Perumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok

C. Perumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Belimbing Dewa di Kota Depok

a. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Setelah faktor-faktor lingkungan internal agribisnis belimbing dewa di Kota Depok diidentifikasi, maka untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut dalam kerangka strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) diperluakan tabel IFE, seperti pada Tabel 19 berikut ini :

commit to user

Faktor Internal

Bobot

Rating

Bobot x Rating Kekuatan

1. Lokasi Kota Depok yang Strategis karena dekat dengan daerah pemasaran

0,090

4 0,360

2. Akses transportasi yang mendukung

produksi yang mudah diakses oleh petani

0,088

3 0,264

4. Kualitas buah yang baik

0,082

3 0,246

5. Pendapatan usahatani yang tinggi

0,088

4 0,352

6. Kota Depok sentra produksi

7. Adanya pembinaan dan pelatihan

1. Kuantitas buah yang masih rendah

masih rendah

petani yang kurang baik

0,068

2 0,136

4. Petani yang tidak aktif

0,065

2 0,130

5. Modal petani yang terbatas

tenaga kerja

2,720 Sumber : Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Internal Factor

Evaluation

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari faktor-faktor internal yang terdapat pada agribisnis belimbing dewa di Kota Depok sehubungan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Berdasarkan hasil perhitungan analisis internal diperoleh faktor- faktor strategi kekuatan dan kelemahan yang kemudian disusun matriks

commit to user

nilai pembobotan. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 19 yang menjelaskan bahwa total pembobotan sebesar 2,720 , artinya agribisnis belimbing dewa di Kota Depok berada pada posisi strategis dan memiliki kekuatan yang cukup kuat dalam mengatasi kelemahan-kelemahannya.

Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 19 diketahui bahwa faktor kekuatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap agribisnis belimbing dewa di Kota Depok adalah lokasi Kota Depok yang strategis karena dekat dengan daerah pemasaran dan akses transportasi yang mendukung dimana keduanya bernilai 0,360 . Faktor-faktor kelemahan dalam matriks IFE menjelaskan yang paling berpengaruh bagi perusahaan ini adalah kuantitas buah yang masih rendah dengan nilai 0,068.

b. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

Setelah faktor-faktor lingkungan eksternal agrbisnis belimbing dewa di Kota Depok diketahui, maka untuk merumuskan faktor-faktor strategis eksternal tersebut dalam rangka opportunities (peluang) dan threats (ancaman) diperlukan tabel EFE, seperti pada Tabel 20 berikut ini :

commit to user

Faktor Internal

Bobot

Rating

Bobot x Rating Peluang

1. Budaya

masyarakat

back to nature

0,113

3 0,339

2. Potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya

semakin meningkat

0,131

4 0.524

4. Perkembangan teknologi

1. Faktor perubahan iklim

buah lain

0,095

1 0,095

3. Semakin berkurangnya lahan pertanian

3,344 Sumber : Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Eksternal Factor

Evaluation

Matrik EFE digunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari faktor-faktor eksternal yang terdapat pada agribisnis belimbing dewa di Kota Depok sehubungan dengan peluang dan ancaman bagi pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Berdasarkan Tabel 20 jumlah nilai pembobotan faktor eksternal adalah sebesar 3,344 yang artinya kemampuan para pelaku agribisnis belimbing dewa untuk memanfaatkan peluang-peluang dalam mengatasi ancaman-ancaman yang dihadapi baik.

Berdasarkan matriks EFE pada Tabel 20 diketahui bahwa faktor peluang yang mempunyai pengaruh besar terhadap agribisnis belimbing dewa di Kota Depok adalah potensi alam yang sangat sesuai untuk budidaya belimbing dewa dan permintaan buah belimbing yang semakin meningkat 0,524 . Faktor-faktor ancaman dalam matriks EFE menjelaskan

commit to user

berkurangnya lahan pertanian dengan nilai 0,580 .

c. Matriks IE (Internal External)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, total nilai yang dibobot pada matriks IFE adalah sebesar 2,720 yang artinya agribisnis belimbing dewa memiliki faktor internal yang berada pada posisi cukup kuat, sedangkan total nilai yang dibobot pada matriks EFE adalah sebesar 3,344 yang artinya respon agribisnis belimbing dewa terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong baik. Total nilai yang dibobot pada matriks IFE dan EFE tersebut kemudian dipetakan dalam matriks IE, sehingga dapat diketahui posisi agribisnis belimbing dewa saat ini. Tabel 5. Matrik Internal-External

Total Nilai IFE yang Diberi Bobot

Total Nilai EFE Yang Diberi Bobot

I Tumbuh dan membangun

II Tumbuh dan membangun

III Pertahankan dan Pelihara

Sedang 2,00 – 2,99

IV Tumbuh dan membangun

V Pertahankan dan Pelihara

VI Panen dan Divestasi

Lemah 1,00 – 1,99

VII Pertahankan dan Pelihara

VIII Panen dan Divestasi

IX Panen dan Divestasi

Sumber : David, 2009 Matriks Internal Eksternal pada Tabel 5 memperlihatkan posisi

agribisnis belimbing dewa berada pada sel V yaitu pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang dapat dilakukan menurut David (2009) pada posisi seperti ini, yaitu strategi penetrasi pasar, pengembangan produk dan pengembangan pasar.

Strategi penetrasi pasar adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cara perbanyak kios buah belimbing di Kota Depok dan

commit to user

dewa ke daerah lain dalam rangka untuk meningkatkan penjualan.

Strategi pengembangan produk adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Strategi pengembangan produk dapat dilakukan yaitu dengan cara meningkatkan kualitas melalui penerapan SOP yang baik dan benar agar buah belimbing dewa yang dihasilkan mempunyai rasa, ukuran dan kualitas secara keseluruhan yang baik. Strategi pengembangan pasar yaitu meliputi pengenalan produk atau jasa yang ada pada saat ini ke wilayah-wilayah geografis baru. Strategi pengembangan pasar dapat dilakukan dengan cara memperluas pasar belimbing dewa ke daerah penjualan baru agar produk belimbing dewa semakin dikenal oleh masyarakat luas.

d. Matriks SWOT

Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dan didapatkan inti strategi perusahaan, maka selanjutnya adalah memformulasikan strategi yang sesuai bagi perusahaan dengan mencocokkan faktor-faktor strategis yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan menggunakan matriks SWOT.

Setelah mengetahui komponen-komponen faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman), maka diperoleh beberapa alternatif strategi sebagai berikut :

1. Strategi S-O Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internalnya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah :

a. Pengoptimalan kapasitas produksi dengan penerapan SOP.

b. Pembentukan agrowisata perkotaan.

commit to user

Strategi W-O adalah strategi yang yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dalam memanfaatkan peluang. Alternatif strategi W-O yang dapat dirumuskan adalah :

a. Pengembangan kelembagaan petani untuk mendapatkan akses ke lembaga pembiayaan.

b. Peningkatan peran penyuluh dalam pembinaan dalam manajemen usaha dan melakukan peninjauan secara rutin dalam penerapan SOP.

3. Strategi S-T Strategi S-T adalah strategi yang mengoptimalkan kekuatan internal yang dimilikinya dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan adalah :

a. Petani melakukan usaha pembibitan.

b. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian.

4. Strategi W-T Strategi W-T adalah strategi untuk menitikberatkan pada upaya meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman. Alternatif strategi W-T yang dapat dirumuskan adalah :

a. Peningkatan kompetensi SDM dan penguatan modal.

b. Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal.

commit to user

IFE

EFE

Kekuatan (S)

1. Lokasi Kota Depok yang strategis karena dekat dengan

daerah

pemasaran

2. Akses transportasi yang mendukung

3. Ketersediaan

sarana

produksi yang mudah diakses oleh petani

4. Kualitas buah yang baik

5. Pendapatan

usahatani

yang tinggi

produksi belimbing dewa

7. Adanya pembinaan dan pelatihan

dari

pemerintah

Kelemahan (W)

1. Kuantitas buah yang masih rendah

2. SDM petani yang masih rendah

3. Manajemen usaha petani yang kurang baik

4. Petani yang tidak aktif

5. Modal petani yang terbatas

6. Kurang tersedianya tenaga kerja

Peluang (O)

1. Budaya masyarakat back to nature

2. Potensi alam yang sangat

sesuai

untuk

budidaya belimbing dewa

3. Permintaan buah belimbing yang semakin meningkat

4. Perkembangan teknologi

5. Pasar yang masih terbuka

Strategi S-O

1. Pengoptimalan kapasitas

(S1,S2,S3,S5,O3,O4,O5).

2. Pembentukan agrowisata

perkotaan (S4,S6,S7,O1,O2).

Strategi W-O

1. Pengembangan kelembagaan

petani untuk

mendapatkan akses

ke lembaga pembiayaan (W4,W5,O3,O4,O5).

2. peningkatan peran penyuluh

dalam pembinaan

dalam manajemen usaha dan melakukan peninjauan secara rutin dalam penerapan SOP (W1,W2,W3,W5,O1,O 2,O3,O5)

Ancaman (T)

1. Faktor perubahan iklim

2. Persaingan dengan buah lain

3. Semakin berkurangnya lahan pertanian

Strategi S-T

1. Petani melakukan usaha

pembibitan(S1,S2,S4,S7, T2).

2. Peningkatan kualitas dan

kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian (S3,S5,S6,T1,T3).

Strategi W-T

1. Peningkatan kompetensi SDM dan penguatan

modal (W2,W3,W4,W5,W6,T 1,T2).

2. Pemanfaatan lahan perkarangan

yang maksimal (W1,T3).

Sumber : Analisis Data Primer

commit to user

e. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matriks QSP

Dari hasil analisis matriks SWOT telah diperoleh delapan alternatif strategi yang bisa diterapkan untuk pengembangan agribisnis belimbing dewa di Kota Depok. Dalam menentukan prioritas strategi yang paling tepat dan utama maka dilakukan analisis Matriks QSPM untuk pengambilan keputusan. Matriks QSPM memberikan gambaran kelebihan- kelebihan relatif dari masing-masing strategi yang selanjutnya memberikan dasar objektif untuk dapat memilih salah satu atau beberapa strategi spesifik yang menjadi pilihan. Langkah selanjutnya adalah mencari alternatif strategi yang dapat diimplementasikan sehingga terpilih tiga strategi, yaitu :

1. Pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal ( 7,013 ).

Belimbing dewa di Kota Depok kebanyakan ditanam pada perkarangan rumah. Diharapkan dengan terbatasnya lahan di Kota Depok, perkarangan yang sempit dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat. Pohon belimbing pada perkarangan rumah berfungsi sebagai tanaman teduh karena pohonnya yang rindang selain itu dengan potensi yang baik sebenarnya menanam belimbing dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Jumlah produksi belimbing pada usia diatas 15 tahun mencapai 150 kg tidak mungkin dapat habis di konsumsi sendiri sehingga dengan kelebihan produksi dapat di jual ke pasar dan akhirnya menjadi sumber pendapatan, dengan cara seperti ini juga apabila rata-rata rumah tangga memanfaatkan lahan perkarangannya untuk menanam belimbing maka ini dapat meningkatkan produksi belimbing di Kota Depok sendiri.

2. Petani melakukan usaha pembibitan ( 5,079 ). Strategi ini didasarkan pada kondisi dimana lahan di Kota Depok yang terbatas, sehingga untuk menambah pendapatan petani dapat dilakukan usaha pembibitan bibit belimbing dewa. Hal ini dikarenakan banyak pihak yang ingin mengembangkan belimbing

commit to user

petani untuk memperoleh tambahan pendapatan.

3. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi pertanian ( 3,979 ).

Strategi ini didasarkan pada kondisi dimana lahan pertanian di Kota Depok yang semakin hari semakin terbatas akibat maraknya alih fungsi lahan. Peningkatan kualitas dan kuantitas buah belimbing dewa dengan intensifikasi diharapkan dapat menjadi solusi terbaik. Intensifikasi pertanian adalah salah satu usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan cara mengoptimalkan lahan perhatian yang sudah ada. Intensifikasi pertanian memang sangat dianjurkan untuk diterapkan agar produk atau hasil pertanian bisa lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik pula. Intensifikasi pertanian dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengolahan lahan atau tanah pertanian secara tepat, pengaturan irigasi atau saluran air, pemberian pupuk sesuai aturan, dan pemberantasan hama dengan baik.

Strategi yang terbaik yang dapat dilakukan oleh agribisnis belimbing dewa di Kota Depok adalah pemanfaatan lahan perkarangan yang maksimal dengan nilai TAS (Total Atractiveness Score) 7,013 . Prioritas pelaksanaan strategi berdasarkan nilai TAS pada matriks QSP dapat dilakukan dari strategi yang memiliki nilai tertinggi, kemudian diikuti oleh strategi dengan urutan nilai TAS berikutnya sampai nilai TAS terkecil. Hasil perhitungan analisis Matriks QSP dapat dilihat pada Tabel 22.

commit to user

Kota Depok

Faktor-faktor Kunci

Bobot

Alternatif Strategi

Strategi I

Strategi II

Strategi III FAKTOR INTERNAL

1. Lokasi Kota Depok strategis karena dekat dengan daerah pemasaran

0,270 2. Akses transportasi yang

0,180 3. Ketersediaan sarana

produksi yang mudah diakses oleh petani

4. Kualitas buah yang baik

0,164 5. Pendapatan usahatani yang

0,264 6. Kota Depok sentra produksi

belimbing dewa

0,170 7. Adanya pembinaan dan

pelatihan dari pihak pemerintah

0,148 8. Kuantitas buah yang masih

0,204 9. SDM petani mayoritas

masih rendah

0,114 10. Pengelolaan keuangan

petani yang kurang baik

0,136 11. Kelembagaan yang kurang

menyeluruh seluruh petani

0,130 12. Modal petani yang terbatas

0,068 13. Kurangnya tersedianya

tenaga kerja

FAKTOR EKSTERNAL

1. Budaya masyarakat back to nature

0,113 2. Potensi alam yang sangat

sesuai untuk budidaya belimbing dewa

0,262 3. Permintaan belimbing dewa

yang semakin meningkat

2 0,262 4. Perkembangan teknologi

2 0,244 5. Pasar yang masih terbuka

0,254 6. Faktor perubahan iklim

0,136 7. Persaingan dengan buah

0,095 8. Semakin berkurangnya

lahan pertanian

Sumber : Rekapitulasi Hasil Perhitungan dengan Matriks Quantitave Strategic

Planning

commit to user