Syarat-syarat Sahnya Sebuah Perjanjian

Sedangkan dalam perjanjiaan riil, suatu tindakan atau perbuatan disyaratkan karena sifat dari perjanjian itu sendiri yang masih emerlukan tindak lanjut dari salah satu pihak dalam perjanjian, agar syarat kesepakatan bagi lahirnya perjanjian tersebut menjadi ada demi hukum.

C. Syarat-syarat Sahnya Sebuah Perjanjian

Syarat sahnya suatu perjanjian datur dalam Pasal 1320 KUHPdt. Pasal 1320 KUHPdt merupakan instrumen pokok untuk menguji keabsahan sebuah perjanjian. Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga diakui oleh hukum legally concluded contract. Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPdt, syarat- syarat sahnya perjanjian adalah sebagai berikut: 21 1. Adanya persetujuan kehendak para pihak yang membuat perjanjian consensus Yang dimaksud dari adanya persetujuan kehendak para pihak yang membuat perjanjian adalah sepakat diantara mereka yang mengikatkan diri, artinya para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau setuju mengenai hal-hal pokok atau materi yang diperjanjikan. Dan kesepakatan itu dianggap tidak ada apabila diberikan karena kekeliruan, kekhilafan, paksaan ataupun penipuan. Kesepakatan yang merupakan pernyataan kehendak para pihak dibentuk oleh dua unsur, yaitu unsur penawaran dan penerimaan. 22 Penawaran diartikan sebagai pernyataan kehendak yang mengandung usul untuk mengadakan perjanjian. Usul ini mencakup esensialia perjanjian yang akan ditutup. Sedangkan penerimaan aanvarding acceptatie acceptance merupakan pernyataan setuju dari pihak lain yang ditawari. Perjanjian atau kontrak yang lahir dari kesepakatan pada kondisi normal adalah bersesuaian antara kehendak dan pernyataan. Namun demikian, tidak menutup 21 Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, 2011, Bandung, Citra Aditya Bakti, Hlm. 73 22 Dalam common law system juga dijumpai hal yang sama yaitu adanya offer and acceptance. Universitas Sumatera Utara kemungkinan bahwa kesepakatan dibentuk oleh adanya unsur cacat kehendak wilsgebreken. Perjanjian yang proses pembentukannya dipengaruhi oleh adanya unsur cacat kehendak tersebut mempunyai akibat hukum dapat dibatalkan. Didalam BW terdapat tiga hal yang dapat dijadikan alasan pembatalan kontrak berdasarkan adanya cacat kehendak yaitu; a. Kesesatan atau dwaling vide Pasal 1322 BW Terdapat kesesatan apabila terkait dengan “hakikat benda atau orang” dan pihak lawan harus mengetahui bahwa sifat atau keadaan yang menimbulkan kesesatan bagi pihak lain sangat menentukan. b. Paksaan atau dwang vide Pasal 1323-1327 BW Paksaan timbul apabila seseorang tergerak untuk menutup kontrak dibawah ancaman yang bersifat melanggar hukum c. Penipuan atau bedrog vide Pasal 1328 Penipuan merupakan bentuk kesesatan yang dikualifisir, 23 artinya ada penipuan bila gambaran yang keliru tentang sifat-sifat dan keadaan yang timbul oleh tingkah laku yang sengaja menyesatkan dari pihak lawan. 2. Adanya kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian capacity Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, arti kata kecakapan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dinyatakan dewasa oleh hukum, yakni sesuai dengan ketentuan KUHPdt, mereka yang telah berusia 21 tahun, sudah atau pernah menikah. Cakap juga berarti orang yang udah dewasa, sehat akal fikiran, dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan 23 Maksud dikualifisir, artinya memang terdapat kesesatan salah satu pihak, namun kesesatan ini disengaja oleh pihak lain. Universitas Sumatera Utara tertentu. Dan oarng-orang yang dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum yaitu: orang-orang yang belum dewasa , menurut Pasal 1330 KUHPdt jo. Pasal 47 UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; orang-orang yang ditaruh dibawah pengampuan, menurut Pasal 1330 jo. Pasal 433 KUHPdt ; serta orang-orang yang dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan hukum tertentu seperti orang yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum bagi persoon pada umumnya diukur dari standar usia dewasa atau cukup umur. 24 Terkait standar usia dewasa dapat dilakukan melalui pengujian asas- asas hukum maupun interpretasi komprehesif terhadap muatan materi beberapa ketentuan terkait. 3. Adanya suatu hal tertentu certain subject matter Suatu hal tertentu maksudnya adalah dalam membuat perjanjian, apa yang diperjanjikan harus jelas sehingga hak dan kewajiban para pihak bisa ditetapkan. Lebih lanjut mengenai hal atau objek tertentu ini dapat dirujuk dari substansi Pasal 1332, 1333 dan 1334 BW. Substansi pasal-pasal tersebut memberikan pedoman bahwa dalam berkontrak harus dipenuhi hal atau objek tertentu. Kata “tertentu” tidak harus dalam artian gramatikal dan sempit, harus sudah ada ketika kontrak dibuat. 4. Adanya suatu sebab yang halal legal causae Suatu sebab yang halah artinya, jika suatu perjanjian harus berdasarkan sebab yang halal yang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 1337 KUHPdt, yaitu: tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak betrentangan dengan kesusilaan dan tidak bertentangan dengan undang-undang. 24 Agus Yudha Hernoko, Op.cit,. Hlm. 184. Universitas Sumatera Utara Terkait dengan pengertian “sebab yang halal”, beberapa sarjana mengajukan pemikirannya, antara lain H.F.A dan Wirjono Projodikoro yang memberikan pengertian sebab kausa sebagai maksud atau tujuan dari perjanjian. Sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut, bahwa syarat pertama dan kedua dinamakan syarat subjektif, karena berbicara mengenai subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan ketiga dan keempat dinamakan syarat objektif, karena berbicara mengenai objek yang diperjanjikan dalam sebuah perjanjian. Dalam perjanjian bilamana syarat-syarat subjektif tidak terpenuhi maka perjanjiannya dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang tidak cakap atau yang memberikan kesepakatan secara tidak bebas. Selama tidak dibatalkan, perjanjian tersebut tetap mengikat. Sedangkan, bilamana syarat-syarat objektif yang tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum. Artinya batal demi hukum bahwa, dari semula dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga tidak ada dasar untuk saling menuntut dipengadilan. Dalam perjanjian ini telah terdapat kesepakatan para pihak yang termuat dalam pasal 2 ayat 2 yang memuat : perjanjian pembelian dan pemasangan papan reklame luar ruang LED Display merupakan perjanjian pekerjaan, dimana pihak pertama dan pihak kedua sama-sama telah sepakat. Para pihak yang melakukan perjanjian ini telah cakap hukum dan tidak berada dalam pengampuan. Bahwa yang menjadi pokok perjanjian dalam perjanjian ini adalah mengenai penempatan, pembuatan dan pemasangan papan reklame luar ruang LED Display. Dan perjanjian tidak bertentangan dengan kesusilaan, kepatutan, kesopanan dan ketertiban umum Pasal 1337 BW. Universitas Sumatera Utara

D. Jenis-jenis Perjanjian