BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Sosial Budaya yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan
Berdasarkan hasil uji statistik maka sosial budaya yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia yaitu kebiasaan dan kepercayaan, sehingga dapat
disimpulkan dari keseluruhan variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas Darussalam Medan adalah 2 dua
variabel. Dari 2 variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan posyandu lansia adalah kebiasaantradisi
5.1.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,6080,05. Hal ini memberi arti bahwa tidak selalu keluarga yang mengetahui
tentang posyandu lansia mau memanfaatkan posyandu lansia. Ada faktor lain yang menyebabkan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia misalnya faktor budaya
masyarakat menganggap bahwa pelayanan di posyandu lansia tidak menguntungkan untuk kesehatannya atau tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan lansia.
Perilaku keluarga lansia dan keluarga tidak memberikan pemahaman untuk bertindak atau ada pengalaman yang dilihat, didengar tentang kegiatan posyandu tidak
memuaskan. Hal ini selaras dengan pendapat Notoatmojo 2005 yang menyatakan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang sesuai setelah seseorang melakukan panca inderanya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar seseorang maka semakin tinggi
pengetahuanya. Clyde Kluckhohn dalam Momon 2008 menyebutkan bahwa unsur- unsur budaya adalah pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang tentang pandangan terhadap sakit dan penyakit demikian juga tentang cara pemeliharaan kesehatanya. Pengetahuan
diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kebudayaan memengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-pola perilaku
tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara berfikir cara
memandang sesuatu, cara bersikap, cara berperilaku yang beriorentasi pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Soekidjo Notoadmojo 1993 dalam Iqbal 2009 dalam mempelajari perilaku sakit dan penyakit perilaku mencari
pengobatan health seeking behavior, misalnya pengobatan sendiri, dukun, dokter, puskesmas. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan pengalaman
seseorang sedangkan tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang untuk selalu berobat ke pelayanan kesehatan. Pada situasi tertentu, orang lebih percaya kepada
pengobatan alternatif .
Rosenstock 1974 seseorang tidak mencari pertolongan bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relepan dengan kesehatan, bila
mereka memandang tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan
Universitas Sumatera Utara
suatu intervensi medis dan melihat adanya beberapa kesulitan dalam melakukan perilaku kesehatan yang disarankan.
Survei lapangan menunjukkan bahwa keluarga mengetahui tentang posyandu lansia dan kebutuhan lansia, mereka mengharapkan petugas kesehatan memberikan
waktu untuk memberikan pengajaran kepada keluarga lansia bagaimana cara merawat dan menangani lansia. Sehingga lansia yang membutuhkan pertolongan dalam
keperluan sehari-hari dapat diberikan anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan lansia. Keluarga juga mengatakan tidak mempunyai waktu untuk mengantar lansia ke
Posyandu. Jika dilihat dari sisi manfaat pelayanan keluarga lansia mengatakan pengobatan herbal dan terapi Nuga,Ceragem yang lebih cocok untuk kesembuhan
lansia disamping lansia dapat mengikuti kegiatan terapi sesuai kondisi kesehatannya.
5.1.2. Pengaruh KebiasaanTradisi terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di