Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Akad-akad dalam asuransi syariah tidak hanya sebatas pada akad tabarru’ dan mudharabah saja. Tetapi beberapa akad-akad tijarah lainnya yang ada dalam fiqih islam seperti al-musyarakah, al-wakalah, al-wadiah, as-syirkah, al-musahamah, dan sebagainya dibenarkan oleh syara’ untuk digunakan dalam asuransi syariah.

2.10 Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Sebagaimana sudah dibahas bahwa dalam Asuransi Islam terdapat prinsip- prinsip yang dijadikan landasan operasionalnya. Prinsip-prinsip itulah yang antara lain membedakan praktik asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Jika melihat prinsip dan sistem operasional asuransi Islam, akan mengantar seseorang kepada pemahaman bahwa jasa perasuransian Islam tidak bekerja semata-mata dari sudut kepentingannya yang bersifat materi. Menurut Syakir Sula, kehadiran asuransi Islam ini membawa misi pemberdayaan umat ekonomi dan sumber daya manusia serta pencerahan kultural. Adapun perbedaan prinsipial antara asuransi Islam dengan asuransi konvensional adalah sebagai berikut:  Dari segi konsep Dalam konsep konvensional, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung. Sedangkan dalam konsep Islam, asuransi adalah sekumpulan orang-orang yang saling membantu, saling menjamin, dan bekerja sama, dengan cara masingmasing mengeluarkan dana tabarru.  Dari asal-usul Asuransi Konvensional berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Pada tahun 1668 M di Coffe House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal-bakal asuransi konvensional. Adapun Asuransi Islam berasal dari al-`āqilah, kebiasaan suku Arab jauh sebelum 24 Islam datang. Kemudian disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah dituangkan dalam konstitusi pertama di dunia Konstitusi Madinah yang dibuat langsung oleh Rasulullah.  Dilihat dari sumber hukumnya. Asuransi konvensional bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Asuransi konvensional berdasarkan pada hukum positif, hukum alam, dan contoh- contoh yang ada sebelumnya. Sedangkan asuransi islam bersumber dari wahyu Allah, sunnah Nabi Muhammad saw, ijma’, qiyas, isti san, `dan urf tradisi. Asuransi ḥ konvensional tidak selaras dengan syariah Islam karena adanya maisīr, garār, dan ribā yang diharamkan dalam mu’āmalah. Sedangkan asuransi islam bersih dari adanya maisir, garar, dan riba.  Pengawasan Dalam asuransi konvensional tidak ada Dewan Pengawas Syariah, karena prinsip-prinsipnya tidak berdasarkan syariah Islam sehingga dalam praktiknya banyak bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’.  Akad Perjanjian Asuransi konvensional menggunakan akad jual-beli aqd al-mu`awadah, aqd al-iz`an, aqd al-garar, dan aqd al-mulzim, sedangkan asuransi islam menggunakan aqd al-tabarru’ dan aqd al-tijarah mu arabah, wakalah, wa i’ah, syirkah, dan ḍ ḍ sebagainya.  Dari segi jaminanrisk Asuransi konvensional menggunakan transfer of risk, di mana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung, sedangkan asuransi Islam menggunakan sharing of risk, di mana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya ta`awun.  Dari segi pengelolaan Dalam asuransi konvensional tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada terjadinya dana hangus. Sedangkan dalam asuransi Islam, pada produk-produk saving life terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru’, derma dan dana peserta, sehingga tidak mengenal istilah dana hangus.  Investasi Dana Premi 25 Dalam asuransi konvensional bebas melakukan investasi dalam batas-batas ketentuan perundang-undangan, dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya obyek atau sistem investasi yang digunakan. Sedangkan dalam asuransi Islam, investasi dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsipprinsip syariah Islam. Di samping itu, dalam melakukan investasi, asuransi bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang.  Kepemilikan Dana Dalam asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan ke mana saja. Sedangkan dalam asuransi Islam, dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta ahib al-mal, asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah mu arib dalam ṣ ḍ mengelola dana tersebut.  Unsur Premi Dalam asuransi konvensional, unsur premi terdiri dari tabel mortalita mortality tables, bunga interest, biaya-biaya asuransi cost of insurance. Dalam asuransi Islam, iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan yang tidak mengandung unsur ribā. Tabarru’ juga dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa perhitungan bunga teknik.  Loading komisi agen Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukkan bagi komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu, nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada masih hangus, sedangkan pada sebagian asuransi Islam, loading komisi agen tidak dibebankan pada peserta tetapi dari dana pemegang saham. Akan tetapi, sebagian yang lainnya mengambilkan dari sekitar 20-30 persen saja dari premi tahun pertama. Dengan demikian, nilai tunai tahun pertama sudah terbentuk.  Sumber Pembayaran Klaim Pada asuransi konvensional, sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Dari praktiknya 26 tampak benar bahwa asuransi konvensional merupakan bisnis murni dan tidak ada nuansa spiritualnya; Sedangkan pada asuransi Islam, sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening tabarru’, di mana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah, peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut.  Sistem Akuntansi Sistem akuntansi yang dianut asuransi konvensional adalah konsep akuntansi accrual basis, yaitu proses akuntasi yang mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan nonkas. Di samping asuransi konvensional juga mengakui pendapatan, peningkatan aset, expenses, leabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam waktu yang akan datang. Adapun asuransi Islam menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual basis dianggap bertentangan dengan syariah karena mengakui adanya pendapatan, harta, beban atau utang yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu.  Keuntungan Pada asuransi konvensional, keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan. Sedangkan pada asuransi Islam, profit yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil mu ārabah dengan peserta. ḍ  Misi dan Visi Secara garis besar misi utama asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan sosial. Adapun misi yang diemban oleh asuransi Islam adalah misi akidah, misi ibadah ta`āwun, misi ekonomi, dan misi pemberdayaan umat.

2.11 Pendapat Ulama Tentang Asuransi