengelolaan sampahnya masih
dilakukan masyarakat sendiri, khususnya yang mempunyai pekarangan agak luas dengan cara menimbun atau membakar sampah di pekarangan
rumah dan banyak pula yang dibuang keselokan atau sungai, hal ini yang
mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan yang dapat berakibatkan
banjir.
2. Pola operasional untuk daerah permukiman kampung nelayan yang
berdekatan dengan jalan dilakukan secara door to door dengan gerobak atau kantong plastik. Akan tetapi pola ini sebenarnya kurang efisien
terutama sampah rumah tangga yang jauh dari TPS. 4.2.1.2. Kapasitas Sistem
Berdasarkan jumlah dan kondisi peralatan yang ada. Maka kapasitas sistem dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Sistem Pengumpulan
Mengingat saat ini jumlah peralatan yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang untuk alat pengumpul di kampung nelayan belum
ada sehingga alat pengumpul disediakan oleh respondenmasyarakat sendiri, maka bisa dikatakan sarana pengumpul tidak ada. Untuk memaksimalkan
pelayanan maka dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu: a.
Perlusan jangkauan pelayanan seperti petugas harus mesuk sampai ke lokasi permikiman yang tidak mendapat pelayanan tersebut.
b. Mengantikan TPS pasangan batu bata dengan Container.
2. Sistem Pemindahan
Sarana pemindahan yang berperan dalam pengelolaan sampah pada saat ini di kampung nelayan tercatat 5 TPS, namun begitu Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Kupang perlu memperhatikan masalah penyebarannya, karena dari hasil pengisian 26 kuesioner 76,92 atau 20 responden
menyatakan jarak TPS jauh dari tempat tinggal responden diatas 200 m akan tetapi masyarakat kampung nelayan tetap melaksanakan tanggung jawab
mereka untuk membuangnya di TPS dengan bentuk TPS permanen dari pasangan batu bata harus secara berkala dihilangkan, karena secara teknis
TPS jenis ini tidak perbaiki lagi. Keberadaan 5 TPS pada tahun 2006 masih kurang, oleh sebab itu pada tahun 2009 telah penambahan 4 TPS oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Kupang dan peletakannya pada daerah yang strategis dan sekaligus meningkatkan pelayanan persampahan. Sebuah wadah
3
4
y komuna
dengan Kota Ku
LOKASI
3. Sistem P
Juml Dengan
bervaria meningk
penamb gerobak
melayan
4.2.2. Asp