Analisis Pengaruh Ekonomi
5.3 Analisis Pengaruh Ekonomi
Analisis pengaruh ekonomi di sini akan membahas 2 (dua) aspek yakni penyerapan tenaga kerja sekitar dan nilai lahan :
5.3.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sekitar
Aktivitas perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar Solo Paragon dapat membawa dampak positif bagi masyarakat jika guna lahan baru dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini sangat menguntungkan bagi masyarkat secara langsung dan pemerintah Kota Surakarta secara tidak langsung. Karena dapat menciptakan lapangan usaha baru dan mengurangi pengangguran. Kondisi ini akan berbeda jika Aktivitas perubahan pemanfaatan lahan yang terjadi di sekitar Solo Paragon dapat membawa dampak positif bagi masyarakat jika guna lahan baru dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat. Hal ini sangat menguntungkan bagi masyarkat secara langsung dan pemerintah Kota Surakarta secara tidak langsung. Karena dapat menciptakan lapangan usaha baru dan mengurangi pengangguran. Kondisi ini akan berbeda jika
Adanya Solo Paragon yang berupa kegiatan mix use dimana banyak terdapat kegiatan perdagangan dan jasa di dalamnya, seharusnya dapat menjadi lowongan kesempatan kerja yang besar bagi masyarakat sekitar pada khususnya. Seperti dalam teori Tarigan, dimana adanya suatu pusat pertumbuhan, sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke daerah belakangnya. Sehingga pembangunan Solo Paragon dianggap dapat menguntungkan warga sekitar dalam hal perekrutan tenaga kerja. Namun pada kenyataanya tidak serta merta menjawab dugaan tersebut. Karena warga sekitar yang seharusnya diutamakan dalam perekrutan tenaga kerja, seperti yang dijanjikan pihak Solo Paragon, tidak banyak yang menjadi tenaga kerja di Solo Paragon.
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga yang kemudian ditrianggulasikan pada pemerintah dan pihak Solo Paragon, didapat pernyataan bahwa selama pembangunan berlangsung, manajemen Solo Paragon merekrut tenaga kerja sekitar untuk menjadi pekerja khususnya warga yang berdomisili di Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari. Namun pada kenyataannya manajemen Solo Paragon tidak mengutamakan perekrutan terhadap warga sekitar, karena tetap melalui proses penyeleksian sesuai keahlian masing- masing. Warga sekitar yang direkrut oleh pihak Solo Paragon adalah sebagai tenaga kerja bawah/kasar yakni security (satpam), gardener (tukang kebun) dan mekanik. Berikut adalah Tabel 5.8 yang menunjukkan tentang prosentase jumlah warga yang direkrut oleh Solo Paragon sebagai pekerja selama proses pembangunan. Dimana prosentase warga yang bekerja didapat dari hasil bagi dengan jumlah angkatan kerja di tiap kelurahan.
Tabe l 5.8 Prosentase Jumlah Warga Se kitar yang Be ke rja di Solo Paragon Tabe l 5.8 Prosentase Jumlah Warga Se kitar yang Be ke rja di Solo Paragon
Pe numping
0.09% Sumber : Hasil Survey dan Analisa Peneliti, Tahun 2010
Sriwe dari
Berikut adalah diagram prosentase jumlah warga sekitar yang menjadi tenaga kerja di Solo Paragon pada Gambar 5.10 :
Gambar 5.10
Gambar Prosentase Warga Sekitar yang Me njadi Te naga Ke rja di
Solo Paragon
Dari tabel di atas, d apat diketahui ternyata penyataan bahwa “Pihak Solo Paragon mengutamakan perekrutan tenaga kerja warga sekitar yang berdomisili di sekitar Solo Paragon itu tidak benar adanya. Karena terbukti hanya sedikit warga sekitar yang menjadi tenaga kerja Solo Paragon padahal adanya pembangunan megaproyek Solo Paragon dapat menjadi peluang kesempatan kerja yang besar bagi banyaknya jumlah angkatan kerja warga sekitar. M engingat jumlah penduduk yang produktif di Kelurahan M angkubumen sebesar 6440 jiwa, Kelurahan Penumping sebesar 4561 jiwa dan Kelurahan Sriwedari sebesar 3971 jiwa.Selain itu, Dari tabel di atas, d apat diketahui ternyata penyataan bahwa “Pihak Solo Paragon mengutamakan perekrutan tenaga kerja warga sekitar yang berdomisili di sekitar Solo Paragon itu tidak benar adanya. Karena terbukti hanya sedikit warga sekitar yang menjadi tenaga kerja Solo Paragon padahal adanya pembangunan megaproyek Solo Paragon dapat menjadi peluang kesempatan kerja yang besar bagi banyaknya jumlah angkatan kerja warga sekitar. M engingat jumlah penduduk yang produktif di Kelurahan M angkubumen sebesar 6440 jiwa, Kelurahan Penumping sebesar 4561 jiwa dan Kelurahan Sriwedari sebesar 3971 jiwa.Selain itu,
5.3.2 Usaha Kegiatan Ekonomi Warga Sekitar
Pada kenyataannya selain berdampak positif, pembangunan Solo Paragon yang berada pada kawasan penelitian juga mengakibatkan dampak negatif. M asyarakat sekitar yang melakukan adaptasi dengan cara merubah fungsi bangunan menjadi bangunan untuk kegiatan komersial sedikit banyak mendapat keuntungan dari hasil keuntungan karena faktor kedekatan dengan Solo Paragon dan faktor aksesibilitas. Perubahan tersebut menonjol di sepanjang koridor Jalan Yosodipuro. Hidupnya kawasan itu semenjak hadir Solo Paragon dianggap warga sekitar sebagai sesuatu yang menguntungkan dan kelak dapat menjadi suatu pusat pertumbuhan. Sesuai dengan teori Tarigan, yang tercantum dalam teori pusat pertumbuhan, bahwa pusat pertumbuhan (growth pole) diartikan dengan 2 (dua) cara yaitu secara fungsional dan secara geografis. Dimana suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi ke dalam maupun daerah di belakangnya. dan secara geografis, dimana suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan barbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kawasan tersebut.
Sehingga kini di wilayah pembangunan Solo Paragon,
Sebelum adanya Dibangunnya Solo
Paragon memunculkan
sekitar Solo Paragon banyak
warga yang memanfaatkan mengadakan kegiatan
sedikit warga yang niatan warga untuk
membuka usaha baru
keuntungan yaitu berdekatan
komersial khususnya dengan berdagang,
dengan lokasi Solo Paragon
yang dapat menambah jasa kost -kostan
perdagangan dan membuka membuka kost -kostan,
dan lain-lain.
penghasilan mereka dengan mengadakan kegiatan komersial
Seperti fakta yang terjadi di lapangan yaitu banyaknya masyarakat yang memiliki tanalahan pada bagian periferi melakukan usaha kegiatan ekonomi lain yang dianggap dapat menaikkan pendapatan mereka dengan dibangun toko-toko, restoran, kafe, salon, laundry, lembaga pendidikan, bimbingan belajar, perkantoran, dan lain-lain yang berlokasi di dekat dengan Solo Paragon. Namun lain halnya dengan masyarakat yang berada pada bagian enclave. Sebagian dari mereka ada yang melakukan usaha kegiatan ekonomi lain sebagai pendorong kegiatan ekonomi pada bagian enclave tetapi di sisi lain sebagian warga kurang memanfaatkan keuntungan tersebut dan hanya menunggu kebaikan dari pihak Solo Paragon.
Seperti hasil kutipan wawancara dengan ketua RT 01 RW 06 Kelurahan M angkubumen di bawah ini :
“Pihak Solo Paragon kurang menganggap warga sekitar, tidak memedulikan warga, khususnya perekonomian warga sekitar .” (Ketua RT 01 RW 06 Kelurahan M angkubumen)
5.3.3 Nilai Lahan (Land Value)
Seperti dalam teori nilai lahan oleh Von Thunen, menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Namun, adanya pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat Seperti dalam teori nilai lahan oleh Von Thunen, menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Namun, adanya pembangunan mengakibatkan harga lahan tidak dapat
Karena terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Nilai lahan atau land value yakni penilaian atas lahan didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi ekonominya. Seperti konsep highest and best use yang diungkapkan Yunus, maka tingginya harga lahan akan menyebabkan
tertentu saja (tingkat produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Lahan yang digunakan untuk kegiatan yang tingkat produktifitasnya tinggi akan menyebabkan lahan tersebut mempunyai nilai yang semakin tinggi. Jadi, persaingan dalam pengalokasian kegiatan pada suatu lahan akan menyebabkan perubahan pemanfaatan lahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Selain itu, perubahan pemanfaatan lahan akan menciptakan pola penggunaan lahan tersendiri sesuai dengan pola aksesibilitas dan nilai lahannya.
hanya kegiatan-kegiatan
Perubahan pemanfaatan lahan terjadi akibat perubahan nilai lahan, sehingga guna lahan eksisiting mengalami penyesuaian. Pertimbangan nilai lahan akan menentukan bahwa lahan tersebut lebih produktif untuk kegiatan lain, sehingga terbentuk guna lahan baru. Hal inilah yang menyebabkan beraneka ragamnya perlakuan warga sekitar terhadap tanah atau bangunan yang dimilikinya. Seperti yang tertera dalam tabel harga lahan dan PBB pada Tabel 4.13 dan tabel 4.14, bahwa warga sekitar Perubahan pemanfaatan lahan terjadi akibat perubahan nilai lahan, sehingga guna lahan eksisiting mengalami penyesuaian. Pertimbangan nilai lahan akan menentukan bahwa lahan tersebut lebih produktif untuk kegiatan lain, sehingga terbentuk guna lahan baru. Hal inilah yang menyebabkan beraneka ragamnya perlakuan warga sekitar terhadap tanah atau bangunan yang dimilikinya. Seperti yang tertera dalam tabel harga lahan dan PBB pada Tabel 4.13 dan tabel 4.14, bahwa warga sekitar
Gambar 5.15
Gambar 5.11 Diagram Ke naikan Harga Tanah dan Pajak Bumi Bangunan di Se kitar Solo Paragon
Dan di bawah ini adalah hasil olah data dari kuisioner yang disebar kepada warga sekitar, terkait perlakuan warga terhadap tanah atau bangunannya ketika harga tanah dan pajak bumi dan bangunan naik semenjak adanya Solo Paragon di lingkungan mereka.
Tabe l 5.9 O lah Data Kuisione r Aspe k Ekonomi Jumlah
Pilihan Jawaban
Prose ntase
Jawaban
a. Dijual, karena dengan naiknya harga tanah,dapat menguntungkan bagi
17 20% Bapak/Ibu jika tanah dijual b. Dijual, karena Bapak/Ibu keberatan
10 11.76% membayar pajaknya
c. Dijual, karena memang sudah menjadi 5 4.75% rencana Bapak/Ibu untuk menjualnya
d. Dikontrakkan, guna mendapat 11 12.94% keuntungan yang besar
e. Direnovasi/diubah fungsi bangunannya
menjadi komersil f. Digunakan sebagai kost-kostan
10 12.94% g. Tidak dijual/dikontrakkan/direnovasi
Sumber : Hasil Survey dan Analisa Peneliti, Tahun 2010
Gambar 5.12 Diagram O lah Data Kuisione r Aspe k Ekonomi
Dari tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa angka perlakuan warga sekitar terhadap tanah atau bangunan yang dimilikinya berbeda-beda dan angka terbanyak dihasilkan adalah mereka merenovasi dan mengubah fungsi bangunan mereka menjadi komersil (komersialisasi bangunan) guna mendapatkan keuntungan. Yakni dengan prosentase Dari tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa angka perlakuan warga sekitar terhadap tanah atau bangunan yang dimilikinya berbeda-beda dan angka terbanyak dihasilkan adalah mereka merenovasi dan mengubah fungsi bangunan mereka menjadi komersil (komersialisasi bangunan) guna mendapatkan keuntungan. Yakni dengan prosentase