Analisis Pengaruh Fisik

5.1 Analisis Pengaruh Fisik

Analisis pengaruh fisik disini membahas gejala-gejala perubahan fisik yang timbul akibat adanya pembangunan apartemen Solo Paragon secara hirarkis dimulai dari menganalisis gejala perkembangan kegiatan komersial, menganalisis jenis dan sebaran kegiatan komersial, dan pola perkembangan pemanfaatan lahan. Kemudian menganalisis pengaruh fisik lain seperti analisis kondisi jaringan jalan, dan kepadatan bangunan.

5.1.1 Gejala Perkembangan Kegiatan

Analisis perkembangan kegiatan yang dibahas di sini dikaitkan dengan pola pemanfaatan lahan eksisting di kawasan penelitian dan dengan teori yang tercantum dalam bab tinjauan teori. Dikatakan di dalam teori Yunus, bahwa terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Semakin tinggi harga lahan akan menyebabkan kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkat produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Sehingga seperti yang dapat di lihat lapangan, semenjak muncul Solo Paragon mengubah pola pemanfaatan Analisis perkembangan kegiatan yang dibahas di sini dikaitkan dengan pola pemanfaatan lahan eksisting di kawasan penelitian dan dengan teori yang tercantum dalam bab tinjauan teori. Dikatakan di dalam teori Yunus, bahwa terdapat kaitan yang sangat erat antara nilai lahan dan penggunaan lahan. Semakin tinggi harga lahan akan menyebabkan kegiatan-kegiatan tertentu saja (tingkat produktifitasnya tinggi) yang dilokasikan di lahan tersebut. Sehingga seperti yang dapat di lihat lapangan, semenjak muncul Solo Paragon mengubah pola pemanfaatan

Perkembangan kegiatan komersial di sekitar Solo Paragon yang sangat menonjol adalah di sepanjang koridor Jalan Yosodipuro, disebabkan karena koridor ini memiliki prospek yang menjanjikan sebagai kawasan pengembangan kegiatan komersial, dimana koridor Jalan Yosodipuro merupakan akses penting sebagai penghubung menuju pintu masuk Solo Paragon. Jadi, percepatan perubahan pemanfaatan lahan di wilayah studi ditunjang oleh letak posisi koridor Jalan Yosodipuro yang strategis. Di sini tumbuh kegiatan-kegiatan komersil yang sengaja dibangun seiringan dengan adanya Solo Paragon.

Hal ini dikuatkan oleh warga sekitar yang mengakui bahwa semakin menggeliatnya gejala perkembangan perubahan pemanfaatan lahan di sekitar Solo Paragon. Seperti pada hasil kutipan wawancara dengan ketua RW 05 Kelurahan M angkubumen berikut ini :

“Memang harus diakui adanya Solo Paragon ini selain merugikan warga dari segi lingkungan, sosial, dan lain-lain tetapi warga merasakan adanya suatu keuntungan yaitu dengan membuka usaha, apapun itu, ya toko, rumah makan, kost-kostan. itu menjadi keuntungan warga kami khususnya yang sebelumnya kawasan permukiman kami tidak sehidup yang sekarang” (Ketua RW 05 Kelurahan Mangkubumen)

Secara skematik, perkembangan kawasan studi penelitian mulai awal tahun 1996 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam bentuk bagan, seperti yang terlihat pada Gambar 5.1, bagan perkembangan kawasan penelitian.

< T ahun 1996 T ahun 1998

T ahun 2000

T ahun 2007

T ahun 2010

T erdapat

Peruntukan

Karena krisis

Mulai pembangunan mall,

Kawasan sekitar

menjadi ramai dan Rumah Sakit

sebuah kawasan tersebut

moneter melanda,

apartemen, kondotel dan

hidup. Banyak

berubah setelah

proyek Citraland

city walk Solo Paragon

besar di

adanya isu

kolabs dan

sehingga muncul gejala-

kegiatan komersil di

sekitarnya dan Yosodipuro

Jalan pembangunan mall

kawasan tersebut

gejala perkembangan

oleh Citraland di

menjadi mati /

perubahan pemanfaatan

semakin mendukung

kawasan peruntukan Dr. Muwardi

yaitu RSUP lahan bekas rumah

kurang hidup

lahan di sekitarnya

sakit

m ix use

Gambar 5.1 Bagan Pe rke mbangan Kawasan Pe ne litian

Rini Fauzia │I0606039 79

5.1.2 Jenis Kegiatan Komersial

Gejala perkembangan yang terjadi di kawasan sekitar Solo Paragon telah mengubah pemanfaatan lahan di kawasan tersebut, yang pada awalnya sebelum adanya pembangunan apartemen Solo Paragon di dominasi hanya sebagai fungsi perumahan menjadi dominasi kegiatan komersial. Kemudian selama kurun waktu 3 tahun belakangan ini mulai berkembang kegiatan-kegiatan komersial semenjak adanya isu-isu Solo Paragon dibangun. Hal ini dikuatkan dengan teori Von Thunen, Weber dan Christaller bahwa karena adanya pertimbangan lokasi (produktivitas lahan) sebagai salah satu faktor penyebab perubahan pemanfatan lahan. Dan secara normatif masyarakat akan memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh dari lahan dan/atau kegiatan yang dilakukan dalam pemilihan lokasinya. Kemudian teori Tarigan yang menyatakan bahwa hubungan internal sangat menentukan dinamika keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya, sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh, akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya. Karena adanya keterkaitan antara sektor apartemen, hotel, dan mall yang terdapat di dalam Solo Paragon, maka mendorong pertumbuhan sektor lain seperti perdagangan, jasa, pendidikan, perkantoran, dan kesehatan untuk saling mendukung antar satu sektor dengan sektor yang lain.

Pada sub bab ini dibahas unit-unit perubahan yang teridentifikasi dari hasil observasi maupun kuisioner. Untuk melihat unit-unit perubahan yang ada di wilayah studi, perlu dilakukan pengelompokkan jenis kegiatan komersial yang berkembang saat ini. Selain kawasan tersebut memiliki potensi-potensi yang dibahas dalam bab sebelumnya yang mendukung adanya peruntukan mix use, ditambah dengan adanya pembangunan Solo Paragon kini mengakibatkan jenis pemanfaatan lahan komersial tumbuh dan berkembang di kawasan Solo Paragon. Oleh karena itu, kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi Pada sub bab ini dibahas unit-unit perubahan yang teridentifikasi dari hasil observasi maupun kuisioner. Untuk melihat unit-unit perubahan yang ada di wilayah studi, perlu dilakukan pengelompokkan jenis kegiatan komersial yang berkembang saat ini. Selain kawasan tersebut memiliki potensi-potensi yang dibahas dalam bab sebelumnya yang mendukung adanya peruntukan mix use, ditambah dengan adanya pembangunan Solo Paragon kini mengakibatkan jenis pemanfaatan lahan komersial tumbuh dan berkembang di kawasan Solo Paragon. Oleh karena itu, kecenderungan perubahan pemanfaatan lahan terjadi pada lokasi-lokasi

Jenis kegiatan komersial dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok yaitu :

1. Kelompok Kegiatan Perdagangan, meliputi :

a. Toko, berupa toko buku, toko bahan bangunan, toko alat jahit, toko furniture, toko elektronik, toko pakaian (butik), toko perlengkapan rumah tangga, toko kelontong dan minimarket.

b. Restoran, berupa rumah makan, warung makan, dan kafe.

2. Kelompok Kegiatan Jasa

a. Jasa personal, berupa kost-kostan, bimbingan belajar, tempat kursus, salon kecantikan/pangkas rambut dan rias pengantin, laundry, penjahit, wartel, warnet, fotokopi,

b. Perhotelan, berupa hotel bintang satu sampai hotel bintang tiga.

3. Kelompok Kegiatan Pendidikan, meliputi : TK, SD Negeri dan SD swasta, SM P Negeri dan SM P swasta, SM A swasta dan Perguruan Tinggi swasta.

4. Kelompok kegiatan perkantoran, meliputi : kantor keuangan, bank, kantor notaris, dan lain-lain.

5. Kelompok sarana kesehatan, meliputi : klinik, praktek dokter, dan apotek.

Proporsi guna lahan komersial yang ada di kawasan penelitian lebih menonjol di bagian periferi (menghadap jalan utama) lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan. Yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon perdagangan sejumlah 18 unit, kini bertambah

27 unit menjadi sebanyak 45 unit. Selanjutnya kegiatan jasa yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 11 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 19 unit menjadi sebanyak 30 unit.

Sedangkan proporsi kegiatan pendidikan yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 6 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 5 unit menjadi sebanyak 11 unit. Untuk kegiatan p erkantoran, yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 6 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 10 unit menjadi sebanyak 16 unit. Untuk sarana kesehatan, yang dulunya sebelum pembangunan Solo Paragon sejumlah 5 unit, kini setelah adanya pembangunan Solo Paragon bertambah 12 unit menjadi sebanyak 17 unit. Jadi, jumlah kegiatan perdagangan mempunyai kontribusi terbesar dalam mengubah fungsi lahan perumahan menjadi kegiatan komersial. Kegiatan perdagangan dirasakan paling cocok untuk dikembangkan di wilayah penelitian karena memiliki aksesibilitas yang tinggi ditinjau dari ”potential shoppers” yang banyak dan kemudahan untuk datang/pergi ke/dari lokasi tersebut.

Proporsi kegiatan komersial yang berkembang di sepanjang periferi koridor disajikan pada Tabel 5.1, tabel proporsi kegiatan komersial pada bagian periferi kawasan penelitian.

Tabe l 5.1 Analisis Ke giatan Kome rsial Pada Bagian Pe rife ri

Kawasan Pe nelitian S ebelum dan S esudah Pembangunan S olo Paragon

Jumlah Bangunan No

Je nis Ke giatan

Jumlah Saat

Se be lum Se sudah

2 Jasa dan Kost -kostan

5 12 17 Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010

5 Kesehatan

Semakin meningkatnya aktivitas perubahan pemanfaatan lahan pada periferi koridor juga akan mendorong perubahan pemanfaatan lahan Semakin meningkatnya aktivitas perubahan pemanfaatan lahan pada periferi koridor juga akan mendorong perubahan pemanfaatan lahan

Tabe l 5.2 Analisis Ke giatan Kome rsial Pada Bagian Enclave

Kawasan Pe nelitian S ebelum dan S esudah Pembangunan S olo Paragon

Jumlah Bangunan No

Je nis Ke giatan

Jumlah Saat

Se be lum

Se sudah

ini

15 22 37 2 Jasa dan Kost -kostan

Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010

Dari tabel di atas, terdapat p eningkatan proporsi kegiatan komersial ada bagian periferi maupun bagian enclave di sekitar Solo Paragon yang disebabkan karena :

 Adanya kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, dan

kesehatan yang berkembang di sekitarnya melayani kebutuhan penghuni apartemen dan hotel dalam Solo Paragon.

 Adanya kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan, perkantoran, dan

kesehatan yang berkembang di sekitarnya sebagai pendukung dari adanya kegiatan komersial pada bagian periferi akibat adanya pengaruh yang berasal dari Solo Paragon

 Kost-kostan banyak berkembang karena bagi warga sekitar untuk menampung karyawan yang berasal dari luar kota

Sesuai dalam teori Yunus, dimana persaingan antara berbagai jenis kegiatan untuk menduduki posisi paling ideal tersebut dengan sendirinya Sesuai dalam teori Yunus, dimana persaingan antara berbagai jenis kegiatan untuk menduduki posisi paling ideal tersebut dengan sendirinya

Kegiatan komersial yang berkembang di sekitar Solo Paragon terbagi menjadi 2 skope pelayanan yakni skala pelayanan kecil (cakupan pelayanan untuk daerah di sekitarnya) dan skala pelayanan besar (cakupan pelayanan untuk skala kota). Berikut ini adalah peta jenis kegitaan komersial dari sebelum adanya pembangunan apartemen Solo Paragon dan jenis kegiatan komersial yang sebelum dan sesudah pembangunan apartemen Solo Paragon pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2

Pe ta Je nis Ke giatan Kome rsial Se be lum dan Se sudah Pe mbangunan Solo Paragon

Rini Fauzia │I0606039 85

5.1.3 Sebaran Lokasi Unit-unit Perubahan

Penyebaran kegiatan komersial tidak terkumpul secara merata menjadi satu kawasan, tetapi membentuk pola memanjang atau Ribbon Development di sepanjang jalan arteri sekunder. Seperti teori Von Thunen, dimana lahan tersebut memiliki nilai produktivitas tinggi, maka menjadi pertimbangan lokasi bagi masyarakat untuk mengadakan perubahan penmanfaatan lahan. Karena lingkup penelitian ini adalah kawasan Solo Paragon, maka produktivitas lahannya cenderung berkaitan dengan aksesibilitas lokasi dan kemudahan untuk datang/pergi ke/dari lokasi tersebut. Sebagai bentuk adaptasi masyarakat, lalu banyak muncul kegiatan komersial baru yang lokasinya dekat dengan Solo Paragon. Oleh karena itu masing-masing jenis kegiatan akan saling berkompetisi untuk memperoleh lokasi dengan aksesibilitas tinggi dan strategis. Yang mana nilai produktivitas tinggi di wilayah tersebut diasumsikan merupakan pengaruh dari adanya Solo Paragon.

Dalam melakukan pengamatan terhadap pola spasial penyebaran kegiatan komersial eksisting, wilayah studi dibagi menjadi 4 (empat) segmen. Untuk memudahkan penyampaian informasi melalui penyajian peta, maka digunakan prinsip pembagian segmen didasarkan pada penggalan per blok kawasan mulai dari utara searah jarum jam, yaitu :

1. Segmen I : Sebelah utara Solo Paragon

(dibatasi oleh Jl. Yosodipuro – Jl. Hasanudin)

2. Segmen II : Sebelah timur Solo Paragon (dibatasi oleh Jl. Cipto M angunkusumo – Jl.Dr. Supomo)

3. Segmen III : Sebelah selatan Solo Paragon (dibatasi oleh Jl. Jalan Sutomo – Jl.Slamet Riyadi)

4. Segmen IV : Sebelah barat Solo Paragon (dibatasi oleh Jl. Arumndalu – Jl. Dr. Muwardi) Pembagian segmen pada kawasan penelitian dapat dilihat dalam Gambar5.3

Gambar 5.3 Pe ta Pe mbagian Se gme n di Kawasan Pe ne litian

Rini Fauzia │I0606039 87

Pengamatan pada masing-masingsegmen juga di bedakan lagi menjadi 2 yaitu :

1. Bagian periferi (depan) yaitu bagian yang berhadapan langsung

dengan jalan utama (jaringan jalan arteri atau jalan kolektor).

2. Bagian enclave (belakang) yaitu bagian di belakang periferi (sekitar permukiman) dan berhadapan langsung dengan jaringan jalan lingkungan.

Dilihat dari hubungan lokasi penyebaran pada bagian periferi dengan banyaknya unit-unit perubahan, maka dapat dilihat bahwa pada segmen I khususnya pada bagian periferi Jalan Yosodipuro, merupakan zona kosentrasi terjadinya perubahan dengan proporsi perubahan paling besar. Hal ini didukung oleh karakteristik Jalan Yosodipuro yang strategis dan terlatak tepat di sisi sebelah utara letak Solo Paragon dan merupakan akses pintu masuk ke dalam Solo Paragon. Selain itu juga sebagai akses pola pergerakan kendaraan dari barat menuju arah timur Kota Surakarta.

Berbeda dengan sebaran lokasi kegiatan komersial pada segmen II,

III, dan IV yang kegiatan komersialnya tidak sebanyak ada segmen I. Akan tetapi proporsi kegiatan komersial yang ada pada segmen II, III, dan

IV lebih terkosentrasi pada bagian periferi dari pada bagian enclave. Ini dikarenakan kawasan pada segmen I marupakan kawasan di sebelah utara Solo Paragon yang sekaligus sebagai akses utama Solo Paragon. Pada segmen I, kegiatan perdagangan dan jasa menempati angka yang paling besar dari kegiatan lainnya. Kegiatan perdagangan pada segmen I berkembang sebesar 40.74%, dan kegiatan jasa pada segmen I menempati angka yang paling besar dari lainnya yakni 42.10%.

Dilihat dari hubungan lokasi penyebaran pada masing-masing segmen di bagian periferi, dapat dilihat proporsi kegiatan komersial heterogen secara memanjang/merembet pada tiap segmen dan terdapat indikasi penurunan kosentrasi sebaran kegiatan komersial dari segmen I ke segmen berikutnya, seperti pada segmen II dan segmen IV, kecuali pada Dilihat dari hubungan lokasi penyebaran pada masing-masing segmen di bagian periferi, dapat dilihat proporsi kegiatan komersial heterogen secara memanjang/merembet pada tiap segmen dan terdapat indikasi penurunan kosentrasi sebaran kegiatan komersial dari segmen I ke segmen berikutnya, seperti pada segmen II dan segmen IV, kecuali pada

Tabe l 5.3 Ide ntifikasi Ke giatan Komersial di Bagian Perife ri Pada Masing-

Masing Se gme n

Se gme n Pe rdagangan

Jasa

Pe ndidikan Pe rkantoran Ke se hatan Jumlah Tiap

Unit Se gmen

Segmen I 11 8 4 4 5 32 Segmen II

1 2 11 Segmen III

2 2 11 Segmen IV

7 5 2 2 3 19 Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010

Dari jumlah kegiatan komersial masing-masing segmen yang ditunjukkan pada tabel di atas terlihat pada segmen I yang paling banyak. Hal ini disebabkan karena pada segmen I, tepatnya yang terdaat Jalan Yosodipiro merupakan jalan arteri sekunder yang perkembangan kegiatan komersialnya lebih besar dan membentuk pola ribbon development. Seperti yang ditunjukkan pada peta sebelumnya yaitu peta 5.2.

Pada bagian enclave, kecenderungan penyebaran kegiatan komersial terlihat menyebar di dalam permukiman warga pada masing- masing segmen. Distribusi kegiatan komersial masing-masing segmen pada bagian enclave dapat dilihat pada Tabel 5.4. Kegiatan komersial di bagian enclave, berupa perdagangan dan jasa dalam skala kecil, yaitu berupa toko, kios, wartel, warung, dan kegiatan komersial lainnya. Cakupan pelayanan kegiatan komersial pada bagian enclave tidak sebesar apa yang ada pada bagian periferi. Sebagian besar adalah kegiatan yang melayani kebutuhan warga di lingkungan permukiman mereka. Akan tetapi perkembangan kegiatan komersial yang terjadi, mengalami kenaikan semenjak adanya pembangunan apartemen Solo Paragon. Yang paling menonjol adalah jasa kost-kostan. banyak warga yang dengan sengaja membuka kost-kostan untuk para tenaga kerja kasar yang bekerja pada Pada bagian enclave, kecenderungan penyebaran kegiatan komersial terlihat menyebar di dalam permukiman warga pada masing- masing segmen. Distribusi kegiatan komersial masing-masing segmen pada bagian enclave dapat dilihat pada Tabel 5.4. Kegiatan komersial di bagian enclave, berupa perdagangan dan jasa dalam skala kecil, yaitu berupa toko, kios, wartel, warung, dan kegiatan komersial lainnya. Cakupan pelayanan kegiatan komersial pada bagian enclave tidak sebesar apa yang ada pada bagian periferi. Sebagian besar adalah kegiatan yang melayani kebutuhan warga di lingkungan permukiman mereka. Akan tetapi perkembangan kegiatan komersial yang terjadi, mengalami kenaikan semenjak adanya pembangunan apartemen Solo Paragon. Yang paling menonjol adalah jasa kost-kostan. banyak warga yang dengan sengaja membuka kost-kostan untuk para tenaga kerja kasar yang bekerja pada

Tabe l 5.4 Ide ntifikasi Ke giatan Komersial di Bagian Enclave Pada Masing-

Masing Se gme n

Pe ndidikan Pe rkantoran Ke se hatan Se gme n

Pe rdagangan

Jasa

Jumlah Unit

Segmen I 8 5 3 1 2 19 Segmen II

5 4 1 2 2 14 Segmen III

- 6 Segmen IV

6 2 3 1 1 13 Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010

Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa segmen I atau kawasan yang terdapat koridor Jalan Yosodipuro paling mendominasi kegiatan komersial dibanding segmen lainnya. Hal ini disebabkan karena selain letaknya yang dekat dengan keberadaan Solo Paragon, juga terletak pada jalan arteri sekunder yang sering dilewati para pengguna jalan. Sehingga muncul banyak kegiatan komersial mix-use.

5.1.4 Pola Pemanfaatan Lahan Masing-Masing Segmen

Untuk memperjelas sebaran lokasi kegiatan komersial di wilayah studi, maka pada sub bab ini diidentifikasi lokasi sebaran kegiatan komersial eksisting melalui pengamatan pola pemanfaatan lahan pada masing-masing segmen berikut :

1. Segmen I Lokasi segmen I yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Yosodipuro hingga Jalan Hasanudin tata guna lahan yang berkembang pada bagian periferi pada segmen I didominasi oleh fungsi komersial (toko

kafe, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa (bank, salon, laundry, Bimbingan Belajar, percetakan dan lain-lain). Pada segmen ini ditemui sangat sedikit rumah tinggal penduduk yang menghadap ke Jalan Yosodipuro (berada di bagian periferi). Eksistensi kegiatan komersial pada bagian periferi akan mendorong perubahan pemanfaatan lahan pada lapisan belakangnya (bagian enclave) untuk dijadikan sebagai kawasan komersial pendukungnya. Perubahan pemanfaatan lahan pada bagian periferi segmen I, berada pada tahap “suksesi”, yaitu penggantian fungsi lama (permukiman) menjadi fungsi baru (komersial). Hal ini diindikasikan dengan sedikitnya rumah tinggal di sepanjang periferi pada segmen I. Perubahan pemanfaatan lahan ini terjadi akibat tarikan dari adanya fungsi mix use baru yang terdaat di dalamnya yaitu Solo Paragon.

2. Segmen 2 Lokasi segmen II yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Cipto M angunkusumo hingga Jalan Dr. Supomo. Tata guna lahan pada bagian periferi segmen II didominasi oleh fungsi komersial, (toko mebel/furniture, toko bahan bangunan, toko roti, restoran, kafe, kantor notaris, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa. (salon, laundry, dll). Sedangkan pada bagian enclave didominasi oleh deretan perumahan yang padat. Berdasarkan karakteristik dominasi jenis pemanfaatan lahan kegiatan komersial pada segmen II terlihat lebih sedikit dari pada segmen I. Hal ini dikarenakan zona pada segmen II merupakan kawasan permukiman padat.

3. Segmen 3 Lokasi segmen 3 yaitu zona yang dibatasi oleh persimpangan Jalan Sutomo hingga Jalan Slamet Riyadi. Tata guna lahan pada segmen 3 didominasi oleh kegiatan komersial (M all, showroom, toko pakaian, restoran, kantor keuangan, bank, dll). Selain fungsi komersial juga terdapat fungsi jasa. (hotel, warnet, wartel, salon, laundry, dll).

Sebelum adanya Solo Paragon, kawasan ini dari awal memang merupakan kawasan komersial mix use karena terletak di dekat jalan arteri primer Kota Surakarta. Sehingga sebelum Solo Paragon hadir di Kota Surakarta, kawasan ini sudah banyak terdapat kegiatan komersial seperti mall, kantor, showroom, restoran, bank, dan kegiatan lainnya.

4. Segmen 4 Lokasi segmen 4 yaitu zona yang dibatasi oleh Jalan Waru hingga Jalan Dr. M uwardi. Tata guna lahan pada segmen IV didominasi oleh fungsi pendidikan, baik pada koridor periferi maupun pada enclave. Karena terdapat kompleks SDN 15, SDN 16, SM PN 25, dan SM PN

26. Karena pada kawasan ini didominasi oleh konsentrasi sarana pendidikan, sehingga memunculkan adanya kegiatan jasa bimbingan belajar, toko buku, dan toko-toko makanan. Pola pemanfaatan lahan masing-masing segmen di kawasan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.4 – 5.7, peta kondisi pemanfaatan lahan pada masing-masing segmen.

Gambar 5.4 Pe ta Kondisi Pe manfaatan lahan Pada Se gme n I

Rini Fauzia │I0606039 93

Gambar 5.5 Pe ta Kondisi Pe m anfaatan lahan Pada Se gme n II

Rini Fauzia │I0606039 94

Gambar 5.6 Pe ta Kondisi Pe manfaatan lahan Pada Se gme n III

Rini Fauzia │I0606039 95

Gambar 5.7

Pe ta Kondisi Pe manfaatan lahan Pada Se gme n IV

Rini Fauzia │I0606039 96

Teori Lee lebih menekankan kepada aksesibilitas. Dimana Aksesibilitas fisikal tidak lain merupakan tingkat kemudahan suatu lokasi dapat dijangkau oleh berbagai lokasi yang lain. Di daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang tinggi akan mempunyai daya tarik yang lebih kuat dibandingkan dengan daerah yang mempunyai nilai aksesibilitas fisikal yang rendah. Sehingga semakin dekat dengan keberadaan Solo Paragon, semakin intens pola perubahan pemanfaatan lahan yang berubah kepada komersial di kawasan tersebut .

Dokumen yang terkait

BAB 1 PENDAHULUAN - Identifikasi kerusakan dan desain teknik perbaikan outer ringroad Kota Madiun

0 0 133

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Partisipasi petani dalam kegiatan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (sl-ptt) di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen

0 0 73

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Anteseden dan Konsekuens Kepemimpinan Transformasional (Studi Pada Karyawan PT Pos Indonesia di Surakarta)

0 0 137

Hubungan sosial asosiatif pemerintah dan pedagang dalam pembangunan pasar Parang Magetan

0 0 142

Pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di “Rakabu Furniture” Surakarta

2 2 60

Hubungan intensitas penerangan terhadap kelelahan mata pada karyawan di PT. Manyar Mandiri Tbk, Kartasura, Sukoharjo

1 3 37

Pengaruh paparan bising terhadap gangguan pendengaran pada pekerja di PT. ge lighting Indonesia Yogyakarta

0 0 45

PENGGUNAAN MEDIA DAN KESENJANGAN KEPUASAN (Studi Tentang Tayangan Berita Liputan 6 Petang di SCTV dan Program Reportase Sore di Trans TV terhadap Kepuasan Menonton Siaran Berita Televisi dalam Usaha Mendapatkan Informasi yang Aktual di Kalangan Anggota DP

0 0 75

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN TEPI SUNGAI BENGAWAN SOLO (Bengawan Solo Riverside Development)

4 8 189

1 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Sekolah Menengah Internasional di Jakarta Dengan Penekanan Pada Green Architecture TUGAS AKHIR - Konsep perencanaan dan perancangan Sekolah Menengah Internasional di Jakarta dengan penekanan pada green architecture

4 17 55