8
2.1.2 Daun salam 2.1.2.1 Sistematika tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies :Syzygium polyanthum Wight. Walp.
Sinonim: Eugenia polyantha Wight Depkes RI
a
, 2000.
2.1.2.2 Nama lain
Sumatera: maselangan, ubar serai Melayu, Jawa: kastolan kangean Depkes RI, 1980. Inggris: bay leaf.
2.1.2.3 Morfologi tanaman
Pohon salam bertajuk rimbun dan memiliki tinggi sampai 25 m. Daun bila diremas berbau harum, berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur
sungsang, pangkal lancip sedangkan ujung lancip sampai tumpul, panjang 5 cm sampai 15 cm, lebar 35 mm sampai 65 mm; terdapat 6 sampai 10 urat daun lateral,
panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm. Perbungaan berupa malai, keluar dari ranting, berbau harum. Bila musim berbunga pohon akan dipenuhi oleh bunga-
bunganya. Kelopak bunga berbentuk cangkir yang lebar, ukuran lebih kurang 1 mm. Mahkota bunga berwarna putih, panjang 2,5 mm sampai 3,5 mm. Benang
sari terbagi dalam 4 kelompok, panjang lebih kurang 3 mm berwarna kuning
Universitas Sumatera Utara
9 lembayung. Buah buni, berwarna merah gelap, bentuk bulat dengan garis tengah 8
mm sampai 9 mm, pada bagian tepi berakar lembaga yang sangat pendek Depkes RI, 1980.
2.1.2.4 Kandungan kimi
a Senyawa identitas dari salam adalah kuersitrin Depkes RI, 2008.
Kandungan kimia salam antara lain minyak atsiri yang terdiri atas sitral dan eugenol juga terdapat tanin dan flavonoid Depkes RI, 1980.
2.1.2.5 Khasiat tanaman
Khasiat daun salam adalah untuk mengatasi asam urat, kencing manis, menurunkan kadar kolesterol, melancarkan pembuluh darah, radang lambung,
diare, mabuk alkohol dan gatal-gatal Agoes, 2010. Hasil uji praklinis yang telah dilakukan Prahastuti, dkk., 2011 dengan menggunakan tikus jantan galur Wistar
sebanyak 25 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok. Tikus diinduksi diet tinggi lemak selama 2 minggu, dilanjutkan dengan pemberian infusa daun salam
konsentrasi 5, 10, 20 dan simvastatin selama 2 minggu. Hasil penelitian menunjukkan pemberian daun salam konsentrasi 5, 10 dan 20 menurunkan
kadar kolesterol total secara bermakna p0,05 bila dibandingkan dengan kontrol negatif. Ketiga dosis daun salam mempunyai efek yang sama p0,05 dalam
menurunkan kadar kolesterol total darah tikus yang diinduksi diet tinggi lemak dan potensinya setara dengan simvastatin p0,05.
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Depkes
Universitas Sumatera Utara
10 RI
b
, 2000. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung Depkes RI
a
, 1979 Menurut Departemen Kesehatan RI 2000, beberapa metode ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yaitu: 1. Cara dingin
a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Maserasi yang dilakukan dengan pengadukan kontiniu terus-
menerus disebut dengan maserasi kinetik. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya. b.
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses
perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak terus-menerus
sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan. 2. Cara panas
a. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Soxhlet adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi
Universitas Sumatera Utara
11 ekstraksi kontiniu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. c.
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontiniu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar , yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40 - 50
o
C. d.
Infudansi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur 90
o
C selama waktu tertentu 15 - 20 menit.
e. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90
o
C selama 30 menit
2.3 Uji Klinis
Uji klinis merupakan penelitian eksperimental terencana yang dilakukan pada manusia. Peneliti memberikan perlakuan atau intervensi pada manusia,
kemudian efek perlakuan tersebut diukur dan dianalisis. Uji klinis bervariasi dari uji efektivitas obat sederhana yang hanya melibatkan beberapa puluh pasien dan
dapat dilaksanakan satu peneliti hingga uji klinis multisenter yang memiliki organisasi yang rumit, jumlah peserta dan peneliti yang banyak, sistem infor masi
dan manajemen yang kompleks Sastroasmoro, 2011. Uji klinis ini dilakukan baik untuk pengembangan obat sintetik maupun obat herbal.
Tujuan dilakukannya uji klinis pada obat herbal antara lain: a.
Pembuktian secara ilmiah kemanfaatan sediaan herbal sesuai dengan indikasi yang akan menjadi fitofarmaka.
b. Pembuktian secara ilmiah keamanan dan kemanfaatan pengobatan tradisional
termasuk cara, alat, bahan dan ramuan yang telah dilakukan setelah
Universitas Sumatera Utara
12 menunjukkan adanya kemanfaatan berdasarkan observasi klinik.
c. Pengembangan tanaman obat yang mengarah pada pengembangan zat kimia
baru sebagai bahan obat Dirjen Bina Kesmas, 2004. Uji klinis ramuan atau tanaman obat yang akan dikembangkan sebagai
produk obat tradisional membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya: a. Data keamanan, meliputi toksiksitas akut, toksiksitas subkronik dan toksiksitas
khusus bila diperlukan. b. Data manfaat khasiat praklinis.
c. Teknologi formulasi sederhana untuk pembuatan formulasi. d. Menentukan zat identitas, zat aktif atau finger print sehingga dapat dibuat jadi
produk obat terstandar. Uji klinis obat tradisional pada pengobatan tradisional dibedakan menjadi
uji klinis terhadap praktek yang sudah ada dan telah menunjukkan kemanfaatan berdasarkan hasil observasi klinis dan uji klinis untuk menetapkan intervensi
klinis baru. Uji klinis intervensi baru, harus mengikuti tahapan seperti obat baru yang didahului dengan data praklinis, teknik formulasi, uji klinis fase I, II dan III,
sedangkan untuk uji klinis pengobatan tradisional yang kemanfaatannya sudah ditunjukkan dengan observasi klinik dapat dilanjutkan dengan uji klinis skala kecil
dan kriteria klinis lebih ketat, seperti pada fase II atau III Dirjen Bina Kesmas, 2004.
Uji klinis terdiri dari 4 fase yaitu: Fase I : Pengujian pada suatu obat baru yang baru pertama kali digunakan
untuk menilai keamanan dan tolerabilitas obat pada sukarelawan sehat. Jumlah subyek pada fase ini 20 - 50 orang.
Universitas Sumatera Utara
13 Fase IIA : Pengujian pada pasien dalam jumlah terbatas dan tanpa
pembanding kontrol Fase IIB : Pengujian dilakukan pada pasien dengan membandingkannya dengan
plasebo atau obat standar kontrol. Fase III : Pengujian pada fase ini dilakukan dengan mengevaluasi obat
dibandingkan dengan obat standar dengan desain uji klinis acak terkontrol, multisenter dan jumlah subyek yang diikutsertakan pada
fase ini minimal 500 orang. Fase IV : Pengujian yang dilakukan pasca pemasaran, untuk mengamati efek
samping yang jarang atau lambat timbulnya Setiawati, dkk., 2007.
2.4 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid
tersebut adalah kenaikan kadar kolesterol total, TG, LDL serta penurunan kadar HDL. Semua fraksi lipid ini mempunyai peran penting dalam proses terjadinya
aterosklerosis Santoso, dkk., 2009. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang terdapat dalam
membran sel dan merupakan prekursor asam empedu dan hormon steroid. Kolesterol dalam peredaran darah terikat pada lipoprotein. Terdapat 2 macam
lipoprotein utama yaitu HDL yang dikenal dengan kolesterol baik dan LDL yang dikenal dengan kolesterol jahat. Komponen lemak lain adalah trigliserida yang
disimpan dalam jaringan lemak dan dalam darah. Kolesterol total mengandung 60 - 70 LDL, 20 - 30 HDL dan 10 - 15 trigliserida BPOM RI, 2013.
Universitas Sumatera Utara
14 National Cholesterol Education Program Adult Panel III NCEP ATP III
tahun 2001 membuat suatu batasan kadar profil lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan.
Tabel 2.1
Interpretasi kadar profil lipid Profil Lipid
Satuan Interpretasi
Kolesterol total 200