Partisipasi Membuat Keputusan
2. Partisipasi Membuat Keputusan
Dalam hal ini yang dimaksud partisipasi dalam pembuatan keputusan bersama adalah dimana disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi yang relevan kedudukannya mereka. Partisipasi dalam membuat keputusan bersama peneliti menanyakan kepada responden pertanyaan nomer 3 dan 4 sebagai berikut:
2.1 Bawahan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan organisasi.
Tabel 5
Tingkat Partisipasi Memberikan Masukan kepada Atasan
n= 80
Sumber: Diolah dari jawaban pernyataan nomor 2
Kategori
Sangat Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
JUMLAH
Sumber: Diolah dari Tabel 5
Gambar 2
Bawahan Diberi Kesempatan Mengemukakan Pendapat
Dari hasil pengolahan data diatas menunjukkan bahwa bawahan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan organisasi 45 responden (56,25%) menjawab “setuju”. Berdasarkan data tersebut, diperkuat dengan hasil wawancara peneliti kepada Bapak Soeharmanto selaku Humas PT. PLN (Persero) Area Surakarta, menyatakan setuju tentang pernyataan bawahan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan organisasi. Karyawan diberi kesempatan menyampaikan
Tingkat Partisipasi Memberikan Masukan kepada
Atasan
· SS : Sangat Setuju · S : Setuju · N : Netral · TD : Tidak Setuju · STS: Sangat Tidak Setuju
SS S N TS STS
ide dan mengeluarkan pendapatnya, memiliki hak untuk mengeluarkan pendapatnya, karena untuk mendapatkan informasi dan masukan serta sering berhubungan dengan kebijakan organisasi.
Sebagai perbandingan, hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Adhitya Anggi W Iklim Komunikasi Organisasi dan Disiplin Kerja (Studi Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Dan Disiplin Kerja di Lingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta)”, responden menjawab sangat setuju 35,59%, menjawab setuju 61,02%, menjawab ragu-ragu 3,39% dalam partisipasi bawahan diberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kebijakan organisasi.
Dari hasil pengamatan peneliti, bawahan mengemukakan pendapatnya dan keterlibatan mereka sangat penting bagi keputusan organisasi, mengemukakan pendapat dalam proses pengambilan keputusan ini termasuk dalam komunikasi ke atas. Ini sesuai dengan pendapat Arni Muhammad yaitu: “Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan, dengan adanya komunikasi ini atasan dapat mengetahui pendapat bawahan mengenai atasan, pekerjaan, teman-teman bekerja dan mengenai organisasi.” (Arni Muhammad, 2009: 120).
2.2 Karyawan berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukannya.
Tabel 6
Tingkat Kemampuan Karyawan Berkomunikasi dan
Berkonsultasi n = 80
Kategori
Sangat Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Sumber : Diolah dari jawaban pernyataan nomer 4
Sumber: Diolah dari Tabel 6
Tingkat Kemampuan Karyawan Berkomunikasi dan
Berkonsultasi
SS S N TS STS
· SS : Sangat Setuju · S : Setuju · N : Netral · TD : Tidak Setuju · STS: Sangat Tidak Setuju
Gambar 3
Karyawan Berkomunikasi dan Berkonsultasi
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa karyawan berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukannya sebanyak 49 responden (61,25%) menjawab “setuju”. Berdasarkan datatersebut, diperkuat dengan hasil wawancara peneliti kepada Bapak Soeharmanto selaku Humas PT. PLN (Persero) Area Surakarta, setuju dengan pernyataan yang menyebutkan bawahan berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukannya. Dalam melaksanakan tugas pekerjaan, atasan memberikan perintah dan arahan sedangkan bawahan meminta petunjuk pelaksanaan untuk melaksanakan tugas tersebut, bila ada kesulitan bawahan selalu menanyakan kepada atasan agar tugas tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Karyawan berkonsultasi sesuai dengan pekerjaan yang terkait dengan hambatan atau permasalahan, agar diselesaikan dan permasalahan tersebut juga sebagai senjata untuk mengatasi permasalahan serupa yang
Sebagai penelitian perbandingan, hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhitya Anggi W yang berjudul “Iklim Komunikasi Organisasi dan Disiplin Kerja (Studi Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Dan Disiplin Kerja di Lingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta)”, dalam indicator partisipasi membuat keputusan karyawan harus dapat berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukannya, hasil yang didapat adalah sebesar (30,51%) menjawab sangat setuju, dan sebesar (69,49%) menjawab setuju dalam indicator tersebut di Lingkungan Badan Kepegawaian Daerah Kota Surakarta.
Dari hasil pengamatan peneliti, karyawan PT. PLN (Persero) Area Surakarta berkomunikasi dan berkonsultasi dengan lancar mengenai tugas-tugasnya, karyawan memberikan ide mengenai sistem kerja yang terjadi pada saat rapat-rapat dan acara- acara tertentu yang diadakan di perusahaan dengan lancar.
Teori yang dikemukakan oleh Planty&Machaver (1952) menjelaskan bahwa: “Komunikasi keatas menumbuhkan aspirasi dan loyalitas kepada
organisasi dengan memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran- saran mengenai operasi organisasi” (R.Wayne Pace & Don F: 2010:190).