Produksi Sampah dan Sistem Pengelolaannya di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area tahun 2014

(1)

PRODUKSI SAMPAH DAN SISTEM PENGELOLAANNYA DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN TEGAL

SARI 1 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh :

SIKAP BERLIANA SITEPU NIM. 101000011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PRODUKSI SAMPAH DAN SISTEM PENGELOLAANNYA DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN TEGAL

SARI 1 KECAMATAN MEDAN AREA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SIKAP BERLIANA SITEPU NIM. 101000011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk manusia, lebih lanjut akan memberikan efek negatif terhadap kesehatan yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang dilakukan serta mengetahui rata-rata produksi sampah per hari di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan populasi adalah seluruh rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu seluruh rumah tangga yang berjumlah 64 rumah tangga.

Pengukuran produksi sampah dilakukan di rumah warga dengan cara menimbang sampah selama 8 hari berturut-turut. Jumlah produksi sampah yang didapatkan ialah 2.476 Liter sampah dari 64 rumah tangga dengan jumlah jiwa sebanyak 243 jiwa. Di Lingkungan IX, jumlah produksi sampah ialah 2,5 m3 yang berarti bahwa di Lingkungan IX membutuhkan 1 unit lagi gerobak sampah untuk dapat mengangkut sampah dengan baik. Jadijumlah produksi sampah per hari ialah 1,27 Liter/Orang/hari.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area sebagian besar sudah mempunyai tempat pewadahan sampah (96,9%) dan tidak mempunyai tutup (79,7%).

Dengan demikian diharapkan agar instansi pemerintah terkait memperhatikan dan memperbaharui sistem pengelolaan sampah yang memadai. Diharapkan Dinas Kebersihan Kota Medan menambah alat pengangkutan sampah seperti gerobak sampah,menambah petugas kebersihan serta memberikan informasi bagi masyarakat dan petugas kebersihan mengenai pengelolaan sampah yang baik. Kepada masyarakat juga diharapkan dapat menyediakan tempat penampungan sampah.


(5)

ABSTRACT

Waste is any materials unused and rejected as worthless or unwanted, useless or profitless activity, expanding and consuming thoughtlessly or carelessly. Increased activity and human population impact to will give negative health effects which cause environmental degradation.

The main purpose of this research to know the production waste and thewaste management in Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan MedanArea. The research used descriptive survey method and the population was whole household. Sampling was donewith atotal sampling methodieall householdstotaling64households.

Measurement ofwaste productionis doneinhousehold by way ofweighing thewastefor 8consecutive days. Totalwaste productionobtainedis2.476litterof 64households with ahead countas many as 243people or 2,5 m3. in Lingkungan IX the production waste is 2,5 m3, it’s mean that Lingkungan IX need 1 unit a transporting waste carts so that all the waste can be better. As a result,the averagewaste productionperdaywas1,27 Liter/person /day.

The resulted of this research showed that peoplein Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area already hasmost of theareawherewaste disposal(96.9%) andthe waste disposal have not a close (79,7%).

Therefore, the goverments is expected to give more attention andproperwaste managementsystem. Medan CitySanitation Departmentis

expectedto addtoolssuch astransporting wastecarts, addingjanitorand

provideinformationto the communityandthejanitorbetter waste management. To the communityare alsoexpected toprovide shelterwaste.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP BIODATA

Nama : Sikap Berliana Sitepu

Tempat/Tanggal Lahoir : B.Jehe 1/ 19 April 1992

Agama : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamt Rumah : Jln. Merdeka No. 99 B.Tigor, Tigalingga Nama Orangtua

1. Ayah : Antoni Sitepu

2. Ibu : Tionar Situmorang

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1998-2004: SD Negeri 033917, Barisan Tigor, Tigalingga

Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 1 Tigalingga Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1 Tigalingga


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produksi Sampah dan Sistem Pengelolaannya di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area tahun 2014”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. dr. Wirsal HasanMPH,selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan perhatian serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini dan menjadi motivasi penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Asfriyati SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan petunjuk bagi penulis selama mengikuti pendidikan di FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara maupun di dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

5. Seluruh Dosen dan Pegawai terutama di Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberi masukan dan berkat ilmu pengetahuan selama perkuliahaan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 6. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan dan Kepala Kelurahan Tegal Sari 1

Kecamatan Medan Area yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Buat kedua orangtua yang saya sayangi A. Sitepu dan T. Situmorang dan Saudara/I ku yang saya banggakan (Dewi, Dora, Anta, Henni, Tahan, Ulung) dan seluruh keluarga besar saya di manapun berada.

8. Buat brotherku (Thomson/Thomas) yang sudah mau membantu dari awal dalam pengerjaan skripsi ini, dan yang terkadang hampir selalu kurepotkan. 9. Seluruh civitas GMKI Komisariat FKM USU yang senantiasa memberikan

motivasi dan doa kepada penulis.

10.Buat teman-teman kelompok kecilku (KIFAT : Kak Risanti, Elsa, Nova, Lestari dan Marta) yang selama ini memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

11.Seluruh mahasiswa FKM stambuk 2010 yang sama-sama berjuang menjalani perkuliahan di FKM USU.

12.Seluruh Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan yang sama-sama saling mendukung dan memotivasi.

13.Mahasiswa teman-teman PBL dan LKP terkhusus buat notulisku ( Devi Pohan dan Erna) yang selalu memberikan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini. 14.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu


(9)

Tak ada gading yang tak retak, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu/sdr/I atas kilaf dan salah baik sengaja maupun tidak sengaja selama melaksanakan studi.

Semoga Tuhan melimpahkan berkat-Nya kepada kita dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak. Akhir Kata Tinggi Iman, Tinggi Ilmu, dan Tinggi Pengabdian. UT OMNES UNUM SINT

Medan, April 2014


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan………. i

Abstrak………. ii

Abstrack……….. . iii

Daftar Riwayat Hidup……… iv

Kata Pengantar………... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pengertian Sampah ... 8

2.2. Sumber-sumber sampah ... 12

2.3. Sumber-Sumber Sampah ... 13

2.4. Macam-Macam Sampah ... 15

2.4.1. Berdasarkan Atas jenisnya ... 15

2.4.2. Berdasarkan teknik Pengelolaan dan jenis pemanfaatannya... 16

2.4.3. Berdasarkan Asalnya ... 16

2.4.4. Berdasarkan Sumbernya ... 17

2.5. Produksi Sampah ... 17

2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komposisi Sampah ... 20

2.7. Aspek Pengelolaan Sampah... 23

2.7.1. Aspek Teknis Operasional ... 23

2.7.2. Aspek Kelembagaan ... 37

2.7.3. Aspek Peraturan ... 39

2.7.4. Aspek Pembiayaan ... 40

2.7. Ukuran-Ukuran Yang Dipakai Dalam pengelolaan Sampah ... 43

2.8.1. Ukuran Berat ... 43

2.8.2. Ukuran Berat Jenis/Kepadatan ... 43

2.8.3. Ukuran Volume ... 44

2.9. Sistem Perencanaan Pengelolaan Sampah... 45

2.10. Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan lingkungan. 46 2.10.1. Pengaruh Yang Baik Dari Pengelolaan Sampah ... 46

2.10.2. Pengaruh Negatif Dari Pengelolaan Sampah ... 48

2.10. Kerangka Konsep Penelitian ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 59


(11)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 53

3.2.2. Waktu Penelitian ... 53

3.3. Populasi dan Sampel ... 53

3.3.1. Populasi ... 53

3.3.2. Sampel ... 54

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 54

3.4.1. Data Primer ... 54

3.4.2. Data Sekunder ... 54

3.5. Defenisi Operasional ... 55

3.6. Aspek Pengukuran ... 56

3.6.1. Produksi Sampah ... 57

3.7. Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 58

Gambaran Wilayah Umum Penelitian ... 58

Karakteristik Responden ... 59

Gambaran Pengelolaan Sampah ... ` 60

4.3.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan di Lingkungan IX ... 60

4.4. Operasional Pengelolaan Sampah di Lingk. IX Kel. Tegal Sari 1 ... 61

4.4.1. Operasional Pengelolaan Sampah ... 61

4.4.2. Aspek Kelembagaan ... 66

4.4.3. Aspek Peraturan ... 67

4.4.4. Aspek Pembiayaan ... 67

4.4. Produkai Sampah ... 68

BAB V PEMBAHASAN ... 76

5.1. Pengelolaan Sampah di Lingkungan IX Kel. Tegal Sari 1 ... 76

5.2.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan di Lingk. IX Kel. Tegal Sari 1 ... 76

5.1.2. Operasional Pengelolaan sampah Di Lingk. IX Kel. Tegal Sari 1 ... 77

5.1.3. Aspek Kelembagaan ... 85

5.1.4. Aspek Peraturan ... 85

5.2. Karakteristik ... 88

5.3. Produksi Sampah ... 89

5.4. Perencanaan Pengelolaan Sampah ... 91

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

6.1. Kesimpulan ... 96

6.2. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99


(12)

Daftar tabel

Tabel Halaman

Tabel 2.1Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Timbulan Sampah ... 20 Tabel 2.2Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan KlasifikasiKota ... 21 Tabel 2.3 Tipe Pemindahan (Transfer)……….... . 32 Tabel 4.1 Kondisi Lingkungan Di Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan

Medan Area ... 58 Tabel 4.2 Karakteristik Responden di Lingkungan IX Kelurahan Tegal

Sari 1 ... 59 Tabel 4.3Kondisi Tempat Penampungan Sampah yang Dimiliki Oleh

Masyarakat Di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 ……... 61 Tabel 4.4Kondisi Tempat Pengumpulan Sampah Di Lingkungan IX


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan persampahan

(SNI 19-2454- 2002) ... 25

Gambar 2.2. Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung ... 28

Gambar 2.3. Pola Pengumpulan sampah Komunal ... 29

Gambar 2.4 Tahapan Perencanaan Sistem Pengelolaan Persampahan ... 51

Gambar 2.5. Kerangka Konsep ... 52


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Pengukuran Sampah Di Lingkungan IX KelurahanTegal Sari

1 …….……….…………. 96

Lampiran 2 Kuesioner Untuk Dinas Kebersihan Kota

Medan……… 98

Lampiran 3 Lembar Observasi Lapangan Di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 ….………100

Lampiran 4 Hasil Olahan Data Penelitian ………..104 Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU ……… 109 Lampiran 6 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan

Pengembangan Statistik Kota

Medan……….110 Lampiran 7 Surat Izin Pengambilan Data dari DInas Kebersihan Kota

Meda……….………. 111 Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Kelutahan

Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area…………. ………..112

Lampiran 9 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian dari Dinas

Kebersihan Kota Medan... ….. 113 Lampiran 10 Master Data……...114


(15)

ABSTRAK

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Peningkatan aktivitas dan jumlah penduduk manusia, lebih lanjut akan memberikan efek negatif terhadap kesehatan yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang dilakukan serta mengetahui rata-rata produksi sampah per hari di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan populasi adalah seluruh rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling yaitu seluruh rumah tangga yang berjumlah 64 rumah tangga.

Pengukuran produksi sampah dilakukan di rumah warga dengan cara menimbang sampah selama 8 hari berturut-turut. Jumlah produksi sampah yang didapatkan ialah 2.476 Liter sampah dari 64 rumah tangga dengan jumlah jiwa sebanyak 243 jiwa. Di Lingkungan IX, jumlah produksi sampah ialah 2,5 m3 yang berarti bahwa di Lingkungan IX membutuhkan 1 unit lagi gerobak sampah untuk dapat mengangkut sampah dengan baik. Jadijumlah produksi sampah per hari ialah 1,27 Liter/Orang/hari.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area sebagian besar sudah mempunyai tempat pewadahan sampah (96,9%) dan tidak mempunyai tutup (79,7%).

Dengan demikian diharapkan agar instansi pemerintah terkait memperhatikan dan memperbaharui sistem pengelolaan sampah yang memadai. Diharapkan Dinas Kebersihan Kota Medan menambah alat pengangkutan sampah seperti gerobak sampah,menambah petugas kebersihan serta memberikan informasi bagi masyarakat dan petugas kebersihan mengenai pengelolaan sampah yang baik. Kepada masyarakat juga diharapkan dapat menyediakan tempat penampungan sampah.


(16)

ABSTRACT

Waste is any materials unused and rejected as worthless or unwanted, useless or profitless activity, expanding and consuming thoughtlessly or carelessly. Increased activity and human population impact to will give negative health effects which cause environmental degradation.

The main purpose of this research to know the production waste and thewaste management in Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan MedanArea. The research used descriptive survey method and the population was whole household. Sampling was donewith atotal sampling methodieall householdstotaling64households.

Measurement ofwaste productionis doneinhousehold by way ofweighing thewastefor 8consecutive days. Totalwaste productionobtainedis2.476litterof 64households with ahead countas many as 243people or 2,5 m3. in Lingkungan IX the production waste is 2,5 m3, it’s mean that Lingkungan IX need 1 unit a transporting waste carts so that all the waste can be better. As a result,the averagewaste productionperdaywas1,27 Liter/person /day.

The resulted of this research showed that peoplein Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area already hasmost of theareawherewaste disposal(96.9%) andthe waste disposal have not a close (79,7%).

Therefore, the goverments is expected to give more attention andproperwaste managementsystem. Medan CitySanitation Departmentis

expectedto addtoolssuch astransporting wastecarts, addingjanitorand

provideinformationto the communityandthejanitorbetter waste management. To the communityare alsoexpected toprovide shelterwaste.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan hidup akhir-akhir ini sudah semakin ramai dibicarakan. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya sudah tentu tidak lepas dari tujuan agar kehidupan manusia itu terdapat keserasian, keselarasan dan keseimbangan, baik itu kehidupan diantara sesamanya maupun dengan lingkungan alam. Tetapi cita-cita mulia yakni dambaan kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang itu tidak mudah diwujudkan mengingat masyarakat belum sepenuhnya sadar akan pentingnya lingkungan hidup tersebut.

Manusia mempunyai berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi bahan makanan, minuman, barang dan lainnya dari sumber daya alam yang tersedia. Disisi lain aktivitas tersebut menghasilkan barang-barang yang akan dikonsumsi, namun disisi lain aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang tidak diinginkan atau tidak berguna. Makin hari makin bertambah banyak, hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk disatu pihak dan dipihak lain dengan ketersediaan ruang hidup manusia yang relatif tetap, dan bahan buangan ini dikenal dengan sampah.

Dari berbagai masalah lingkungan hidup, masalah sampah merupakan masalah yang sangat kompleks dan erat kaitannya dengan tata kehidupan manusia, baik kehidupan perorangan maupun lingkungan masyarakat. Masalah sampah juga tidak hanya terjadi di Medan atau di Indonesia saja, namun termasuk didunia. Oleh karena itu, dalam pengaturan dan perbaikan lingkunga hidup telah


(18)

menjadi perhatian dunia. Hal itu dimulai sejak 5 Juni 1972 telah disahkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia pada konferensi PBB di Stocholm tentang mengelola lingkungan hidup (Pantodwijo, 1988).

Salah satu permasalahan yang di hadapi manusia adalah semakin meningkatnya produksi sampah. Kondisi inilah yang akhir-akhir ini dihadapi kota-kota besar di Indonesia khususnya Kota Medan yang merupakan pusat aktivitas penduduk. Disisi lain dengan semakin meningkatnya peradaban manusia, tuntutan akan pentingnya kebersihan kota juga semakin besar. Hal ini tentu berkaitan dengan upaya manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan sesuai dengan hakekat dan tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Salah satu unsur yang secara langsung terkait dengan kebersihan dan keindahan lingkungan adalah masalah sampah. Persoalan sampah inilah yang akhir-akhir ini menjadi fenomena aktual kota-kota besar di Indonesia.

Pada tahun 2007, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2.083.156 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk tahun 2000 terjadi pertumbuhan penduduk tahun 2000-2007 sebesar 1,28 % pertahun, dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7858 jiwa/km² . Sementara menurut data Dinas Kebersihan Kota Medan pada tahun 2009 dengan pertambahan penduduk Kota Medan sebesar 2.578.315 jiwa menghasilkan sampah sebesar 5.616 m³/hari (1.404 ton/hari) dengan volume sampah sebesar itu jika tidak dilakukan dengan manajemen pengelolaan yang baik akan mengalami penurunan kualitas lingkungan.

Setiap masyarakat dari berbagai golongan dimanapun berada, bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan atau sampah yang


(19)

dihasilkannya, dan sampah Rumah Tangga (RT) merupakan bagian terbesar dari sampah di kota-kota dan sebagian besar berasal dari sampah dapur dan sampah pekarangan. Kondisi inilah yang memaksa pemerintah daerah memacu kemampuan untuk mengelola sampah dengan baik dan benar berdasarkan pengetahuan yang relative minim. Namun sayang, niat baik pemerintah itu masih jauh dari memadai bila diukur dari sistem dan metode pengelolaan sampah yang efektif, aman, sehat, ramah lingkungan.

Melihat kondisi tersebut, penanganan sistem pengelolaan persampahan suatu kota harus dilaksanakan dengan efisien dan efektif, sehingga dapat dicapai hasil maksimum sesuai yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam pengelolaan persampahan hal yang perlu diperhatikan yaitu diantaranya adalah pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan sementara serta pembuangan akhir, dimana yang paling menentukan baik tidaknya ssspengelolaan sampah adalah pengangkutan sampah (Naatonis, 2010).

Kondisi ini memaksa pemerintah daerah memacu kemampuan untuk mengelola sampah dengan baik dan benar berdasarkan pengetahuan yang relativ minim. Namun sayang, niat baik pemerintah itu masih jauh dari memadai bila diukur dari sistem dan metode pengelolaan sampah sampah secara efektif, aman, sehat, ramah lingkungan dan ekonomis. Bahkan pada umumnya penanganan sampah ini masih terkesan sesuatu yang business as usual dan rutin yang memandang sampah sebagai barang yang menjijikkan. Sehingga penanganannya pun dipahami hanya sebatas urusan memindahkan, membuang dan memusnahkan dengan cara yang sangat tidak aman dan cenderung mencemari lingkungan.


(20)

Undang-undang No.18/2008 Pasal 6 butir (d) menyatakan bahwa tugas pemerintah adalah melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Ini berarti Pemerintah memiliki tanggungjawab dalam penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, termasuk menentukan rute pengangkutan sampah mulai dari sumber hingga tempat pengelolaan akhir.

Data mengenai produksi sampah sangat diperlukan dalam menyeleksi jenis atau tipe peralatan yang digunakan dalam transportasi sampah, desain sistem pengolahan persampahan, fasilitas pengolahan sampah, dan desain TPA. Penentuan produksi sampah biasanya dinyatakan dalam volume dan berat. Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang terdapat pada sampah dan distribusinya. Biasanya dinyatakan dalam persen berat (% berat). Data ini penting untuk mengevaluasi peralatan yang diperlukan, sistem, program dan rencana manajemen persampahan suatu kota (Damanhuri, 2004). Dalam penelitian Yones (2007), berdasarkan data jumlah KK yang terdapat di Kelurahan Ranai adalah 3.863 KK dengan jumlah penduduk 12.996 jiwa dengan produksi sampah rata-rata per jiwa per hari ialah 2,48 Liter/hari/jiwa.

Volume sampah yang diproduksi penduduk kota Medan mencapai 5.710 m3/hari. Masalah utama dalam sektor persampahan di kota Medan adalah masih banyaknya illegal dumping. Hal tersebut disebabkan karena tingkat kesadaran penduduk yang masih kurang. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang melayani pembuangan sampah untuk penduduk kota Medan terdapat di dua lokasi, yaitu di TPA Kampung Terjun dan TPA Namo Bintang. Luas area kedua TPA tersebut adalah 25 Ha. Status tanah TPA adalah milik Pemerintah kota


(21)

Medan. Sesuai dengan standard kota metropolitan, yaitu tingkat produksi sampah sebanyak 3,5 liter/orang/hari, kota Medan dengan jumlah penduduk 1.963.855 jiwa, menghasilkan 6.873,49 m3 timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,5/1000. Namun kota Medan baru dapat mengelola sebanyak 5.710 m3. Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 1.163,49 m3 (Profil Kabupaten/Kota Sumatera Utara).

Kecamatan Medan Area terdiri dari 12 lingkungan. Kondisi lingkungan di Kecamatan Medan Area Kelurahan Tegal Sari 1 merupakan suatu kondisi pemukiman padat penduduk dengan timbunan sampah yang cukup tinggi. Semakin tinggi jumlah penduduk disuatu daerah maka akan semakin tinggi pula sampah yang dihasilkan. Jika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai masalah seperti masalah estetika karena bau yang ditimbulkannya, menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit dan dapat mengganggu kualitas tanah dan air sekitarnya. Lingkungan IX di Kelurahan Tegal Sari 1 merupakan lingkungan yang cukup tinggi timbulan sampahnya dibandingkan dengan lingkungan yang lainnya. Banyaknya timbulan sampah di lingkungan ini diakibatkan oleh belum terlaksananya operasional pengelolaan sampah dengan baik dan belum terangkutnya sampah-sampah rumah tangga dengan baik dan pemukiman di kelurahan ini mempunyai lorong-lorong jalan yang sempit sehingga akses petugas kebersihan sulit menjangkau sampah-sampah yang ada. Karena Kelurahan ini berdekatan dengan lokasi Pasar Sukarame maka aktivitas-aktivitas di kelurahan ini cukup tinggi sehingga membuat daerah ini menjadi rawan dengan timbulan sampah. Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, memang terlihat Kelurahan Tegal Sari 1 ini mempunyai timbulan


(22)

sampah yang cukup tinggi dan masih banyak sampah-sampah yang belum terangkut dengan baik dan belum merata.

Melalui penelitian ini diharapkan agar operasi armada pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan optimal, sehingga seluruh produksi sampah yang dihasilkan dapat terangkut ke TPA setiap hari. Beberapa alternatif pengelolaan angkutan sampah juga diusulkan agar dapat dicapai pemerataan pelayanan persampahan bagi seluruh lapisan masyarakat di Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan area khususunya lingkungan IX.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap timbulan dan sistem pengelolaan sampah yang ada di Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area. Mengingat masalah sampah merupakan masalah yang dengan cepat dapat menimbulkan kerugian maka penulis perlu segera untuk meneliti sampah di daerah tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalahmasih banyaknya produksi sampah yang dihasilkan di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 kecamatan Medan Area yang belum terangkut dengan baik.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi sampah dan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area pada tahun 2014.


(23)

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik penduduk di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area.

2. Untuk mengetahui aspek teknis operasional pengelolaan sampah di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area.

3. Untuk mengetahui aspek kelembagaan pengelolaan sampah di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area.

4. Untuk mengetahui aspek pembiayaan pengelolaan sampah di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area.

5. Untuk mengetahui aspek peraturan pengelolaan sampah di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 kecamatan Medan Area.

6. Untuk mengetahui produksi sampah yang dihasilkan di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area.

7. Untuk mengetahui aspek teknis operasional sampah yang sesuai dilakukan di Lingkungan IX Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area.

2. Untuk dapat member masukan kepada Dinas Kebersihan dalam penanggulangan sampah.

3. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang sampah.


(24)

4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang ilmu kesehatan lingkungan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Sampah

Pengertian sampah telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Untuk lebih memahaminya, ditelaah beberapa pengertian sampah. Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan sebagai sesuatu yang tidsk digunakan, tidak perpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam pengertian lain sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat, ada yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik, seperti sisa sayuran, sisa daging, dan sebagainya. Sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa kertas, plastik, karet, logam, kaca, dan sebagainya (Slamet, 1994).

FKM-UI mendefenisikan sampah adalah sesuatu bahan/benda padat/yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter, kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia. Banyak lagi ahli-ahli yang mengajukan batasan-batasan lain, tapi pada umunya mengandung prinsip-prinsip yang sama yaitu:

 Adanya sesuatu benda atau zat padat atau bahan.

 Adanya hubungan langsung atau tak langsung dengan aktifitas manusia.

 Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi.

 Dibuang dalam arti pembuangannya dengan cara-cara yang diterima oleh umum (perlu pengelolaan yang baik).


(26)

Sebagaimana biasanya, lingkungan padat atau litosfir inipun digunakan orang untuk membuang sampah yang bersifat padat. Selain itu saat ini tanah juga digunakan untuk membuang sampah berbahaya yang cair maupun padat. Yang dimaksud dengan sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan adapula yang tidak mudah membusuk. Yang membusuk terutama terdiri atas zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging dan lain-lain sedangkan yang tidak mudah membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet, logam ataupun abu, bahan bangunan bekas dan lain-lain. Kotoran manusia, sekalipun padat tidak termasuk dalam defenisi sampah ini, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar. Atas dasar defenisi tersebut, maka sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biloigis dan kimianya, sehingga mempermudah pengelolaannya, sebagai berikut (Nurdin, 1981).

1. Sampah yang dapat membusuk seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan lainnya.

3. Sampah yang berupa debu atau abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.

Sampah-sampah yang terjadi di sekitar kita dikota-kota besar atau pedesaan dimana ada kegiatan manusia termasuk dalam pengertian sampah yang dimaksud. Yang tidak termasuk atau bukan sampah misalnya kebakaran hutan,


(27)

dimana abu sisa pembakaran tidak mengganggu hidup manusia. Contoh lain adalah bencana alam, misalnya meletusnya gunung berapi, banjir, gempa bumi dan lain-lain. Tapi bila bencana alam ini mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia maka benda-benda yang dikelola manusia ini sajalah yang termasuk sampah. Untuk jelasnya, bila terjadi suatu bencana alam seperti tesebut diatas dan menghasilkan sejumlah sampah, maka benda/benda atau sampah yang ada hubungannya dengan aktifitas manusia sajalah yang termasuk sampah, tapi bila akibat bencana alam tesebut misal: banyak pohon-pohon yang tumbang dihutan-hutan belantara, maka pohon-pohon/daun-daun ini tidak termasuk sampah dan karena hal ini tidak dikelola oleh manusia.

Produksi sampah perorangan maupun sampah rumah tangga setiap harinya, tidak dapat dipisahkan dari setiap kegiatan manusia itu sendiri. Khususnya produksi sampah rumah tangga, berkaitan juga dengan tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan besarnya keluarga. Pertumbuhan penduduk sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi sampah individu ataupun keluarga/rumah tangga. Demikian pula kenyataan bahwa, produksi sampah tidak lagi dibatasi waktu, tempat dan situasi. Ketidakterbatasan tersebut umunya disebabkan perilaku manusia yang memungkinkan peningkatan produksi sampah, sehingga menjadi demikian besarnya, mencapai suatu tahap di mana produksi lebih dominan dari pada kemampuan menghindari/memusnahkan sampah itu sendiri. Dari hasil pengamatan berbagai peneliti, ditemukan bahwa produksi sampah di Denpasar, Bali (1972) dan kotamadya Padang (1981), jumlahnya mencapai 2-3 liter per kapita per hari, sedang permasalahannya meliputi aspek-aspek pengelolaan dan penanggulangan sampah tersebut.


(28)

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak dapat digunakan lagi, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup (Riyadi, 1986). Dalam ilmu kesehatan, keseluruhan dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang tersebut, disebut benda-benda sisa atau benda-benda bekas (waste). Kecuali sampah kotoran manusia (human waste), air limbah dan atau air bekas (sewage) serta sisa-sisa industri (industrial waste) termasuk pula kedalamnya.

Dari sudut ini dijelaskan bahwa jika membicarakan tentang sampah (refuse), maka pembicaraan tersebut bersifat terbatas. Karena kotoran dari manusia (human waste) serta air limbah (sewage) tidk termasuk kedalamnya. Tetapi industrial waste termasuk kedalamnya karena sisa-sisa atau sampah dari hasil industri ini umumnya bersifat sama dengan berbagai jenis sampah lainnya.

Dari segi ini dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis (karena human waste tidak termasuk kedalamnya) dan umumnya bersifat padat (Aswar, 1990).

2.2.Sumber-sumber Sampah

1. Sampah yang berasal dari daerah pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari sampah-sampah hasil kegiatan rumah tangga dirumah seperti sampah-sampah hasil pengolahan makanan, dari halaman


(29)

dan dari dalam rumah sendiri, sisa-sisa minyak, kardus bekas, pakaian bekas, bahan bacaan, bekas lantai/karpet tua, perabotan rumah tangga. Pada sepuluh tahun terakhir ini sampah-sampah dari alat-alat rumah tangga, kulkas, mesin cuci, alat pemanas air cenderung meningkat jumlahnya.

2. Sampah yang berasal dari daerah perdagangan

Sampah dari pusat perdagangan atau pasar biasanya terdiri dari : kardus-kardus yang besar, kotak-kotak pembungkus, kertas-kertas, karbon, pita mesin tik, pita-pita lainnya. Dalam hal ini termasuk sampah makanan dari kantin dan restauran.

3. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah yang berasal dari pembersihan jalan-jalan biasanya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus kecil bercampur dengan bebatuan, debu, pasir, benda-benda yang jatuh dari truk/kendaraan, sobekan-sobekan ban atau onderdil-onderdil yang jatuh, juga daun-daunan, sampah-sampah yang dibuang dari mobil, kantong-kantong plastik dan lain-lain.

4. Sampah-sampah industri (industrial wastes)

Sampah-sampah yang berasal dari daerah industri termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri tersebut dan segala sampah dari proses-proses produksi yang terjadi dalam industri tersebut misalnya: sampah-sampah pengepakan barang, sampah-sampah bahan makanan, logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan lain-lain. Termasuk juga disini sampah-sampah dari rumah jagal serta industri daging kaleng. Beberapa sampah industri dapat bersifat toksis dan berbahaya terhadap kesehatan manusia.


(30)

5. Sampah-sampah yang berasal dari daerah pertanian dan perkebunan (agriculture wastes)

Sampah-sampah dari daerah inidapat berupa sampah dari hasil perkebunan atau pertanian misalnya jerami, sisa sayur mayur, batang jagung, pohon kacang-kacangan dan lain-lain yang umumnya jumlahnya cukup besar sewaktu musim panen. Umumnya sanpah-sampah ini dibakar dan dikembalikan pada tanah pertanian ataupun dijadikan pupuk untuk pertanian.

6. Sampah yang berasal dari daerah pertambangan

Pertambangan dapat menghasilkan sejumlah sampah yang tergantung pada jenis usaha tambangnya. Pengumpulan sejumlah mineral yang diproses maupun yang tidak diproses, mengandung zat-zat kontaminan yang apabila ada hujan dapat merembes dan membawa zat-zat yang toksik dan berbahaya kesuatu sumber air serta mencemari sumber air tersebut. Sampah-sampahnya berupa bahan-bahan tambang disamping sampah-sampah dari aktivitas manusia pengelolanya.

7. Sampah-sampah yang berasal dari gedung-gedung atau perkantoran (institutional wastes)

Terdiri dari kertas-kertas, karbon-karbon, pita-pita mesin tik, klip dan lain-lain, umumnya bersifat rubbish, kering dan mudah terbakar.

8. Sampah-sampah yang berasal dari daerah penghancuran gedung-gedung dan pembangunan/pemugaran

Terdiri dari puing-puing, pipa plastik/besi, paku, kayu-kayu, kaca, kaleng-kaleng, potongan-potongan besi dan lain-lain.


(31)

9. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Contohnya sampah dari tempat-tempat hiburan, tempat-tempat olahraga, tempat-tempat ibadah dan lain-lain yang dapat berupa kertas, sisa buah-buahan, plastik dan lain-lain.

10. Sampah yang berasal dari daerah kehutanan

Misalnya sampah hasil dari penebangan kayu ataupun kegiatan reboisasi hutan sebagian besar terdiri dari sampah daun dan ranting.

11. Sampah yang berasal dari pusat-pusat pengolahan air buangan

Dengan adanya sampah yang terangkut oleh air maka sampah-sampah ini dapat diangkat dari air kotor pada sistem penyaluran atau pengolahan air kotor, misalnya pada saringan besi. Sampah-sampah dapat berupa plastik, kertas, kayu dan lain-lain. Disamping itu dihasilkan juga lumpur dari proses pengolahan air buangan ini.

12. Sampah dari daerah peternakan dan perikanan

Sampah-sampah dari sini dapat berupa kotoran ternak atau sisa-sisa makanannya ataupun bangkai-bangkai binatang. Dari perikanan misalnya : bangkai-bangkai ikan, sisa-sisa makanan ikan atau lumpur.

2.3. Macam-macam Sampah 2.3.1. Berdasarkan atas jenisnya

1. Sampah yang mudah membusuk (garbage)

Sampah ini terdiri atas bahan-bahan organik seperti sisa makanan, sisa sayuran, sisa buah-buahan, dan sebagainya, yang kemudian disebut sampah basah.


(32)

2. Sampah yang tidak dapat/sukar membusuk (rubbish)

Sampah jenis ini terdiri atas bahan anorganik, misalnya pecahan botol, kaca, besi, sisa bahan bangunan dan sebagainya, yang kemudian sering disebut sampah kering. Kelompok rubbish ini dapat dipilahkan menjadi dua, yaitu: Sampah yang dapat dibakar (combustible rubbish) dan sampah yang tidak dapat dibakar (non combustible rubbish). Sampah juga dapat dipilahkan lagi menjadi metallic rubbish, misalnya sampah besi, timah, seng, aluminium, dan lain-lain, dan non metallic rubbish, misalnya pecahan botol, gelas, kaca, rombakan bahan bangunan dan sebagainya. 3. Sampah yang berbentuk partikel halus

Sampah yang berbentuk partikel halus merupakan berkas/sisa pembakaran (abu), debu dan lain-lain.

2.3.2. Berdasarkan teknik pengelolaan dan jenis pemanfaatannya

1. Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali, misalnya dibuat untuk pupuk kompos, untuk makanan ternak, diolah kembali, diperbaiki kembali. 2. Sampah yang dapat dibakar/sebagai bahan bakar, misalnya untuk briket,

biogas dan sebagainya.

3. Sampah yang harus dibuang untuk pertimbangan teknis dan ekonomis, misalnya sampah B3 (sampah yang terdiri dari bahan-bahan berbahaya dan beracun, misalnya bahan kimia beracun).

2.3.3. Berdasarkan asalnya

1. Sampah organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikana


(33)

atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik.

2. Sampah anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat dialam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama.

2.3.4. Berdasarkan sumbernya

Berdasarkan sumbernya sampah dapat dibagi menjadi (Sastrawijaya, 2000).

1. Sampah domestik, misalnya sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah sekolah dan sebagainya.

2. Sampah non domestik, misalnya sampah pabrik, sampah pertanian, sampah perikanan, sampah industri dan lain sebagainya.

2.4. Produksi Sampah

Semua orang setiap hari menghasilkan sampah. Rata-rata sampah yang dihasilkan oleh setiap orang dalam sehari disebut produksi sampah, yang dinyatakan dalam satuan volume maupun dalam satuan berat. Istilah timbulan sampah kota dapat diartikan sebagai banyaknya sampah total yang dihsasilkan perhari dalam satu kota, dinyatakan dalam satuan volume atau satuan berat.

Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah ialah :

a. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat timbulan sampah meningkat.


(34)

b. Keadaan sosial ekonomi, artinya semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang akan semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan. c. Kemajuan teknologi, akan menambah jumlah dan kualitas sampahnya.

Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, antara satu negara dengan negara lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah antara lain :

a. Tingkat hidup : makin tinggi tingkat hidup, makin banyak sampah yang ditimbulkan.

b. Pola hidup dan mobilitas masyarakat c. Kepadatan dan jumlah penduduk d. Iklim dan musim

e. Pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan f. Letak geografis dan topografi

Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata (2004), dari 384 kota menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2% yang dibakar sebesar 37,6%, yang dibuang kesungai 4,9% dan tidak tertangani sebesar 53,3%. Satu hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan , dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3R).


(35)

Meningkatnya populasi penduduk disetiap daerah/kota maka jumlah sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga makin meningkat. Secara umum komposisi komposisi dari timbulan sampah di setiap kota bahkan negara.

Berdasarkan data pada SK SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan sedang di Indonesia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen-komponen sumber timbulan sampah

No. Komponen sumber

sampah Satuan Volume (liter) Berat (Kg) 1 Rumah permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,35-0,40

2

Rumah semi

permanen

Per orang/hari 2,00-2,25 0,30-0,35

3

Rumah non

permanen

Per orang/hari 1,75-2,00 0,25-0,30

4 Kantor Per peg/hari 0,50-0,75 0,025-0,10 5 Toko/ruko Per petgs/hari 2,50-3,00 0,15-0,35 6 Sekolah Per mrd/hari 0,10-0,15 0,01-0,02 7 Jalan arteri Per mtr/hari 0,10-0,15 0,02-0,10 8 Jalan kolektor Bper mtr/hari 0,10-0,15 0,10-0,05

9 Jalan lokal Per mtr/hari 0,50-0,1

0,005-0,025 10 Pasar Per mtr/hari 0,20-0,60 0,10-0,30 Sumber : SNI S-04-1993-03

Dan besaran timbulan berdasarkan klasifikasi kota adalah sebagai berikut :


(36)

No. Klasifikasi Kota Volume (L/Orang/hari)

Berat

(Kg/Orang/hari)

1. Kota sedang 2,75-3,25 0,70-0,80

2. Kota kecil 2,5-2,75 0,625-0,70

Sumber : SNI S-01-1993-03

2.5. faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi sampah

Komposisi sampah akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Sumber darimana sampah tersebut berasal

Komposisi sampah yang berasal dari industrijelas akan berbeda dengan komposisi sampah dari daerah pemukiman ataupun dari pasar.

2. Aktivitas penduduk

Penduduk yang sebagian besar aktifitasnya adalah pertanian, komposisi sampah pertanian “garbage” akan lebih besar dari jenis-jenis sampah lainnya. Demikian juga halnya dengan penduduk yang mempunyai aktifitas perdagangan atau nelayan dan lain-lain.

3. Sistem pengumpulan dan pembuangan yang dipakai

Sistem yang dipakai akan mempengaruhi komposisi sampah suatu daerah. Se bagai contoh bila daerah tersebut akan memakai sistem pembuangan dengan pembakaran (incenerator) maka komposisi yang penting yang perlu diketahui dan dilakukan yaitu pemisahan antara sampah yang mudah terbakar dan yang sukar terbakar.Sedangkan bila pemusnahan sampah dengan : ”composting” maka komposisi sampah yang mudah membusuk dan yang sukar membusuklah yang perlu diketahui. Juga harus diperhatikan pula sistem pengangkutan yang digunakan bila diangkut dengan truk


(37)

pemadat maka sampah-sampah yang volumenya besar-besar seperti kulkas, mobil bekas dan lain-lain tidak bisa dimasukkan sehingga harus dipidahkan. 4. Adanya sampah-sampah yang dibuang sendiri atau dibakar

Contoh “garbage” dahulu kala diberikan pada binatang ternak sehingga jenis ini akan berkurang pada pengumpulan. Juga pada musim dingin, banyak “rubbish” dibakar sehingga jumlahnya berkurang. Adanya jenis-jenis bahan tertentu dalam sampah diambil kembali untuk dijual, misalnya : besi, kertas, beling, plastik, maka jenis sampah ini akan berkurang jumlahnya.

5. Geografi

Didaerah pegunungan jenis kayu-kayuan akan banyak, sedang didaerah pertanian jenis “garbage”/sampah pertanian yang banyak. Beda dengan di daerah pantai simana sampah jenis kerang-kerangan lebih dominan.

6. Waktu

Faktor waktu dapat mempengaruhi komposisi jenis sampah. Misalnya jenis sampah rumah tangga, pada waktu-waktu pengolahan makanan, serta pwnghidangannya maka jenis “garbage” akan banyak jumlahnya, sedangkan jenis “rubbish” menurun jumlahnya.

7. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi masyarakat mempunyai pengaruhnya terhadap jenis sampah yang dihasilkan, misalnya masyarakat yang sosial ekonominya baik maka jenis kaleng, plastik dan kardus-kardus meningkat dibandingkan dengan masyarakat golongan rendah dimana jenis sampahnya didominasi oleh jenis daun-daunan, kertas dan lain-lain. Juga kadang-kadang kita


(38)

temukan sampah jenis kulkas, AC, dan lain-lain yang sulit ditemukan pada masyarakat golongan rendah.

8. Musim/iklim

Pada waktu-waktu musim dingin, musim buah-buahan, musim kemarau, musim liburan, musim Hari Raya/Adat/Perayaan-perayaan, maka terjadi perubahan-perubahan komposisi sampah yang sesuai dengan iklim/musim saat itu.

9. Kebiasaan masyarakatnya

Kembali disini sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa pada suku Bali jenis janur dan sesajen akan meningkat serta pada suku minang, sampah makanan meningkat. Sedangkan kebiasaan masyarakat yang senang bersantai ria, maka sampah jenis plastik yang bertambah (bekas-bekas bedak, pakaian dan lain-lain).

10. Teknologi

Teknologi berpengaruh terhadap komponen sampah misalnya peningkatan jenis sampah plastik, kardus-kardus, karton-karton dalam perkembangan terakhir. Demikian pula sampah alat-alat elektronik seperti mesin-mesin fotokopi, AC, kulkas dan lain-lainnya. Juga dengan diciptakannya barang yang bersifat sekali pakai (disposible), jelas jenis ini akan meningkat berkat kemajuan teknologi. Sudah barang tentu perubahan komposisi ini tidak hanya pengaruh oleh satu faktor saja tetapi merupakan gabungan dari faktor-faktor tersebut diatas. Jadi dengan melihat komposisi sampah ini kita mengetahui kira-kira bahan-bahan apa yang pat ddidaur ulang (Recycling)


(39)

kembali. Selanjutnya dapat diketahui jenis-jenis sampah lainnya yang harus dikelola, serta dapat dipikirkan kira-kira cara pembuangan dan pemusnahan sampah yang tepat untuk penanggulangan sampah pada suatu daerah.

Gambar 2.1. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan (SNI 19-2454-2002)

2.6. Aspek Pengelolaan Sampah

Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi limaaspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan . (SNI 19-2454-20002)

2.6.1. Aspek Teknis Operasional

Aspek teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasar-dasar perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengelolaan sampah ditempat pembuangan akhir. Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan perwadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. (SNI 19-2454-2002).


(40)

Tata cara pengelolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang berkesinambungan, yaitu: penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/pengolahan.

1. Penampungan sampah/pewadahan

Proses awal dalam penampungan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah suatu cara penampungan sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke TPA. Tujuannya adalah untuk menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu lingkungan (SNI 19-2454-2002).

Bahan wadah yang dipersyaratkan sesuai Standard Nasional Indonesia adalah tidak mudah rusak, ekonomis, mudah diperoleh dan dibuat oleh masyarakat dan mudah dikosongkan. Sedangkan menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), persyaratan bahan wadah adalah awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat.

Macam tempat sampah yang dipakai untuk penyimpanan sampah ini banyak ragamnya. Di negara yang telah maju dipergunakan kertas plastik ataupun kertas tebal. Sedangkan di Indonesia yang lazim ditemui adalah keranjang plastik, rotan dan lain sebagainya (Aswar, 1990).

Menurut SNI 19- 2454-2002 pola pewadahan sampah dibagi menjadi: 1. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan

dengan wadah warna gelap.

2. Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam dan lainnya, dengan wadah warna terang.


(41)

3. Sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga (jenis sampah B3), dengan warna merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku.

Adapun syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan adalah:

1. Konstruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berseraknya sampah.

2. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan. Amat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotorkan tangan.

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang.

Macam tempat sampah yang dipakai untuk penyimpanan sampah ini banyak ragamnya. Di negara yang telah maju dipergunakan kertas plastik, atau kertas tebal. Sedangkan di Indonesia yang lazim ditemui adalah keranjang, plastik, rotan, dan lain sebagainya (Aswar, 1990).

2. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat penampungan/pewadahan ke gerobak/becak sampah sampai ketempat pembuangan sementara. Sampah yang disimpan sementara dirumah, kantor atau restoran, tentu saja selanjutnya perlu dikumpulkan, untuk kemudian diangkut, dibuang ataupun dimusnahkan.

Tempat pengumpulan sampah ini tentunya harus pula memenuhi syarat kesehatan. Syarat yang dianjurkan ialah sebagai berikut:


(42)

 Dibangun diatas permukaan setinggi kendaraan pengangkut sampah.

 Mempunyai dua buah pintu, satu untuk tempat masuk sampah dan yang lain untuk tempat mengeluarkan sampah.

 Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat kasa untuk mencegah masuknya lalat.

 Didalam rumah sampah harus ada keran air untuk membersihkan lantai.

 Tidak menjadi tempat tinggal lalat dan tikus.

 Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah.

Dalam pengumpulan sampah sebaiknya dilakukan juga pemisahan yang dikenal dengan dua macam, yaitu:

a. Sistem duet, artinya disediakan dua tempat sampah yang satu untuk sampah basah dan lain untuk sampah kering

b. Sistem trio, yakni disediakan tiga bak sampah yang pertama untuk sampah basah, kedua untuk sampah kering yang mudah dibakar serta yang ketiga untuk sampah kering yang tidak mudah terbakar (kaleng, kaca dan sebagainya)(Aswar,1990).

Menurut SNI-19-2454-2002, pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam dua yaitu :

a. Pola individual

Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ketempat pembuangan sementara /TPS sebelum dibuang ke TPA.


(43)

Gambar 2.2. Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung Sumber : SNI 19-2454-2002

1. Pola Individual Langsung

Pola individual langsung adalah cara pengumpulan sampah dari rumah-rumah/ sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Kondisi topografi bergelombang (rata-rata > 5%) sehingga alat pengumpul non mesin sulit beroperasi.

b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.

c. Kondisi dan jumlah alat memadai. d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari 2. Pola Individual Tak Langsung

Pola Individual Tak Langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya rendah. b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung. d. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%).

Pengangkut an TPA Pengum pulan


(44)

e. Kondisi lebar jalan dapat dilalui alat pengumpul.

f. Organisasi pengelola harus siap dengan sistem pengendalian. b. Pola komunal

Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ketempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan/ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.

Gambar 2.3. Pola Pengumpulan Sampah Komunal Sumber : SNI 19-2454-2002

1. Pola Komunal Langsung

Pola Komunal Langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bila alat angkut terbatas.

b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah. c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah.

d. Peran serta masyarakat tinggi.

e. Wadah komunal mudah dijangkau alat pengangkut. f. Untuk permukiman tidak teratur.

2. Pola Komunal Tak Langsung

Pola komunal tak Langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing titik wadah komunal dibawa ke lokasi pemindahan (menggunakan

Tem pat pem buangan Pengangkut

Wadah Sum ber


(45)

gerobak) untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Peran serta masyarakat tinggi.

b. Penempatan wadah komunal mudah dicapai alat pengumpul. c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

d. Kondisi topografi relatif datar (< 5%).

e. Lebar jalan/gang dapat dilalui alat pengumpul. f. Organisasi pengelola harus ada.

Menurut SNI 19-2454-2002, perencanaan operasional pengumpulan sebagai berikut:

1. Rotasi antara 1- 4 /hari

2. Periodisasi: 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali, tergantung dari kondisi komposisi sampah, yaitu:

a. Semakin besar presentasi sampah organik, periodisasi pelayanan maksimal sehari 1 hari.

b. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali.

c. Untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku d. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap

e. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodik f. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah

terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah. Adapun pelaksana pengumpulan sampah:


(46)

1. Pelaksana

Pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh:

1. Institusi kebersihan kota 2. Lembaga swadaya masyarakat 3. Swasta

4. Masyarakat

2. Pelaksanaan pengumpulan

Jenis sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh pihak yang berwenang pada waktu yang telah disepakati bersama petugas pengumpul dan masyarakat penghasil sampah. (SNI 19-2454-2002)

3. Pemindahan Sampah

Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan kedalam alat pengangkutan untuk dibawa ketempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002). Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29).

Tipe pemindahan sampah dapat dilihat dari table berikut:

Table 2.3. Tipe Pemindahan (Transfer)

No. Uraian Transfer Depo Tipe I

Transfer Depo Tipe II

Transfer Depo Tipe III

Luas

lahan > 200 m 2


(47)

Fungsi Tempat pertemuan peralatan

pengumpul dan pengengkutan sebelum dipindahkan; Tempat penyimpanan atau kebersihan; Bengkel sederhana; Kantor wilayah/pengend ali; Tempat pemilahan; Tempat pengomposan. Tempat pertemuan peralatan

pengumpul dan pengngkutan sebelum pemindahan; Tempat parker gerobak;

Tempat pemilahan.

Tempat pertemuan gerobak dan container (6-10 m3);

Lokasi penempatan container komunal (1-10 m3)

Daerah pemakai

Baik sekali untuk daerah yang mudah mendapat lahan

- Daerah yang sulit

mendapat lahan yang kosong dan daerah protocol/

Sumber: (SNI 19-2454-2002)

Lokasi pemindahan adalah sebagai berikut:

1. Harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkut sampah; 2. Tidak jauh dari sumber sampah;

3. Berdasarkan tipe, lokasi pemindahan terdiri dari: a. Terpusat (transfer depo tipe I)

b. Tersebar (transfer depo tipe II atau tipe III)

4. Jarak antara transfer depo untuk tipe I dan II adalah 1,0-1,5 Km. Cara pemindahan dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Pemindahan manual 2. Pemindahan mekans


(48)

3. Gabungan manual dan mekanis, pengisian container dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan container ke atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).

4. Pengangkutan sampah

Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat penampungan sementara dari tempat sumber sampah ketempat pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan . pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truk container tertentu yang dilengkapi pengepres (SNI 19-2454-2002).

Menurut SNI 19-2454-2002 persyaratan alat pengangkut sampah yaitu: 1. Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah,

minimal dengan jaring.

2. Tinggi bak maksimum 1,6 m. 3. Sebaiknya ada alat ungkit.

4. Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui.

5. Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air sampah.

Jenis peralatan dapat berupa:

1. Truk (ukuran besar dan kecil). 2. Dump truk/tripper truk. 3. Armroll truk.

4. Truk pemadat. 5. Truk dengan crane.


(49)

6. Mobil penyapu jalan. 7. Truk gandengan.

Pola pengngkutan sampah terdiri dari

 Pengngkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung (door to door)

 Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah;

 Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya;

 Selanjutnya diangkut ke TPA sampah;

 Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah berikutnya, sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

 Pengumpulan sampah melalui system pemindahan di transfer depo di tipe I dan II

 Kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA.

 Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit berikutnya

- Untuk pengumpulan sampah dengan sistem container (transfer tipe III), pola pengangkutannya adalah sebagai berikut:

a. Pola pengangkutan dengan system pengosongan container cara 1 adalah sebagai berikut

 Kendaraan dari pool menuju container isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA


(50)

 Container kosong dikembalikan ke tempat semula

 Menuju kekontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA

 Container kosong dikembalikan ke tempat semula

 Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

b. Pola pengangkutan dengan system pengosongan container cara 2 adalah sebagai berikut

 Kendaraan dari pool menuju container isi pertama untuk mengangkat sampah ke TPA

 Dari TPA kendaraan tersebut dengan container kosong menuju lokasi ke dua untuk menurunkan container kosong dan membawa container isi untuk diangkut ke TPA

 Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir

 Pada rit terakhir dengan container kosong, dari TPA menuju ke lokasi container pertama, kemudian truk kembali ke pool tanpa container

 System ini diberlakukan pada kondisi tertentu (missal: pengambilan pada jam tertentu atau mengurangi kemacetan lalu lintas).

c. Pola pengangkutan sampah dengan sistem pengosongan container cara 3 adalah sebagai berikut

 Kendaraan dari pool dengan membawa container kosong dengan menuju ke lokasi container isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA

 Kendaraan dengan membawa container kosong dari TPA menuju ke container isi berikutnya


(51)

 Pola pengangkutan sampah dengan sistem container tetap biasanya untuk container kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau trek biasa.

 Kendaraan dari pool menuju container pertama, sampah dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan kembali container yang kosong.

 Kendaraan menuju ke container berikutnya sehingga truk penuh, untuk kemudian langsung ke TPA.

 Demikian selanjutnya sampai dengan rit terakhir.

5. Pembuangan Akhir Sampah

Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah. Tempat menyingkirkan sampah kota sehingga aman (SK SNI T-11-1991-03). Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik disuatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah.

Pembuangan sampah biasanya dilakukan didaerah yang tertentu sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia. Pertimbangan penentuan lokasi TPA, mengacu kepada Standard Nasional Indonesia dengan penekanan pada beberapa hal sebagai berikut:

a. Keberadaan dan letak fasilitas publik, perumahan.

b. Ketersediaan dan kesesuaian lahan.

c. Kondisi hidrogeologi.


(52)

e. Jalur jalan.

f. Kecepatan pengangkutan.

g. Batas pengangkutan (jalan, jembatan, underpass).

h. Pola lalu lintas dan kemacetan.

i. Waktu pengangkutan.

j. Ketersediaan lahan untuk penutup (jika memakai sistem sanitary landfill).

k. Jarak dari sungai.

l. Jarak dari rumah dan sumur penduduk.

Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah adalah sebagai berikut:

1. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi dan lain sebagainya).

2. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

3. Ditempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 Km dari perumahan penduduk, dan sekitar 15 Km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi umur teknis tempat pembuangan akhir sampah (TPA) adalah

a. Volume riil yang masuk kedalam TPA. b. Pemadatan sampah oleh alat berat.

c. Volume sampah yang diangkut oleh pemulung. d. Batas ketinggian penumpukan sampah.


(53)

e. Ketinggian tanah urugan. f. Susut alami sampah.

Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi tiga metode yaitu : Open Dumping, Sanitary Landfill, Controlled Landfill.

a. Metode Open Dumping

Metode open dumping merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakuan khusus atau sistem pengolahan yang benar, sehingga sistem open dumping menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.

b. Metode Sanitary Landfill

Metode pembuangan akhir sampah yang dillakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Pekerjaan palapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.

c. Metode Controlled Landfill

Metode controlled landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.

2.7.2. Aspek Kelembagaan

Organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multidisiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut


(54)

aspek-aspek ekonomi, sosial budaya dan kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota. Perancangan dan pemilihan organisasi disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang membinanya, pola sistem operasional yang ditetapkan, kapasitas kerja dan sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi yang harus ditangani (Rahardyan dan Widagdo, 2005).

Menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan kategori kota. Adapun bentuk kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kota Raya dan Kota Besar (jumlah penduduk >500.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.

2. Kota sedang 1 ( jumlah penduduk 250.000-500.000 jiwa) atau Ibukota Provinsi bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.

3. Kota sedang 2 ( jumlah penduduk 100.000-250.000 jiwa) atau Kota/Kotif bentuk lembaga yang dianjurkan berupa dinas/suku dinas/UPTD Dinas Pekerjaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.

4. Kota kecil ( jumlah penduduk 20.000-100.000 jiwa) atau kota kotif bentuk lembaga pengelolaan sampah yang dianjurkan berupa dinas/suku dinas/UPDT, Dinas Pekerjaan Umum, atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.

Jumlah personil pengelola persampahan harus cukup memadai sesuai dengan lingkup tugasnya. Untuk sistem pengumpulan jumlah personil minimal 1 orang per 1.000 penduduk yang dilayani, sedangkan sistem pengangkutan, sistem


(55)

pembuangan akhir dan staf minimal 1 orang per 1.000 penduduk (SNI 19-2454-2002)

2.7.3. Aspek Peraturan

Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, keterlibatan masyarakat.

Menurut Rahardyan dan Widagdo (2005), peraturan yang diperlukan dalam penyelenggaraan sistem pengelolaan sampah diperkotaan antara lain adalah mengatur tentang :

1. Ketertiban umum yang terkait dengan penanganan persampahan 2. Rencana induk pengelolaan sampah kota

3. Bentuk lembaga dan organisasi pengelola 4. Tatacara penyelenggaraan pengelolaan 5. Tarif jasa pelayanan atau retribusi

6. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait, diantaranya kerjasama antar daerah atau kerjasama dengan pihak swasta.

Prinsip aspek peraturan pengelolaan persampahan berupa peraturan-peraturan daerah yang merupakan dasar hukum pengelolaan persampahan yang meliputi (Haryoto, 1998).

 Perda yang dikaitkan dengan ketentuan umum pengelolaan kebersihan.


(56)

 Perda yang khusus yang menentukan struktur tarif dan tarif dasar pengelolaan kebersihan.

Peraturan-peraturan tersebut melibatkan wewenang dan tanggung jawab pengelola kebersihan serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan pembayaran retribusi.

2.7.4. Aspek Pembiayaan

Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem pengelolaan persampahan dikota tersebut dapat bergerak dengan lancar. Sistem pengolahan persampahan di Indonesia lebih diarahkan ke sistem pembiayaan sendiri termasuk membentuk perusahaan daerah. Masalah umum yang sering dijumpai dalam sub sistem pembiayaan adalah retribusi yang terkumpul sangat terbatas dan tidak sebanding dengan biaya operasional, dana pembangunan daerah berdasarkan skala prioritas, kewenangan dan struktur organisasi yang ada tidak berhak mengelola dana sendiri dan penyusunan tarif retribusi tidak didasarkan metode yang benar.

Menurut Syfaruddin dan Priyambada (2001), besaran retribusi sampah adalah 1 % dari penghasilan per rumah tangga. Dengan demikian besaran retribusi sampah bervariasi sesuai tingkat pendapatan, makin tinggi pendapatan suatu rumah tangga maka makin besar retribusi yang harus mereka bayarkan karena makin tinggi tingkat ekonomi seseorang makin besar sampah yang mereka hasilkan.

Menurut SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di pemukiman, aspek pembiayaan terdiri dari:


(57)

 Peningkatan kapasitas pembiayaan.

 Pengelolaan keuangan.

 Tarif iuran sampah.

 Melaksanakan kesepakatan masyarakat dan pengelola serta konsultasi masalah prioritas pendanaan persampahan untuk mendapatkan dukungan komitmen Bupati/Walikota.

2. Sumber Biaya

Sumber biaya berasal dari:

a. Pembiayaan pengelolaan sampah dari sumber sampah di pemukiman sampai dengan TPS bersumber dari iuran warga.

b. Pembiayaan pengelolaan dari TPS ke TPA bersumber dari retribusi/jasa pelayanan berdasarkan Peraturan Daerah/Keputusan Kepala Daerah. 3. Jenis Pembiayaan

Jenis pembiayaan terdiri dari: a. Biaya investasi dan depresasi.

b. Total biaya operasional dan pemeliharaan sampah yang berasal dari: depresiasi + biaya operasional dan pemeliharaan.

1. Biaya Investasi

a. Biaya investasi terdiri dari:

 Alat pengomposan rumah tangga komunal, wadah sampah komunal.

 Alat pengumpulan (gerobak/beca/motor/mobil bak terbuka bersekat).

 Instalasi pengolahan (bangunan, peralatan daur ulang dan lainnya). b. Sumber Biaya


(58)

 Untuk wadah sampah, alat pengomposan, gerobak/motor/beca/mobil bak terbuka alat angkut tidak langsung lainnya, dari masyarakat atau swasta.

 Untuk pengadaan kendaraan pengumpul secara langsung, TPS, alat pengangkut sampah berasal dari pemerintah dan atau developer.

2. Iuran

a. Iuran dihitung dengan prinsip subsidi silang dari hasil komersil ke daerah non komersil dan dari pemukiman golongan berpendapatan tinggi ke pemukiman golongan berpendapatan rendah.

b. Besarnya iuran diatur berdasarkan kesepakatan musyawarah warga. c. Iuran untuk membiayai reinvestasi, operasi dan pemeliharaan. 3. Retribusi

Retribusi diatur berdasarkan peraturan daerah yang berlaku 4. Biaya Satuan Pengelolaan Sampah

Biaya satuan pengelolaan sampah sebagai berikut: a. Biaya perpenduduk/tahun.

b. Biaya per m3 atau per ton sampah. c. Biaya rata-rata per rumah tangga/bulan.

Menurut SNI-T-12-1991-03 tentang Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, biaya pengelolaan sampah dihitung berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan serta pergantian peralatan. Perbandingan biaya pengelolaan dari biaya total pengelolaan sampah sebagai berikut:

 Biaya pengumpulan 20%-40%

 Biaya pengangkutan 40%-60%


(59)

Biaya pengelolaan persampahan diusahakan diperoleh dari masyarakat (80%) dan Pemerintah Daerah (20%) yang digunakan untuk pelayanan umum antara lain: penyapuan jalan, pembersihan saluran dan tempat-tempat umum. Sedangkan dana pengelolaan persampahan suatu kota besarnya disyaratkan minimal ± 10% dari APBD. Besarnya retribusi sampah didasarkan pada biaya operasional pengelolaan sampah (Dit.Jendral Tata Perkotaan dan Tata perdesaan, Dep.Kimpraswil, 2003).Di Indonesia, besar retribusi yang dapat ditarik dari masyarakat setiap rumah tangga besarnya ± 0,5% dan maksimum 1 % dari penghasilan per rumah tangga per bulan. (Dit. Jendral Tata Perkotaan dan Tata perdesaan, Dep.Kimpraswill, 2003)

2.7. Ukuran-Ukuran Yang Dipakai Dalam Pengelolaan Sampah 2.7.1. Ukuran berat

Ukuran berat yang sering dipakai adalah

a. Ton/hari untuk jumlah produksi sampah dari suatu daerah.

b. Kg/orang/hari atau gr/orang/hari untuk produksi sampah per orang atau per kapita.

Ukuran ini baik digunakan oleh karena hasil-hasil yang didapat dari jumlah produksi sampah dengan memakai ukuran berat, dapat dibandingkan antara hasil satu daerah dengan daerah lain, atau hasil-hasil dari suatu kota/negara yang satu dapat dibandingkan dengan kota atau negara lain. Hanya kekurangannya yaitu membutuhkan alat timbangan yang memerlukan suatu modal. Jadi intuk suatu daerah/kota yang sedang berkembang kadang-kadang kebutuhan alat ini merupakan suatu hambatan dalam pengelolaan sampah padat (Haryoto, 1986).


(60)

2.7.2. Ukuran berat jenis/kepadatan

Ukuran ini dapat dipakai bila pemakaian ukuran berat belum dapat terpenuhi. Untuk itu memang diperlukan suatu penelitian dulu ( dengan memakai alat timbangan) untuk mengetahui berat sampah untuk volume sampah tertentu. Dari hasil ini akan didapat berat jenis/kepadatan dari sampah tersebut. Walaupun demikian ukuran ini dipengaruhi juga oleh :

a. Jenis-jenis sampah dan komposisinya.

b. Cara pengisian alat ukur volume apakah dipadatkan atau tidak.

Ukuran ini bila hendak membandingkan hasil produksi sampah suatu daerah dengan daerah lain agak susah oleh karena dipengaruhi oleh jenis dan komposisi sampah masing-masing daerah yang akan dibandingkan, serta dipengaruhi juga oleh cara pengisian container. Bila hendak membandingkan hasil-hasil produksi dengan ukuran ini maka kedua faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran tersebut hendaknya dikontrol atau disamakan (Haryoto, 1986).

2.7.3. Ukuran volume

Ukuran ini sering digunakan terutama untuk negara-negara berkembang dimana masih adanya kesulitan dalam biaya untuk pengadaan alat timbangan maka dipakailah ukuran volume. Ukuran volume ini dapat m3/hari atau 1/orang/hari. Dalam pelaksanaan sehari-hari, sering alat ukuran volume diterapkan langsung pada alat-alat pengumpul atau pengangkut sampah, misalnya bak penampungan sampah: 60 liter atau volume gerobak 2 m3 dan volume truk 12 m2. Dengan demikian maka dengan mengetahui jumlah rate angkutan maka jumlah volume produksi sampah dapat diketahui. Hanya alat atau satuan ukur


(1)

tidak ya tidak ya ya ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

ya ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

ya ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya


(2)

ya ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

No. KK Nama Posisi dlm keluarga Jenis kelamin Usia Suku pendapatan Pendidikan Pekerjaan Agama L1 L2

57 DDD1 KRT laki-laki 39 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SD Wiraswasta islam ya ya

DDD2 istri wanita 36 padang Tanat SMP IRT islam

DDD3 rekan lainnya laki-laki 34 padang Tamat SMP Wiraswasta islam

58 EEE1 KRT laki-laki 55 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SD Wiraswasta islam ya tidak

EEE2 istri wanita 54 padang Tamat SMP IRT islam

EEE3 anak wanita 19 padang Tamat SMA tdk/blm bekerja islam

EEE4 anak wanita 15 padang SMA tdk/blm bekerja islam

59 FFF1 KRT laki-laki 43 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SMP Wiraswasta islam ya tidak

FFF2 istri wanita 41 padang Tamat SMP IRT islam

FFF3 anak wanita 20 padang Tanat SMA tdk/blm bekerja islam

FFF4 anak wanita 14 padang SMP tdk/blm bekerja islam

60 GGG1 KRT laki-laki 50 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SD Wiraswasta islam ya tidak

GGG2 istri wanita 43 padang Tamat SMP IRT islam

GGG3 rekan lainnya laki-laki 21 padang Tamat SMA IRT islam

GGG4 anak wanita 17 padang Tamat SMP tdk/blm bekerja islam

GGG5 anak laki-laki 14 padang SMP tdk/blm bekerja islam

GGG6 anak laki-laki 12 padang SMP tdk/blm bekerja islam

61 HHH1 KRT laki-laki 68 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SMP tdk/blm bekerja islam ya tidak


(3)

HHH3 anak laki-laki 28 padang Tamat SMP Wiraswasta islam

HHH4 anak laki-laki 27 padang Tamat SMP Wiraswasta islam

HHH5 rekan lainnya laki-laki 24 padang Tamat SMA Wiraswasta islam

HHH6 rekan lainnya wanita 22 padang Tamat SMA tdk/blm bekerja islam

62 III1 KRT laki-laki 73 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SD tdk/blm bekerja islam ya tidak

III2 istri wanita 68 padang Tamat SD IRT islam

III3 anak laki-laki 39 padang Tamat SMP Wiraswasta islam

III4 rekan lainnya laki-laki 27 padang Tamat SMP tdk/blm bekerja islam

63 JJJ1 KRT laki-laki 43 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SMP Wiraswasta islam ya tidak

JJJ2 istri wanita 41 padang Tamat SMP Wiraswasta islam

JJJ3 rekan lainnya laki-laki 20 padang Tamat SMA tdk/blm bekerja islam

JJJ4 anak laki-laki 19 padang Tamat SMA Wiraswasta islam

JJJ5 anak laki-laki 13 padang SMP tdk/blm bekerja islam

JJJ6 anak laki-laki 7 padang SD tdk/blm bekerja islam

64 KKK1 KRT laki-laki 56 padang 1.000.000-3.000.000 Tamat SD tdk/blm bekerja islam ya tidak

KKK2 istri wanita 50 padang Tamat SMP IRT islam

KKK3 rekan lainnya laki-laki 23 padang Tamat SMP Wiraswasta islam

KKK4 istri wanita 22 padang Tamat SMA Wiraswasta islam

KKK5 rekan lainnya wanita 39 padang Tamat SMP Wiraswasta islam

L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 L18 L19 L20 L21 L22 L23 L24

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya


(4)

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak tidak ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya

tidak ya tidak ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya ya tidak ya ya ya ya


(5)

Lampiran 10.

Foto Hasil Penelitian

Gambar Lampiran 1. Kondisi pewadahan sampah di Lingkungan IX kelurahan

Tegal Sari 1

Gambar Lampiran 2. Kondisi Tempat Penampungan Sampah (TPS) di Kelurahan

Tegal Sari 1 Kecamatan Medan Area


(6)

Gambar lampiran 3. Pengukuran sampah dengan menggunakan alat ukur