menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, dan kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Ruang lingkup usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana
dari masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap timbulnya kerugian
karena suatu kemungkinan peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.
2.2 Pengertian Asuransi Syariah
Istilah asuransi dalam bahasa arab disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min.
Menta’minkan sesuatu artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang
telah disepakati atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. Dalam islam, terdapat tujuan yang mendasar yaitu al-kifayah “kecukupan”
dan al-anmnu “keamanan”. “Sebagaimana firman Allah SWT bahwa dialah allah yang mengamankan mereka dari ketakutan”, sehingga sebagian masyarakat menilai
bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan. Dari prinsip tersebut islam menyarankan kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri
dimasa mendatang maupun untuk keluarganya. Banyak pendapat mengenai beberapa pengertian asuransi, antara lain :
1. Asuransi dapat diartikan sebagai suatu persetujuan dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mendapat premi, untuk
mengganti kerugian atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.
3
2. Husain Hamis Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah ta’awun yang terpuji yaitu saling menolong dalam berbuat kebajikan dan takwa, dengan
demikian ta’awun mereka salaing membantu antar sesama, dan mereka takut dengan bahaya yang mengancam mereka.
3. Musthafa Ahmad Zarqa mengatakan bahwa makna asuransi adalah kejadian. Adapun metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda
namun pada intinya asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko ancaman bahaya yang akan terjadi
dalam hidupnya, dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
4. Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-ta’min atau asuransi syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial.
5. Dalam buku Aqdu at-Ta’min wa mauqifu asy-syari’ah al-Islamiyah Minhu, az-Zahra mengatakan bahwa sistem asuransi yang dipahami oleh
para ulama syariah adalah sebuah sistem ta’awun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah.
Tugas ini diberikan kepada sekelompok tertanggung dengan cara memberikan pengganti kepada orang yang tertimpa musibah. Pengganti
tersebut diambil dari kumpulan premi-premi yang dimiliki. Mereka para ulama syariah mengatakan bahwa dalam penetapan semua hukum yang
berkaitan dengan kehidupan sosial dan ekonomi, islam bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas saling menolong dan
menjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Dengan demikian, asuransi dilihat dari segi teori dan sistem sangat relevan
dengan tujuan-tujuan umum syariah dan didukung oleh dalil-dalil. Dikatakan demikian karena asuransi adalah sebuah gabungan kesepakatan untuk saling
menolong, yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi antara sejumlah besar manusia. Tujuannya adalah menghilangkan atau meringankan kerugian dari
4
peristiwa-peristiwa yang menimpa dan jalan yang ditempuh adalah dengan memberikan sedikit pemberian dari masing-masing individu.
Menururt Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tahun 2001 dalam fatwa DSN No. 21DSN-MUIX2001 bagian Pertama mengenai Ketentuan
Umum angka 1, disebutkan bahwa Asuransi Syariah Ta’min, Takaful, Tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah pihakorang
melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk mengahadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah. Dari definisi tersebut tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong-menolong atas dasar ukhuwah islamiah antara sesama anggota
peserta asuransi syariah dalam menghadapi resiko. Oleh sebab itu, premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas dana tabungan dan tabarru’. Dana tabungan adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah dan akan mendapat alokasi bagi hasil
al-mudharabah dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila yang
bersangkutan mengajukan klaim, baik berupa klaim manfaat asuransi. Sedangkan, tabarru’ adalah sumbangan dalam definisi Islam adalah Hibah. Sumbangan hibah
atau dana kebajikan ini diberikan dan di ikhlaskan oleh peserta asuransi syariah jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi
lainnya. Dengan adanya dana tabarru’ dari para peserta asuransi syariah ini maka semua dana untuk menanggung risiko dihimpun oleh para peserta sendiri.
2.3 Sejarah Asuransi Syariah