yang disemprot harus memenuhi kriteria PE tersebut, dengan tujuan membunuh nyamuk yang mengandung virus. Oleh karena itu apabila masyarakat meminta
penyemprotan yang tidak memenuhi kriteria PE, mereka harus menanggung biaya itu sendiri. Penyemprotan liar ini biasanya dilakukan oleh perusahaan
penyemprot pihak swasta yang hanya mengutamakan aspek keuntungan saja. 3. Peningkatan kasus yang umumnya terjadi bulan Januari hingga Maret dimana
pada bulan-bulan tersebut dana operasional belum turun dari APBD, ini membuat hambatan dalam pelaksanaan penanggulangan kasus di lapangan.
g. Faktor kerjasama atau peran serta lintas sektor Ditjen PP PL, 2011.
2.5. Demam Berdarah Dengue
2.5.1. Pengertian DBD
Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2 ‐7 hari, manifestasi perdarahan
petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri termasuk uji tourniquet Rumple Leede positif,
trombositopeni jumlah trombosit ≤ 100.000l
, hemokonsentrasi peningkatan hemotokrit
≥ 20 disertai atau tanpa pembesaran hati hepatomegali Depkes RI, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Etiologi DBD
Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk kelompok B anthropida borne virus Arboviruses. Dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotype, yaitu :DEN–1, DEN–2, DEN–3 dan DEN–4. Salah satu infeksi serotypeakan menimbulkan antibodi terhadap serotype
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotype lain dan sangat kekurangan, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap serotype
yang lain. Keempat serotype virus Dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotype DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinis berat. Serotype DEN–3 berasal dari Asia, ditemukan pada populasi dengan tingkat imunitas rendah dengan tingkat
penyebaran yang tinggi, sudah diketahui sejak 300 tahun yang lalu penanggulangannya belum juga tuntas Depkes RI, 2005.
2.5.3. Cara Penularan DBD
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada
manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.
Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari
Universitas Sumatera Utara
extrinsic incubation period sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya transovanan transmission, namun perannya dalam penularan virus tidak penting.
Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya infektif. Di tubuh manusia,
virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari intrinsic incubation period sebelum menimbulkan penyakit.
Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul. Penyebaran nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya terutama keadaan lingkungan fisik, seperti kebersihan
halaman rumah, jenis kontainer, perilaku dan sosial ekonomi masyarakat. Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah kurang lebih 1000 meter,
nyamuk ini tidak dapat berkembang biak lebih dari ketinggian tersebut, suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk untuk
berkembang biak Depkes RI, 2005. 2.5.4. Epidemiologi
Secara epidemiologi dapat dilihat bahwa, kasus DBD dapat menyerang semua golongan umur, jenis kelamin, terutama anak – anak. Tetapi dalam dekade terakhir ini
terlihat ada kecenderungan peningkatan porsi penderita DBD pada golongan dewasa. Kasus DBD menunjukkan fluktuasi musiman, biasanya meningkat pada musim
Universitas Sumatera Utara
penghujan atau bebarapa minggu setelah musim hujan, maka kasus DBD memperlihatkan siklus 5 lima tahun sekali Depkes RI, 2005.
Peningkatan kasus diprediksikan akibat lemahnya surveilans epidemiologi dan upaya pemberdayaan masyarakat untuk memantau jentik sebagai upaya pencegahan
kurang terlaksana secara optimal. Demikian juga dengan angka kematian meningkat akibat keterlambatan mendapat pertolongan, perilaku masyarakat membersihkan
sarang nyamuk masih kurang Sungkar, 2007.
2.5.5. Tanda dan Gejala Klinis