pemasangan perlengkapan dinding yang mengabsorbsi suara atau pemilihan alat pelindung telinga, pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana dimaksudkan
dalam rangka lokalisasi secara tepat sumber kebisingan pada suatu mesin dengan tujuan memodifikasi mesin tersebut, melalui pembuatan desain yang dipakai dasar
kontruksi bentuk mesin dengan tingkat kebisingan yang kurang intensitasnya dan frekuensi yang ditentukan Suma’mur 2009.
Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat pengukur kebisingan adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk melakukan pengukuran terhadap
kebisingan dan juga waktu yang dialokasikan untuk hal tersebut.Sebagaimana sering dialami kenyataan bahwa lebih disenangi pengumpulan data tentang
kebisingan secara merekamnya recording yang kemudian data rekamam dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis Suma’mur 2009.
Survei pendahuluan masalah kebisingan menetap berkelanjutan, biasanya diukur intensitas menyeluruh yang dinyatakan dengan dB A, pengukuran
intensitas menyeluruh demikian menggunakan jaringan A dari Sound Level Meter. Menggunakan jaringan tersebut berarti bahwa kepekaan alat pengukur kebisingan
sesuai dengan garis kepekaan sama yaitu 40 dB, sehingga tidak memberi reaksi kepada intensitas kebisingan rendah, melainkan memungkinkan diukurnya
intensitas kebisingan tinggi berbahaya kepada alat pendengaran Suma’mur 2009.
2.1.6 Nilai Ambang Batas NAB intensitas kebisingan
Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan
Universitas Sumatera Utara
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lamaterus-menerus, selanjutnya ditulis NAB.
Standar kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13MEN2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja Intensitas Pemajanan max dBA
Waktu Pemajanan per Hari
85 88
91 94
97
100 103
106 109
112 115
118 121
124 127
130 133
136 139
8 jam 4 jam
2 jam 1 jam
30 menit 15 menit
7,5 menit 3,75 menit
1,88 menit 1,44 menit
28,12 detik 14,06 detik
7,03 detik 3,52 detik
1,76 detik 0,88 detik
0,44 detik 0,22 detik
0,11 detik
140 -
Sumber: Permenakertrans No. PER. 13MEN2011
2.1.7 Pengaruh Kebisingan
Menurut Tarwaka, dkk 2004 pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat di kategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya
intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi di atas NAB dan kedua, adalah pengaruh
pemaparan kebisingan intensitas rendah di bawah NAB.
Universitas Sumatera Utara
1 Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
a Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi di atas NAB adalah
terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat
permanen, biasanya didahului dengan pendengarana yang bersifat sementara yang dapat menganggu kehidupan yang bersangkutan baik di
tempat kerja maupun dilingkungna keluarga dan lingkungan sosialnya. b
Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.
c Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat gangguan pencernaan.
d Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi
demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan dll.
2 Pengaruh kebisingan intensitas rendah
Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB banyak ditemukan dilingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan
dll.Intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran.Namun demikian, kehadirannya
sering dapat menyebablkan penurunan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya.Stres yang disebabkan
karena yang pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi.
Universitas Sumatera Utara
Secara spesifik stress karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain:
a Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan tidur b Gangguan reaksi psikomotor
c Kehilangan konsentrasi d Gangguan komunikasi antara lawan bicara
e Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas.
Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya gangguan-gangguan seperti dibawah ini Depnakertrans R.I, 2009:
1. Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.
Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat di dengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.Pembicara terpaksa berteriak-
teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat menggangu cardiac out put dan tekanan darah. Contoh
gangguan fisiologis: naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vasokonstriksi pembuluh darah semutan, otot menjadi tegang dan metabolisme
tubuh meningkat. Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk 2002 semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap
keadaan bahaya secara spontan.
Universitas Sumatera Utara
2. Gangguan psikologis
Gangguan fisiologis
lama-lama bisa
menimbulkan gangguan
psikologis.Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa sulit konsentrasi, dan berfikir dan lain-lain. Menurut Budiono, dkk 2003
pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi kenyamanan dalam bekerja, menggangu komunikasi, mengganggu konsentrasi, dan menurut Benny
dan Adhi dalam Sarwono, dkk 2002 kebisingan dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecil pun
dapat mengganggu konsentrasi sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas. Kebisingan
mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-
kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendali dengan baik juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa
meningkatnya kelelahan tenaga kerja Suma’mur, 2009. 3.
Gangguan patologis organis Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap
alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen. Menurut Budiono, dkk 2003 kebisingan dapat
menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengaran
yang menyebabkan ketulian progresif.Pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising untuk kebisingan sementara Suma’mur,
2009.Ditempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat
Universitas Sumatera Utara
merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan kesehatan tingkat kebisingan 80 sd 90 dB A atau lebih dapat membahayakan pendengaran.Seseorang yang
dapat kebisingan secara terus-menerus dapat menyebabkan dirinya menderita ketulian. Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk 2002 ketulian akibat
kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan terus-menerus dibagi menjadi dua yaitu:
a Temporari deafness, yaitu kehilangan pendegaran sementara. b Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara permanen atau
disebut ketulian saraf. Pada pekerja permanent deafness harus dapat dikompensasi oleh jamsostek atau rekomendasi dari dokterpemeriksa
kesehatan. Menurut Tambunan 2005 secara umum tingkat bahaya yang di
timbulkan oleh kebisingan bagi pekerja di pengaruhi oleh beberapa hal, seperti: 1. Intensitas dan frekuensi kebisingan
2. Jenis kebisingan steady atau non steady noise 3. Waktu kontak harian dan tahunan exposure duration
4. Umur pekerja 5. Penyakit-penyakit atau ketidaksempurnaan pendengaran pada pekerja
yang bukan disebabkan oleh kebisingan 6. Kondisi lingkungan seperti angin, suhu, kelembaban udara dimana bahaya
kebisingan tersebut berada. 7. Jarak antara pekerja tersebut dengan sumber kebisingan
8. Posisi telinga terhadap gelombang suara kebisingan
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Rencana dan langkah pengendalian kebisingan