imunisasi efek samping tidak ada Asril,2002.Dari kenyataan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan cakupan imunisasi
campak dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang dapat menggambarkan permasalahan
sesuai dengan tujuan penelitian dan cara mengatasi masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan konsep dan hasil penelitian di atas dan hasil survei pendahuluan penelitian, maka peneliti merumuskan masalah penelitian bagaimana
hubungan cakupan antara imunisasi campak dan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Medan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan cakupan antara imunisasi campak
dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui cakupan imunisasi campak di Puskesmas Petisah
b. Untuk mengetahui angka insiden campak di Puskesmas Petisah Medan
c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Cakupan Imunisasi Campak dengan Angka Insiden Campak di Puskesmas Petisah Medan.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Praktek Kebidanan
Hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam imunisasi campak dan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan
2. Bagi pendidikan kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pada mata kuliah ilmu kesehatan anak khususnya imunisasi
3. Bagi penelitian kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberi data bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti
vaksin BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio Hidayat, 2005.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh melalui dua bentuk pemberian, yaitu imunoglobulin non spesifik dan imunoglonulin spesifik, berasal dari plasma donor
yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non spesifik diberikan pada anak dengan defesiensi imunoglobulin
sehingga memberikan perlindungan dengan sengaja dan cepat dan anak dapat terhindar dari kematian. Perlindungan ini tidak permanen, hanya berlangsung
beberapa minggu saja dan relatif mahal. Imunoglubulin spesifik diberikan pada anak yang belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi
kemudian terserang, misalnya penyakit difteri, tetanus, hepatitis A dan B Ranuh,2005.
2. Tujuan Imunisasi
Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat populasi, serta menghilangkan penyakit
Universitas Sumatera Utara
tertentu dari dunia misalnya cacar, hanya mungkin pada penyakit yang ditularkan melalui manusia misalnya difteria. Untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila
terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen yang masuk tesebut Muslihatun, 2011.
Dalam upaya pencegahan kita dapat mengendalikan faktor penjamu. Melalui imunisasi dapat diupayakan mempertinggi kekebalan penjamu terhadap
penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme penyebab penyakit, tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu. Mengingat pemberian antibiotik
tidak menyelesaikan semua masalah penyakit infeksi, maka lebih bijak apabila kita dapat mencegah terjangkitnya penyakit infreksi. Dalam sepuluh tahun
terakhir, dunia sudah mengubah paradigma kuratif ke arah prenventif, yang lebih murah dan efektif
IDAI, 2011.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi
a. Status Imun Penjamu
Terjadinya antibodi spesifik penjamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Pada bayi semasa fetus mendapat
antibodi maternal spesifik terhadap virus campak. Apabila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi, maka akan
memberikan efek yang kurang memuaskan. Demikian pula ASI yang mengandung IgA sekretori sIgA terhadap virus polio dapat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Meskipun demikian, umumnya kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu
bayi berumur beberapa bulan Muslihatun, 2011. b.
Faktor Genetik Penjamu Interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik, respon imun manusia terbagi menjadi respon baik, cukup rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat sangat tinggi respon imunnya.
Oleh karena itu sering ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100 Muslihatun, 2010.
c. Kualitas dan Kuantitas Vaksin
Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun. Dosis yang terlalu tinggi menghambat respon imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu
rendah tidak merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis
yang direkomendasikan Muslihatun, 2011.
B. Penyakit Campak
a. Defenisi Campak
Penyakit campak disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak termasuk di dalam famili paramyxovirus. Virus campak sangat sensitif terhadap
panas, sangat mudah rusak pada suhu 37 C. Toleransi terhadap perubahan PH
baik sekali. Bersifat sensitif terhadap eteran cahaya. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan pada
laboratorium, suhu penyimpanan yang baik adalah pada suhu -70 C. Campak
Universitas Sumatera Utara
merupakan penyakit akut akibat virus anggota keluarga Paramyxovirus. Virus itu ditularkan lewat udara. Gejala campak antara lain demam, batuk, pilek, dan mata
merah. Ruam khas campak muncul tiga hari sejak demam. Ruam mulai timbul di leher, belakang telinga, serta perbatasan rambut di kepala dan dahi. Ruam
kemudian menyebar ke seluruh muka, leher, perut, dada, punggung dan kaki. Campak kerap kali dianggap biasa dan remeh. Padahal, virus campak dapat
menimbulkan komplikasi akibat infeksi saluran pernapasan, telinga tengah, otak, dan gangguan kekebalan tubuh yang memudahkan penularan penyakit lain
IDAI,2011.
Berdasarkan laporan Dirjen PP PL DepKes RI tahun 2009, pada tahun 2008 masih terdapat banyak kasus campak di seluruh Provinsi di Indonesia
Dirjen PP PL DepKes RI. Demikian juga, KLB campak masih sering terjadi di Indonesia. Pada Tahun 2008, beberapa KLB terjadi terutama pada daerah
dengan cakupan imunisasi campak yang rendah, misalnya di Bangka Belitung terjadi 6x KLB, di Jawa Barat 31, Jawa Tengah 12x dan Jawa Timur 32x.
b. Tanda dan Gejala
Gejala campak memang sulit dideteksi sejak dini dan hampir sama dengan penyakit flu biasa. Diawali dengan gejala batuk, demam pilek, lesu dan rewel
karena suhu tubuh terus meninggi. Pada hari kedua timbul bintik putih Koplik’s Spot di sebelah dalam mulut, biasanya di depan gigi geraham lokasi timbulnya
bercak umumnya di sekitar muka atau di belakang telinga. Kemudian menyusul ke depan telinga, muka dan kemudian menjalar ke leher sampai dada. Bercak
tersebut sifatnya mengumpul. Ketika sudah menjalar ke tungkai kaki, bercak
Universitas Sumatera Utara
menyebar ke seluruh tubuh. Mata anak merah dan berair. Saat ruam campak sudah keluar, panas anak mulai turun. Bila sudah berubah menjadi bercak kecoklatan
bararti anak sudah akan sembuh Kasdu, dkk, 2002.
c. Diagnosis Campak
Gejala klinik yang sangat khas dari penyakit campak adalah demam, ruam makulopapuler pada kulit, coryzapilek, batuk, konjungtivitis dan
adanya spot koplik pada mukosa pipi. Umumnya dengan menemukan gejala- gejala ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, terutama pada saat terjadinya
wabah di masyarakat. Tetapi tidak semua tanda dan gejala ini dapat ditemukan pada setiap penderita penyakit campak. Disamping itu, beberapa dari gejala
tersebut ditemukan pada penyakit lain. Manifestasi klinik sering mengalami modifikasi yaitu tanpa adanya demam atau ruam pada kulit. Hal ini sering
ditemukan terutama terutama pada bayi yang sangat muda, penderita dengan imunocompromised, anak dengan malnutrisi dan seseorang yang sebelumnya
telah mendapat imunisasi. Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit lain seperti scarlet fever,rubella, infeksi parvovirus B19, meningococcemia, penyakit
Kawasaki, sindrom shock toksik, dengue dan mungkin penyakit infeksi lain yang belum teridentifikasi. Ruam kulit yang khas pada penyakit berat mungkin sulit
dibedakan dengan penyakit meningococcemia, atau scarlet fever Setiawan, 2008.
Universitas Sumatera Utara
d. Patogenesis Campak
Penyakit campak adalah penyakit pada manusia, terutama menyerang anak-anak melalui saluran nafas. Penyakit ini mempunyai masa
inkubasi 10-14 hari dan masa prodromal 2-3 hari,dengan gejala batuk, pilek, demam, dan konjungtivitis diikuti dengan munculnya ruam makulopopular yang
khas pada kulit. Terjadinya ruam pada kulit bersamaan dengan munculnya responsium imun, dan selanjutnya diikuti dengan pemberantasan virus. Bila
sembuh dari penyakit maka penderita mempunyai imunitas terhadap infeksi ulang virus campak dalam rentang waktu yang panjang. Bila monyet dipapar dengan
orang yang terinfeksi virus campak tipe liar akan berkembang penyakit yang sama. Banyak pengetahuan kita tentang pathogenesis dan lokasi replikasi virus
yang lebih mendetail berasal dari studi binatang menyusui bukan manusia Setiawan, 2008.
C. Imunisasi Campak
1. Fungsi
Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak,measles atau rubella adalah penyakit virus akut yang
disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.infeksi
disebabkan lewat udara Proverawati,dkk 2010. Word Health Organization WHO dengan programnya telah
mencanangkan target global untuk mereduksi insidens campak sampai 90,5 dan mortalitas sampai 95,5 daripada tingkat pre-EPI pada eliminsai. Prioritas utama
Universitas Sumatera Utara
untuk penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program imunisasi lebih efektif.
2. Gejala Klinis
Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang-kadang kurva suhu menunjukkan
gambaran bifasik, ruam awam pada 24 sampai 48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian
diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 40 C pada waktu ruam
sudah timbul di seluruh tubuh mengalami lisis dan kemudian turun mencapai suhu tubuh yang normal. Gejala awal yang lainnya yang sering ditemukan adalah
batuk, pilek, mata merah IDAI,2011.
3. Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan virus hidup yang dilemahkan. Efikasi vaksin campak 90 , tidak semua orang atau sasaran yang mendapatkan
imunisasi campak menjadi kebal, yang menjadi kebal hanya 90 . Sebagian besar vaksin disuntikkan ke otot Muslihatum, 2011 .
4. Kemasan
Dipasaran terdapat 3 kemasan sekaligus, dalam bentuk kemasan tunggal bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT difteri dan tetanus dan kombinasi
ketiganya atau dikenal dengan vaksin tripel, 1 box vaksin terdiri dari 10 vial,1 vial
Universitas Sumatera Utara
berisi 10 dosis,1 box pelarut berisi 10 ampul 5 ml. Vaksin ini berbentuk beku kering Proverawati,dkk 2010 .
5. Cara pemberian dan dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat diberikan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikkan, vaksin campak
terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara
subcutan. Cara pemberian : a.
Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang
b. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi dan gunakan jaro-jari tangan
untuk menekan ke atas lengan bayi. c.
Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45 derajat.
d. Usakan kestabilan posisi jarum Proverawati dkk, 2010.
6. Efek Samping
Hingga 15 dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi Proverawati, 2010.
Universitas Sumatera Utara
7. Kontra indikasi
Kontra indikasi pemberian imunisasi campak antara lain demam tinggi, sedang pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang
pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan dari darah.
8. Faktor Resiko Kejadian Campak
Adapun faktor resiko kejadian campak menurut WHO,1994 FKUI, 1997 adalah antara lain :
a. Sanitasi Lingkungan
Adalah suatu upaya yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan fisik yang berpengaruh pada manusia, terutama hal-hal
yang mempunyai efek merusak perkembangn fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup dan merupakan faktor penentu derajat kesehatan masyarakat.
b. Hygiene Prorangan
Adalah suatu upaya yang menitik beratkan pada kesehatan individu dilakukan untuk menjaga kebesihan dan kesehatan individu yaitu kebersihan diri
sendiri yang merupakan faktor untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. c.
Status Gizi Suatu keadaan dari akibat keseimbangan antara komsumsi dari
penyebaran zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sedangkan faktor resiko
terjadinya mortalitas atau kematian akibat campak disebabkan karena adanya komplikasi antara lain diare dan penanganan yang terlambat.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antar variabel yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang telah dilakukan. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah cakupan imunisasi campak dan variabel dependen angka insiden campak.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif Ha yaitu ada hubungan cakupan imunisasi campak dengan angka insiden campak di
wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan tahun 2012. Cakupan
Imunisasi C
k Angka
Insiden Campak
Universitas Sumatera Utara
C. Defenisi Operasional
No Variabel
Defenisi Operasional Alat
Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Skala
1 Variabel
Independen : Cakupan
Imunisasi Campak
Persentase terhadap jumlah orang yang
diimunisasi campak
dibandingkan dengan
jumlah sasaran imunisasi campak di
Puskesmas Petisah Medan
Kohort bayi
Observasi ....
Ratio
2 Variabel
Dependen : Angka
Insiden Campak
Responden yang terkena campak sebelum usia
sembilan bulan Kohor
bayi Observasi
.... Ratio
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi deskriptif yaitu untuk mengetahui hubungan cakupan imunisasi campak
dengan angka insiden campak di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2012.
Riwayat imunisasi campak +
Riwayat imunisai campak -
Skema 2. Rancangan Desain Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Petisah Medan yaitu dari bulan September tahun 2012 sampai dengan bulan Juni 2013. Dimana wilayah
kerja Puskesmas ini mencakup kelurahan Petisah Tengah, kelurahan Sekip, dan kelurahan Petisah Timur. Terdapat insiden pada wilayah ini karena keadaan
lingkungan yang tidak baik kemarau dan terdapat wabah pada saat itu.
Kasus
Universitas Sumatera Utara
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi