D. Pembuangan Akhir Sampah
Semua hasil pengangkutan sampah lebih lanjut dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir TPA yang mana dimaksudkan terjadinya proses
penyelesaian secara tuntas dengan cara pengelolaan atau pemanfaatan yang tepat.
a. Prinsip Pembuangan Akhir
Prinsip dari pembuangan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa,
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya setelah dilakukan pengolahan. Kegiatan operasi pembuangan akhir pada dasarnya
merupakan kegiatan merubah bentuk lahan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan, air, dan udara. Lokasi pembuangan akhir
sebaiknya sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota, sehingga tahapan berikutnya adalah membuat konsep perencanaan penataan kembali lokasi
pembuangan akhir sampah yang telah habis masa pakainya. Adapun persyaratan TPA pada umumnya adalah lokasi kedap air, daerah
tidak produktif untuk pertanian, dapat dipakai minimal untuk 5–10 tahun, tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air, dan jarak dari daerah pelayanan
+10 km, serta daerah bebas banjir.
b. Cara Pengolahan Sampah
a. Cara Pengolahan Sampah
Cara pengolahan sampah yang selama ini diterapkan pada kebanyakan
lokasi TPA di Indonesia adalah sistem landfill, diantaranya :
1. Lahan urugan terbuka atau open dumping tidak dianjurkan merupakan
sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam sistem pembuangan sampah, dimana sampah hanya dibuang atau ditimbun disuatu tempat
tanpa dilakukan penutupan dengan tanah sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap lingkungan seperti perkembangan vektor penyakit,
bau, pencemaran air permukaan dan air tanah, dan rentan terhadap bahaya kebakaran.
2. Lahan urugan terkendali atau Controlled Landfill yaitu lahan urug
terbuka sementara dengan selalu dikompaksi tiap tebal lapisan sampah
setebal 60 cm dan diurug dengan lapisan tanah kedap air 10-20 Cm dalam tiap periode 7 hari atau setelah mencapai tahap tertentu.
3. Lahan urugan penyehatan atau Sanitary Landfill yaitu caranya hampir
sama dengan diatas, hanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana pengendalian drainase, dan pengolahan leachate air luruhan sampah
serta proses pemilahan sampah yang tidak bisa diolah dengan sistem controlled landfill
seperti plastik dan sejenisnya. Disamping itu perlu juga dilengkapi sarana pengendalian pembuangan gas yang ditimbulkan
oleh fermentasi dari sampah. 4.
Pengomposan composting Pengomposan adalah sistem pengolahan sampah organik dengan
memanfaatkan aktivitas bakteria untuk mengubah sampah menjadi kompos proses fermentasi. Pengomposan dapat dilakukan berdasarkan
kapasitas individual, komunal, skala lingkungan dan proses alami, biologis dengan cacing, biologis dengan mikroorganisme tambahan.
Pengelolaan limbah padat didasarkan pada hirarki pengelolaan sampah Draft Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Persampahan,
Japan International Coorporation Agency , 2003, yaitu :
1. Pencegahan dan pengurangan sampah dari sumber.
Kegiatan pencegahan sampah dari sumber dimulai dengan kegiatan pemisahan sampah, misalnya untuk sampah organik dan anorganik.
Pemisahan merupakan bagian penting dalam hirarki pengelolaan sampah karena dapat menentukan keberhasilan hirarki keberhasilan pengelolaan
sampah berikutnya, meliputi : Reduce mengurangi : sebisa mungkin melakukan minimalisasi
barang atau material yang kita pergunakan, karena semakin banyak kita menggunakan material semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Reuse memakai kembali : sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang
disposable sekali pakai, buang. Hal ini dapat memperpanjang waktu
pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Recycle mendaur ulang : sebisa mungkin barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur
ulang, namun saat ini sudah banyak industri non formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Replace mengganti : teliti barang yang kita pakai sehari-hari, dan gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang
yang lebih tahan lama, serta telitilah agar kita hanya memakai barang- barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya : ganti kantong plastik
kita dengan keranjang apabila berbelanja, dan jangan menggunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami. 2. Pemanfaatan kembali
a. Pengomposan