peningkatan budaya disiplin dan semangat kerja karyawan. Salah satu cara meningkatkan disiplin dan semangat kerja karyawan adalah dengan mengubah
kebiasaan karyawan yang kurang disiplin dengan cara memberikan pengarahan serta membuat peraturan maupun meningkatkan budaya kerja perusahaan menjadi
lebih baik dalam rangka memotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam hal ini perusahaan perlu menerapkan Budaya Kaizen yang menerapkan
kedisiplinan dan ketepatan waktu dalam bekerja. Berdasarkan latar belakang permasalahan ini, maka penulis tertarik
melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Budaya Kaizen Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Budaya kaizen
berpengaruh positif terhadap Kinerja karyawan pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Budaya Kaizen terhadap Kinerja karyawan pada PT. Asuransi Ramayana Tbk Cabang
Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan sehingga dapat bermanfaat dalam menentukan kebijakan perusahaan dan memberikan alternatif bagi
perusahaan sehubungan dengan variable-variabel dalam Budaya kaizen yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
b. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Budaya Kaizen khususnya pengaruh Budaya Kaizen terhadap kinerja karyawan
pada perusahaan. c.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pedoman dan menjadi
sumbangan pemikiran atau referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya Kaizen
2.1.1 Pengertian Budaya Kaizen
Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat
kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi
kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja menurut Widagdho 2004:76
Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong,
membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan
tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja menurut Prasetya 2002: 54.
Budaya Kerja Jepang dikenal dengan sebutan Kaizen. Kaizen menurut Imai 2008 : 11 adalah “kemajuan dan perbaikan terus menerus dalam kehidupan
seseorang, kehidupan berumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan kehidupan kerja”. Sedangkan menurut Wellington 1998 : 48, Kaizen adalah “konsep yang
sederhana, yang dibentuk oleh dua karakter yaitu: Kai artinya perubahan dan Zen artinya baik, sehingga kalau digabungkan menjadi satu kata maka secara harfiah
berarti “perbaikan”. Kata Kaizen digunakan untuk menguraikan suatu proses
Universitas Sumatera Utara
manajemen dan budaya bisnis berarti perbaikan terus-menerus dan perlahan-lahan dengan keikutsertaan aktif dan komitmen dari semua karyawan dalam bentuk
apapun yang dilakukan oleh perusahaan.
Hardjosoedarmo 2001 : 147 mendefinisikan Kaizen atau perbaikan secara berkelanjutan adalah “perbaikan proses secara terus menerus untuk selalu
meningkatkan mutu dan produktifitas output”
Kemudian Waluyo http:www.dostoc.com menyatakan bahwa:
Budaya organisasi masyarakat Jepang disebut kaizen yang secara bahasa Jepang kai berarti perubahan sedangkan zen berarti baik dan secara istilah
artinya adalah perbaikan dan penyempurnaan berkesinambungan yang melibatkan semua anggota dalam hirarki perusahaan, baik manajemen
maupun karyawan. Intinya adalah bahwa manajemen harus memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggan jika perusahaan ingin tetap bertahan
dan berkembang.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa budaya Kaizen proses perbaikan yang terjadi secara terus menerus untuk memperbaiki cara kerja,
meningkatkan mutu dan produktivitas output dengan cara antara lain menanamkan sikap disiplin terhadap karyawan serta menciptakan tempat kerja yang nyaman
bagi karyan yang melibatkan semua anggota dalam hierarki perusahaan, baik manajemen maupun karyawan.
2.1.2 Konsep Budaya Kaizen
Konsep utama Kaizen menurut Imai 2008 : 15 untuk mewujudkan strategi Kaizen yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kaizen dan Manajemen
Dalam konteks Kaizen, manajemen memiliki dua fungsi utama yaitu: pemeliharaan dan perbaikan. Pemeliharaan berkaitan dengan kegiatan
untuk memelihara teknologi, system manajerial, standar oprasional yang ada, dan menjaga standar oprasional melalui pelatihan serta
disiplin. Sedangkan perbaikan berkaitan dengan kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan standar yang ada. Perbaikan dapat
dibedakan sebagai: Kaizen dan Inovasi. Kaizen bersifat perbaikan kecil yang berlangsung secara berkesinambungan, sedangkan inovasi
merupakan perbaikan drastis sebagai hasil investasi sumber daya berjumlah besar dalam teknologi atau peralatan.
2. Proses Versus Hasil
Kaizen menekankan pola pikir yang berorientasi proses , karna proses harus disempurnakan agar hasil dapat meningkat. Kegagalan mencapai
hasil yang direncanakan merupakan cermin dari kegagalan proses. Manajemen harus menemukan, mengenali, dan memperbaiki kesalahan
pada proses.
3. Siklus PDCASDCA
Langkah pertama dari Kaizen adalah menerapkan siklus PDCA Plan,Do,Check,Act sebagai sarana yang menjamin terlaksananya
kesinambungan dari Kaizen guna mewujudkan kebijakan untuk
Universitas Sumatera Utara
memelihara, memperbaiki dan meningkatkan standar. Setiap proses kerja yang baru biasanya belum stabil sehingga perlu distabilkan
melalui siklus SDCA Standardize,Do,Check,Act dalam rangka mencapai kestabilan proses. Sedangkan PDCA menerapkan perubahan
guna meningkatkannnya. SDCA berkaitan dengan fungsi pemeliharaan sedangkan PDCA berkaitan dengan fungsi perbaikan.
4. Mengutamakan Kualitas
Kualitas merupakan prioritas tinggi dibandingkan dengan harga dan penyerahan produk yang ditawarkan kepada consume, karena
perusahaan tidak dapat bersaing jika kualitas produk dan pelayanan tidak memadai.
5. Berbicara dengan Data
Mengumpulkan data tentang keadaan saat ini merupakan langkah awal dalam upaya perbaikan, karena data berguna untuk memecahkan suatu
masalah.
6. Kepuasan Konsumen
Semua pekerjaan terselenggarakan melalui serangkaian proses dan masing-masing proses memiliki pemasok maupun konsumen.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Prinsip Budaya Kaizen
Prinsip Budaya Kaizen menurut Imai 2008 : 35 terdiri dari:
1. Orientasi Pelanggan
2. PMT Pengendalian Mutu Terpadu
3. Robotik
4. Gugus Kendali Mutu
5. Sistem Saran
6. Otomatisasi atau Fleksibel
7. Disiplin di tempat kerja
8. Pemeliharaan Produktivitas Terpadu
9. Kamban tepat waktu
10. Penyempurnaan Mutu
11. Tepat Waktu
12. Tanpa Cacat
13. Aktivitas Kelompok Kecil
14. Hubungan Kooperatif Karyawan-manajemen
15. Pengembangan produk baru
Menurut Wellington 1998 : 56, prinsip-prinsip Kaizen yang sering diterapkan dalam perusahaan di Jepang adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Memfokuskan pada Pelanggan
Dalam Kaizen semua aktivitas diarahkan pada kepuasan pelanggan da focus pandangan jangka panjang pada kebutuhan pelanggan.
Perusahaan harus menyediakan produk bermutu tinggi dan pelayanan untuk menyampaikannya ke tangan konsumen untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
2. Melakukan Perbaikan Secara Terus-Menerus
Perusahaan tidak akan berhenti setelah perbaikan berhasil dimplementasikan. Setiap kemajuan akan dipersatukan dalam proses
desain manufakturmanajemen sebagai standar prestasi kerja yang baru dan formal.
3. Mengakui Masalah Secara Terbuka
Pada perusahaan Kaizen, setiap tim kerja dapat mengemukakan masalahnya secara terbuka. Mereka akan mendapat perhatian dari setiap
orang yang ada di tim, departemen atau perusahaan dan menerima ide penyelesaian masalah dari siapapun.
4. Mendorong Keterbukaan
Pada perusahaan Kaizen, ruang kerja bersfat terbuka, kebersamaan lebih disukai sehingga membuat kepemimpinan semakin jelas dan
komunikasi semakin hidup.
Universitas Sumatera Utara
5. Menciptakan Tim Kerja
Setiap individu dalam sebuah perusahaan Kaizen menjadi anggota tim kerja yang diarahkan oleh seorang pimpinan tim. Keberhasilan tim
tergantung sejauh mana tujuan tim dan tingkat kemampuan tim. Kegiatan tim dikendalikan dengan pemeriksaan yang memadai dan
keseimbangan dalam prestasi kerjanya.
6. Mengelola Proyek Lewat Tim Lintas Fungsional
Kaizen menyatakan bahwa tidak seorang pun atau satu tim pun harus mempunyai semua keterampilan atau ide terbaik untuk mengelola satu
proyek secara efisien, bahkan dalam hal yang menyangkut disiplin ilmunya sendiri.
7. Mengembangkan Proses Hubungan yang Tepat
Pada perusahaan Kaizen diharapkan terjalin hubungan yang harmonis pada komunikasi dan cara untuk menghindari konfrontasi antar pribadi.
8. Mengembangkan Disiplin Pribadi
Adanya rasa hormat pada diri sendiri dan perusahaan menunjukkan kekuatan dan keutuhan dalam diri seseorang serta kapasitas agar
menjadi harmini dengan rekan dan pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
9. Memberikan Informasi kepada Setiap Karyawan
Kaizen memberikan syarat agar semua staff mendapat informasi lengkap mengenai perusahaan mereka, secara induksi formal,
terstruktur, lengkap, berkepanjangan dan sepanjang mereka masih menjadi karyawan.
10. Membuat Setiap Karyawan Menjadi Mampu
Membuat karyawan menjadi mampu berarti member bekal keterampilan dan peluang untuk menerapkan informasi yang
diberikan. Lewat pelatihan berbagai keterampilan, dorongan, tanggungjawab membuat keputusan, akses dalam sumber data dan
anggaran, umpan balik dan imbalan, karyawan mendapat wewenang untuk memberikan pengaruh yang cukup besar pada diri sendiri dan
kegiatan perusahaan.
Pokok dari kaizen adalah sederhana dan tepat sasaran. Dalam prinsip kaizen dikatakan bahwa cara hidup kita, kehidupan ditempat kerja
kita, atau kehidupan sosial kita harus mengalami perbaikan secara konstan, Imai 2008 : 41.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Budaya Kaizen
Kaizen secara harafiah berarti improvement. Kaizen dibutuhkan di setiap perusahaan . Filosifi Kaizen: dalam perjalan aktivitas suatu perusahaan pasti
Universitas Sumatera Utara
akan mengalami penurunandeteriorasi baik alat maupun manusia. Untuk menjaga agar penurunan itu tidak terjadi maka
diperlukan maintenancerepairement pemeliharaanperbaikan. Tapi, kalau perusahaan ingin
meningkatkan performancenya, maka dibutuhkan juga aktivitas improvement Kaizen. Perusahaan sering menggunakan istilah Kaizen atau Improvement
Proposal dalam melaksanakan program improvementnya.
Ada 5 lima faktor yang mendukung di dalam Budaya Kaizen yaitu :
1. Teamwork Tim Kerja
Team work bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang
saling melengkapi serta berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan
efisien. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi yang paling populer di tim.
2. Personal Disipline Disiplin Pribadi
Disiplin tidak ada kaitannya dengan kekerasan atau hukuman. Namun disiplin sangat erat kaitannya dengan motivasi. Pada dasarnya hal yang
dapat memotivasi individu dapat dikelompokan menjadi dua: by love atau by fear. Anda dapat termotivasi untuk melakukan suatu
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan jika anda telah menyadari berbagai hal menyenangkan yang dapat anda peroleh setelahpada saat anda melakukan pekerjaan tersebut.
Anda juga dapat termotivasi jika anda menyadari berbagai hal yang mengancam jika anda tidak melakukan suatu pekerjaan yang harus anda
lakukan. Umumnya individu akan termotivasi dengan cara yang kedua karena berbagai sistem pendidikannya formalnon-formal selama ini
telah berhasil mengkondisikannya demikian. Itulah sebabnya mengapa kebanyakan individu menghubungkan disiplin dengan kekerasan atau
hukuman.
Disiplin pribadi merupakan suatu skill, yang artinya dapat dilatih. Disiplin dapat dianalogikan seperti otot, semakin anda melatihnya,
disiplin anda semakin baik.
3. Improved Morale Peningkatan Moral
Peningkatan kualitas moral sangat berperan penting dalam budaya Kaizen, karena budaya yang tidak didukung dengan kualitas moral yang
baik maka budaya tersebut dapat dikatakan adalah budaya yang gagal. Budaya kaizen identik dengan aspek moral yang tetap dijaga dari dahulu
samapi sekarang. Budaya yang mencerminkan ketaatan atas moral individu masyarakat yang menganut budaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
4. Quality Circle Kualitas Lingkaran
Orang-orang yang merupakan bagian dari lingkaran kontrol kualitas akan merasakan rasa kepemilikan untuk proyek tersebut. Hasil yang lebih
tinggi dan tingkat penolakan juga lebih rendah mengakibatkan peningkatan kepuasan kerja bagi para pekerja, yang pada gilirannya
mendorong mereka untuk berkontribusi lebih banyak. Sebuah kontrol kualitas program lingkaran juga membawa peningkatan komunikasi dua
arah antara staf dan manajemen.
5. Suggestion for Improvement Saran untuk Perbaikan
Penerapan Kaizen di dalam suatu perusahaan tidak semudah yang diduga sebab memerlukan keterlibatan semua unsur di dalam perusahaan. Ini
dimulai dengan melakukan studi literatur untuk mendapatkan gambaran penerapan continuous improvement di suatu perusahaan dan
mendapatkan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan penerapannya. Berdasarkan literatur dan penelitian - penelitian
sebelumnya, faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan suatu manajemen mutu atau penerapan continuous improvement di dalam suatu
perusahaan adalah dukungan manajemen, aspek pekerja, dan budaya perusahaan yang sesuai.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kinerja Karyawan 2.2.1 Pengertian Kinerja
Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kinerja seorang karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi
kerja bagi karyawan itu sendiri dan juga untuk keberhasilan perusahaan. Istilah kinerja berasal dari job performance atau actual performance
prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Menurut Mangkunegara 2000 : 67, kinerja adalah “hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang ingin dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Berdasarkan defenisi diatas bahwa kinerja merupakan suatu konsep yang strategis dalam rangka menjalin hubungan kerja sama antara pihak manajemen
dengan para karyawan untuk mencapai kinerja yang baik, unsur yang paling dominan adalah sumber daya manusia, walaupun perencanaan telah tersusun
dengan baik dan rapi tetapi apabila orang atau personil yang melaksanakan tidak berkualitas dengan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, maka perencanaan
yang telah disusun tersebut akan sia-sia.
2.2.2. Penilaian Kinerja
Pada saat ini memaksimalkan kinerja adalah prioritas bagi kebanyakan organisasi. Namun demikian, kinerja yang memuaskan tidak terjadi secara
otomatis. Dalam faktor penilaian dari kinerja merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap pencapaian kinerja yang optimal. Pada dasarnya penilaian
kinerja sangat diperlukan bagi perusahaan, karena melalui proses ini perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dapat mengetahui apakah pekerjaan yang telah diberikan kepada karyawan tersebut dapat diselesaikan karyawan tersebut dengan baik atau tidak. Penilaian
kinerja tersebut merupakan kinerja seorang karyawan selalu dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan oleh perusahaan sehingga hasilnya dapat
dinyatakan. Menurut Robbins 2002 : 155 mengatakan hampir semua cara
pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1.
Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses
atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.
2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan baik tidaknya. Pengukuran
kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk
keluaran. 3.
Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus
dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mangkunegara 2000:67, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan abnegarility dan
faktor motivasi motivation.
Universitas Sumatera Utara
1. Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi IQ
dan kemampuan realita, artinya karyawan yang memiliki IQ yang rata-rata IQ 110-120 dengan memadai untuk jabatannya dan terampil
dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan oleh karena itu karyawan
perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. 2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap Attitude seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental
yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental yang siap secara psikofik artinya,
seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu
memanfaatkan dalam mencapai situasi kerja.
2.2.4 Kegunaan Penilaian Kinerja
Menurut Hasibuan 2000 : 88 tujuan dan kegunaan penilaian prestasi kerja karyawan sebagai berikut :
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk
promosi, demosi, pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa
sukses dalam pekerjaannya. 3.
Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan di dalam perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan
jadwal kerja, metode kerja, strutur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan peralatan kerja.
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan begi
karyawan yang berada di dalam organisasi. 6.
Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan mendapatkan performance kerja yang baik.
7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan
Supervisor, Manajer, Administrator untuk mengobservasi perilaku bawahan supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan
bawahannya. 8.
Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemaha di masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya.
9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan
karyawan. 10.
Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan personal dan dengan demikian bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar
bisa diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan. 11.
Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan
Universitas Sumatera Utara
karyawan. 12.
Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan job Description.
2.2.5 Pengaruh Budaya Kaizen terhadap Kinerja
Kaizen adalah budaya kerja Jepang yang artinya adalah perbaikan atau penyempurnaan berkesinambungan yang melibatkan setiap orang dalam
perusahaan baik manajer maupun karyawan dalam rangka meningkatkan mutu dan produktivitas output. Beberapa prinsip kaizen antara lain: orientasi pelanggan,
adanya pengendalian mutu terpadu, adanya disiplin kerja, ketepatan waktu, serta adanya hubungan yang kooperatif antara karyawan dengan manajemen akan
membantu karyawan dalam bekerja sehingga karyawan mampu menghasilkan kinerja yang sesuai dengan harapan perusahaan.
Dengan demikian apabila budaya Kaizen diterapkan di perusahaan maka kinerja karyawan juga akan meningkat. Sebab setiap karyawan akan menunjukkan
hasil kerja yang baik, karyawan bertanggung jawab untuk memperbaiki setiap kesalahan kerja, serta menyempurnakan proses kerja dalam rangka mencapai
tujuan perusahan. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Budaya Kaizen sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dalam perusahaan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Irma Julianty 2011 melakukan penelitian dengan judul “Analisa Mutu Produk Minyak Sawit Berdasarkan Metode Kaizen di PT. Perkebunan Nusantara
Universitas Sumatera Utara
III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan”. Hasil penelitian ini dilakukan pada studi penerapan kaizen menggunakan seven tools pada bagian proses produksi dan
analisis penerapan 5S, pemborosan Muda, serta standarisasi yang dapat diterapkan perusahaan di lantai pabrik. Dari hasil diperoleh pada histogram yang
diperoleh dari check sheet, pareto diagram terlihat kerusakan yang terjadi dibagian pengolahan kerusakan terbesar adalah adanya kadar asam lemak bebas ALB
yang tinggi 40,11, dan diikuti dengan kadar air yang tinggi 33,86 dan kadar kotoran yang tinggi 26,03. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
didapati kerusakan yang paling besar adalah adanya kadar asam lemak bebas ALB yang tinggi. Serta adanya penerapan 5 S, penghapusan pemborosan
Muda dan pembuatan standarisasi. Faktor penyebab terjadinya kerusakan minyak kelapa sawit ini adalah faktor bahan baku, manusia, lingkungan, mesin
dan metode kerja.
Harisa 2010 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada Sogo Sun Plaza Medan”.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan sebesar 0,641. Berdasarkan uji
determinan diketahui bahwa budaya organisasi mempengaruhi kinerja pegawai dengan tingkat pengaruh sebesar 41. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada
pengaruh antara budaya organisasi terhadap kinerja karyawan dapat diterima.
Lestari 2010 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pabrik Kelapa Sawit PKS Rambutan
Universitas Sumatera Utara
PTPN III Persero”. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara budaya kerja terhadap kinerja karyawan pada
Pabrik Kelapa Sawit PKS Rambutan sebesar 36,5.
2.4 Kerangka Konseptual