Analisa dengan software SPDM

4.5.1. Analisa dengan software SPDM

Sebelum melakukan analisa untuk desain tebal perkerasan dengan software SPDM, perlu dilakukan analisis Asphalt Mix Performance dengan mnggunakan program BANDS. Input program BANDS diperoleh dari data hasil uji pemeriksaan aspal. Berikut adalah data input dan output analisa Asphalt Mix Performance dengan program BANDS yang akan disajikan dalam Tabel 4.9 dan Tabel 4.10.

Tabel 4.9. Input analisa Asphalt Mix Performance dengan software BANDS

Volume Jenis

Pen.

Vol.

Fatigue Loading

Bitumen

Precent. Precent. Temp.

Strain (x Aspal

Temp

Time (s)

Point ( o C)

(0,1mm

Bitumen Agregate

( C)

.( C)

Pen. 0,02

Retona Blend

Tabel 4.10. Output analisa Asphalt Mix Performance dengan software BANDS

Asphalt Mix Fatigue Life x Jenis Aspal

Penetration

Bitumen

Stiffness (Mpa) 1000 Penetrasi 60/70

Index

Stiffness (Mpa)

Retona Blend 55

Data input untuk analisa overlay design dengan software SPDM diperoleh dari analisa dengan software BANDS, yaitu asphalt mix stiffness, volume percentage bitumen, dan volume percentage aggregate. Selain itu, data input analisa SPDM diperoleh dari data sekunder, yaitu data iklim, data perkerasan eksisting, data subgrade, dan data LHR. Untuk data LHR perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sehingga didapatkan beban lalu lintas dalam standar beban gandar 80 KN. Berikut langkah-langkah pengolahan data LHR sebelum dijadikan input data SPDM.

1. Pengolahan data LHR Kartasura-Boyolali Data Lalu Lintas Harian dan perkembangan lalu lintas perkerasan jalan Kartasura- Boyolali disajikan dalam Tabel 4.11. Tabel 4.11. Data Lalu Lintas Harian Jalan Kartasura-Boyolali

Lalu Lintas Harian Rata-Rata (smp/hari)

Jumlah Perkemb

LHR angan Tahun

(smp/ Lalin Per

13 20 Tahun tor

g 30 ton Hari) (%)

253 14823 Sumber : Dinas Bina Marga Pemerintah Propinsi Jawa Tengah

3478

6417

1442

1338

834

1061

Truk 3 as 20 ton ............................................................. 0,2923 + 0,7452 = 1,0375 Truk Gandeng 30 ton ..................................... ............ 1,0375 + 2(0,1410) = 1,3195

Beban gandar standar untuk lajur rencana selama umur rencana perkerasan eksisting:

ŵ 18 perhari = 6417 x 0,0004 + 1202 x 0,1593 + 1115 x 0,2959 + 695 x 1,0648

+ 663 x 1,0375 + 158 x 1,3195

= 2160,353 W 18 per hari

= DD x DL x ŵ 18 = 0,5 x 1,0 x 2160,353 = 1080,177 W 18 pertahun = 365 x 1080,177 = 394264

W 5 18 = W18x((1 + g) -1)/g = 394264 x ((1 + 0,1382) – 1)/0,1382 =

2.596.932 beban gandar standar

Beban gandar standar untuk lajur rencana selama umur rencana perkerasan baru:

ŵ 18 perhari = 12259 x 0,0004 + 2296 x 0,1593 + 2130 x 0,2959 + 1328 x

1,0648 + 1267 x 1,0375 + 302 x 1,3195

= 4127,149 W 18 per hari

= DD x DL x ŵ 18 = 0,5 x 1,0 x 4127,149 = 2063,574 W 18 pertahun = 365 x 2063,574 = 753205

W 10 18 = W18x((1+ g) -1)/g = 753205 x ((1 + 0,1382) – 1)/0,1382 = 14.439.073 beban gandar standar 2. Data LHR Boyolali-Kartasura

Data Lalu Lintas Harian dan perkembangan lalu lintas perkerasan jalan Boyolali- Kartasura disajikan dalam Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Data Lalu Lintas Harian Jalan Boyolali-Kartasura

Lalu Lintas Harian Rata-Rata (smp/hari)

Jumlah Perkemb

LHR angan Tahun

Truk (smp/ Lalin Per

ganden Tahun tor

g 30 ton Hari)

218 11734 Sumber : Dinas Bina Marga Pemerintah Propinsi Jawa Tengah

LHR pada tahun 2005 (Lampiran C) Kendaraan ringan 2 ton (1+1)...........................................5246

kendaraan Bus 8 ton (3+5).................................................................1175

kendaraan Truk 2 as 6 ton (2+4)..........................................................751

kendaraan Truk 2 as 13 ton (5+8)........................................................332

kendaraan

Truk 3 as (6+7.7)................................................................362 kendaraan Truk Gandeng (6+7.7+5+5)................................................136

kendaraan LHR 2010 = 8002

kend/hari

LHR pada tahun 2010 (awal umur rencana), rumus (1 + i) n

Kendaraan ringan 2 ton (1+1)...........................................6066 kendaraan

Bus 8 ton (3+5).................................................................1359 kendaraan Truk 2 as 6 ton (2+4)..........................................................868

kendaraan Truk 2 as 13 ton (5+8)........................................................384

kendaraan Truk 3 as (6+7.7)................................................................419

kendaraan Truk Gandeng (6+7.7+5+5)................................................157 kendaraan

Menghitung angka ekivalen (E) masing-masing kendaraan sebagai berikut: Kendaraan ringan 2 ton .................................................. 0,0002 + 0,0002 = 0,0004 Bus 8 ton ......................................................................... 0,0183 + 0,1410 = 0,1593 Truk 2 as 6 ton ................................................................ 0,0036 + 0,2923 = 0,2959 Truk 2 as 13 ton .............................................................. 0,1410 + 0,9238 = 1,0648 Truk 3 as 20 ton ............................................................. 0,2923 + 0,7452 = 1,0375

Truk Gandeng 30 ton ..................................... ............ 1,0375 + 2(0,1410) = 1,3195

Beban gandar standar untuk lajur rencana selama umur rencana perkerasan eksisting:

ŵ 18 perhari = 5246 x 0,0004 + 1175 x 0,1593 + 751 x 0,2959 + 332 x 1,0648 +

362 x 1,0375 + 136 x 1,3195 = 1320,037 W 18 per hari

= DD x DL x ŵ 18 = 0,5 x 1,0 x 1320,037 = 660,019

W 18 pertahun = 365 x 660,019 = 240907

W 5 18 = W18x ((1 + g) -1)/g = 240907 x ((1 + 0,0295) – 1)/0,0295 = 1.277.650 beban gandar standar

Beban gandar standar untuk lajur rencana selama umur rencana perkerasan baru:

ŵ 18 perhari = 6066 x 0,0004 + 1359 x 0,1593 + 868 x 0,2959 + 384 x 1,0648 +

419 x 1,0375 + 157 x 1,3195 = 1526,343

W 18 per hari = DD x DL x ŵ 18 = 0,5 x 1,0 x 1526,343 = 763,172 W 18 pertahun = 365 x 763,172= 278558

W 10 18 = W18x((1 + g) -1)/g = 278558 x ((1 + 0,0295) – 1)/0,0295

= 3.185.550 beban gandar standar

Setelah semua data input untuk program SPDM telah lengkap, maka dilakukan proses analisa dengan menjalankan program SPDM. Dalam melakukan analisa design overlay dengan SPDM, dilakukan beberapa tahap input data yang akan disajikan dalam Tabel

4.13 hingga 4.18. Data input Tabel 4.13 hingga 4.15 sama untuk kedua jenis aspal, yaitu aspal pen 60/70 dan aspal Retona Blend 55 serta sama untuk kedua ruas jalan, yaitu ruas Kartasura-Boyolali dan ruas Boyolali-Kartasura. Data input Tabel 4.16 sama untuk kedua jenis aspal tetapi berbeda untuk kedua ruas jalan karena jumlah traffic kedua ruas jalan berbeda. Data input Tabel 4.17 dan 4.18 sama untuk kedua ruas jalan tetapi berbeda untuk kedua jenis aspal karena merupakan data properti aspal dan properti campuran aspal. Output yang diperoleh dari analisa akan disajikan dalam Tabel 4.19.

Tabel 4.13. Input Climate Analisa Overlay Design dengan Software SPDM

Location o Estimated Weighted Mean Annual Air Temperature( C)

Tabel 4.14 Input Existing Asphalt Layer (in reasonable shape, still acting as a bound asphalt layer) Analisa Design Overlay dengan Software SPDM

Thickness (m)

Modulus of Elasticity (MPa)*

Poisson’s Ratio

*)diperoleh dari Gambar 4.5. Tabel 4.15. Input Base Layer and Subgrade Strain Analisa Overlay Design dengan

Software SPDM

Poisson’s Ratio Sub-base

Thickness (m)

Modulus of Elasticity (MPa)

Subgrade infinite

**)diperoleh dari CBR tanah dasar Tabel 4.16. Input Traffic Analisa Overlay Design dengan Software SPDM

Name of 80 KN Std Axles

Lateral Healing Road

Std Axles for

Original design

for future

distribution factor design

original

life remaining

factor Kartasura-

Boyolali Boyolali-

Tabel 4.17. Input Overlay Mix and Specific Fatigue Analisa Overlay Design dengan Software SPDM

Name of Asphalt Mix

Vol. % aggregate Penetrasi 60/70

Vol. % bitumen

Retona Blend 55

Tabel 4.18. Input Overlay Stiffness and Layer Thckness (Mix Stiffness) Analisa Overlay Design dengan Software SPDM

Thickness (m) Name of

Loading time (s) (initiated/

Poisson’s

Mix Stiffness

Asphalt Mix

(for reference) calculated)

Tabel 4.19. Output Analisa Overlay Design dengan software SPDM

Name of Asphalt Mix

Overlay Thickness (m) Penetrasi 60/70

Name of Road

Kartasura-Boyolali

Retona Blend 55

Boyolali-Kartasura

0,060

Gambar 4.7. Variasi koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a 3 )

Gambar 4.8. Grafik Perkiraan Koefisien Relatif Lapis Permukaan Berbeton

Aspal Bergradasi Rapat (a 1 )

Dari Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa hasil overlay thickness untuk kedua jenis aspal lebih besar untuk ruas Kartasura-Boyolali. Hal ini disebabkan karena angka pertumbuhan lalu lintas pada ruas jalan Kartasura-Boyolali lebih besar dibandingkan ruas Boyolali- Kartasura. Karena jalan Kartasura-Boyolali tidak memiliki median, maka dipilih overlay thickness yang paling besar antara kedua ruas, yaitu ruas Kartasura-Boyolali. Jadi, overlay thickness untuk campuran aspal Penetrasi 60/70 adalah 11,6 cm. Sedangkan overlay thickness untuk campuran aspal Retona Blend 55 adalah 10,4 cm.

Laston 11,6 cm Laston 5 cm Base course 17 cm Subbase couse 20 cm

Gambar 4.9.a. Konstruksi Perkerasan Kartasura-Boyolali dengan Overlay Laston menggunakan aspal Penetrasi 60/70

Laston 10,4 cm Laston 5 cm

Base course 17 cm Subbase couse 20 cm

Gambar 4.9.b. Konstruksi Perkerasan Kartasura-Boyolali dengan Overlay Laston menggunakan aspal Retona Blend 55