Analisis Univariat Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan pelayanan after sales service pada bengkel dengan jumlah pekerja sebanyak 40 orang pekerja dimana pada unit general repair terdiri dari 23 orang pekerja dan pada bagian after sales service terdiri dari 17 orang pekerja. Penjualan jasa bengkel merupakan salah satu aktivitas utama pada perusahaan ini, untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Dalam memberikan pelayanan after sales service, dibagi menjadi dua bagian yaitu a. Pelayanan after sales perbaikan umum yang disebut dengan general repair. b. Pelayanan after sales perbaikan body yang disebut body and paint service. 3. Penjualan suku cadang atau sparepart merk Daihatsu.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

Merupakan penyajian data secara deskriptif yang hanya mempersoalkan satu variabel yang dalam penyajian berbentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa persentase.Kelompok variabel intensitas kebisingan, umur, tekanan darah.

4.2.1.1 Distribusi Intensitas Kebisingan Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu,

Amplas, Medan Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pada setiap titik pengukuran yang telah ditentukan yaitu di setiap posisi pekerja berada agar didapat seberapa besar kebisingan yang diterima oleh tiap pekerja. Hasil pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan sound level meter di bengkel terutama bagian pelayanan after sales perbaikan body body and paint service pada pekerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan dapat dilihat pada table berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Hasil pengukuran Intensitas Kebisingan yang Diterima Pekerja Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu No. Titik Pengukuran Hasil Pengukuran dBA Keterangan 1 Pekerja A 94 85 dB A 2 Pekerja B 97 85 dB A 3 Pekerja C 98 85 dB A 4 Pekerja D 100 85 dB A 5 Pekerja E 98 85 dB A 6 Pekerja F 88 85 dB A 7 Pekerja G 101 85 dB A 8 Pekerja H 87 85 dB A 9 Pekerja I 97 85 dB A 10 Pekerja J 100 85 dB A 11 Pekerja K 97 85 dB A 12 Pekerja L 101 85 dB A 13 Pekerja M 101 85 dB A 14 Pekerja N 97 85 dB A 15 Pekerja O 100 85 dB A 16 Pekerja P 98 85 dB A 17 Pekerja Q 101 85 dB A Hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan dengan menggunakan Sound Level Meter pada setiap titik pengukuran di bengkel terutama bagian pelayanan after sales perbaikan body body and paint service pada pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan dengan hasil pengukuran minimum sebesar 87 dBA dan maksimum sebesar 101 dBA, diperoleh rata-rata sebesar 97,35 dBA sehingga ini menunjukkan bahwa intensitas kebisingan diatas Nilai Ambang Batas kebisingan yaitu 85 dB A. Gambar 3. Pengukuran Kebisingan pada bagian perbaikan body body and paint service bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Universitas Sumatera Utara

4.2.1.2 Distribusi Tekanan Darah Pekerja Bengkel

Hasil pengukuran tekanan darah pada pekerja di bengkel terutama bagian pelayanan after sales perbaikan body body and paint service pada pekerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan sebanyak 17 orang dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran yaitu sebelum dan sesudah bekerja. Tabel 4.2. Frekuensi Tekanan DarahPekerja Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu NO Usia Tahun Tekanan Darah Sistole Sebelum Bekerja mmHg Tekanan Darah Diastole Sebelum Bekerja mmHg Tekanan Darah Sistole Sesudah Bekerja mmHg Tekanan Darah Diastole Sesudah Bekerja mmHg Tekanan darah systole Tekanan darah diastole 1 30 120 70 130 90 Naik Naik 2 40 120 90 130 100 Naik Naik 3 32 130 80 140 100 Naik Naik 4 49 130 80 150 110 Naik Naik 5 32 120 90 130 100 Naik Naik 6 40 120 70 130 80 Naik Naik 7 37 130 90 140 110 Naik Naik 8 35 120 70 130 90 Naik Naik 9 38 130 80 140 100 Naik Naik 10 43 140 100 150 110 Naik Naik 11 33 130 80 140 90 Naik Naik 12 31 140 90 150 100 Naik Naik 13 50 140 90 160 110 Naik Naik 14 30 130 90 140 90 Naik Tetap 15 42 130 80 150 110 Naik Naik 16 38 130 80 140 80 Naik Tetap 17 32 130 80 140 100 Naik Naik Dari hasil pengukuran didapatkan nilai minimum tekanan darah sistole sebelum bekerja sebesar 120 mmHg dan nilai maksimum sebesar 140 mmHg dengan rata-rata 128,82 mmHg. Kemudian hasil pengukuran nilai minimum tekanan darah diastole sebelum bekerja 70 mmHg dan nilai maksimum 100 mmHg dengan rata-rata 82,94 mmHg. Hasil pengukuran nilai minimum tekanan darah sistole sesudah bekerja sebesar 130 mmHg dan nilai maksimum sebesar 160 Universitas Sumatera Utara mmHg dengan rata-rata 140,59mmHg, dan diperoleh hasil pengukuran nilai minimum tekanan darah diastole sesudah bekerja 80 dan nilai maksimum sebesar 110 mmHg dengan rata-rata 98,24 mmHg. 4.2.2. Analisis Bivariat 4.2.2.1. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Pekerja Sesudah Bekerja Hasil uji statistik hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan dengan menggunakan rumus uji Person Product Moment SPSS 17.0 dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik dengan Rumus Uji Korelasi Pearson Product Moment Variabel R P value Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Sistole Sesudah Bekerja 0,690 0,002 Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Diastole Sesudah Bekerja 0,691 0,002 Gambar 4. Pengukuran Tekanan darah pada pekerja bagian perbaikan body body and paint service bengkel PT. Capella Medan Daihatsu. Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistole sesudah bekerja, diperoleh hasil p value = 0,002 sehingga p 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan, juga nilai korelasi r = 0,690 menunjukkan hubungan linear positif sempurna sehingga ada hubungan kuat antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistole pada saat sesudah bekerja. Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah diastole sesudah bekerja, diperoleh hasil p value= 0,002 sehingga p 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan, juga nilai korelasi r = 0,691 menunjukkan hubungan linear positif sempurna sehingga ada hubungan kuat antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah diastole pada saat sesudah bekerja.

4.2.2.2 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum dan Tekanan Darah Sesudah Bekerja

Hasil uji statistik hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan dengan menggunakan rumus uji Wilcoxon SPSS 17.0 dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata dengan Rumus Uji Wilcoxon Variabel P value Tekanan darah sistole sesudah bekerja dan tekanan darah sistole sebelum bekerja 0.00 Tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sebelum bekerja 0.01 Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengujian statistik maka didapat perbedaan antara tekanan darah sistole sebelum dan sesudah bekerja hasil p value =0.00 p0,005 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil pengujian statistik didapat perbedaaan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat hasil p value= 0.001 p0,005, yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sesudah bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan pada tekanan darah sistole sebelum bekerja dan tekanan darah sistole sesudah bekerja serta perbedaan signifikan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan diastole sesudah bekerja, maka ada pengaruh dari kebisingan dengan tekanan darah. Universitas Sumatera Utara 44

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Intensitas Kebisingan di Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu,

Amplas, Medan Intensitas kebisingan adalah besarnya bising yang dihasilkan dalam skala desibel.Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Hasil pengukuran intensitas kebisingan yang paling rendah atau nilai minimum kebisingan yaitu 87 dBA. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata intensitas kebisingan didapat 97,35 dBA. Hasil penelitian dalam pengukuran kebisingan tersebut menunjukkan bahwa di lingkungan kerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan masih melebihi Nilai Ambang Batas NAB kebisingan menurut Permenakertrans No. 13MEN2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Menurut Pulat dalam Mustar 2011 pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85dBA dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia.Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan.Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stress, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah. Universitas Sumatera Utara Nilai Ambang Batas NAB kebisingan sebagai faktor bahaya di tempat kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari- hari untuk waktu tidak melebihi 8 delapan jam sehari dan 5 lima hari kerja seminggu atau 40 jam seminggu. NAB kebisingan adalah 85dBA.

5.2 Tekanan Darah pada Tenaga Kerja Bengkel PT.Capella Medan

Daihatsu, Amplas, Medan Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata tekanan darah sistole sebelum bekerja sebesar 128,82 mmHg, nilai rata-rata tekanan darah diastole sebelum bekerja sebesar 82,94 mmHg, dan nilai rata-rata tekanan darah sistole sesudah bekerja sebesar 140,59 mmHg, nilai rata-rata tekanan darah diastole sesudah bekerja sebesar 98,24 mmHg.Pengukuran dilakukan kepada 17 pekerja yang berada di bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan.Tekanan darah sebelum bekerja diukur pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan tekanan darah sesudah bekerja diukur pada sore hari pukul 15.30 WIB. Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan juga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya tekanan darah.Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek visceral, seperti perubahan, frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek psikososial dan psikomotor Universitas Sumatera Utara ringan jika seseorang berada dilingkungan yang bising Harrington dan Gill, 2005.

5.3 Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah

Berdasarkan hasil uji korelasi pada table 4.3 diperoleh hasil p value tekanan darah sistole sesudah bekerja= 0.002 p 0.05, maka hasil uji dinyatakan signifikan. Hasil uji korelasi diperoleh hasil p value tekanan darah diastole sesudah bekerja = 0.002 p 0.05, maka hasil uji dinyatakan signifikan. Peningkatan intensitas kebisingan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa nilai r intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistole sesudah bekerja0,690menunjukkan hubungan linear positif sempurna sehingga ada hubungan kuat antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistole pada saat sesudah bekerja. Dilihat dari hasil uji kedua diketahui bahwa nilai r intensitas kebisingan dengan tekanan darah diastole sesudah bekerja 0,691 menunjukkan hubungan linear positif sempurna sehingga ada hubungan kuat antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah diastole sesudah bekerja. Meskipun tekanan darah pekerja masih dalam kategori normal sesuai usia, bukan berarti kondisi pekerja, mutlak aman karena hasil pemeriksaaan tekanan darah menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah pada pengukuran saat selesai bekerja dibandingkan dengan hasil pengukuran pada saat sebelum bekerja. Semakin tinggi intensitas kebisingan akan semakin besar dampaknya dalam menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan ini dapat berdampak physiologis denyut jantung, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan penyempitann Universitas Sumatera Utara pembuluh darah dan dampak pshycologis seperti rasa khawatir, jengkel, takut Soeripto, 1996. Menurut Candra 2007 kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuer dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkataan denyut jantung. Ditempat kerja, para pekerja sering kali terpaksa berhadapan dengan kebisingan yang cukup tinggi.Kondisi dengan high noise areasini dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan pendengaran pada pekerja. Dalam kondisi tertentu, gangguan pendengaran bersifat sementara. Namun, dapat pula terjadi gangguan pendengaran yang bersifat permanen, apabila pekerja terlalu sering dan terlalu lama berada dilingkungan kerja yang bising, meskipun intensitasnya tidak terlalu besar. Banyak sekali dampak negative yang ditimbulkan oleh kebisingan di tempat kerja. Mulai dari yang sifatnya individual auditory effect dan nonauditory effect, sampai yang memengarui kinerja perusahaan, baik yang bersifat departemental maupun organisasional.Karena itulah kebisingan di tempat kerja harus ditanggulangi secara bijaksana sehingga keselamatan dan kesehatan di tempat kerja serta produktivitas kerja dapat terjamin dengan baik Anies, 2014. Kebisingan yang terjadi dapat dikendalikan agar tingkat kebisingan tersebut sampai batas nilai yang diijinkan. Pengendalian kebisingan dilakukan pada sumber suara, pada media perantara kebisingan dan pengendalian kebisingan pada manusia Dwi P Sasongko, dkk., 2000. Universitas Sumatera Utara

5.4 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum Bekerja dan Sesudah

Bekerja Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan hasil ujimaka dapat perbedaan antara tekanan darah sistole sebelum dan sesudah bekerja didapat hasil p value =0.00 p0,005 maka menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil pengujian statistik didapat perbedaaan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat hasil p value= 0.001 p0,005, maka menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sesudah bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan pada tekanan darah sistole sebelum bekerja dan tekanan darah sistole sesudah bekerja serta perbedaan signifikan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan diastole sesudah bekerja, maka ada pengaruh dari kebisingan dengan tekanan darah.Hasil penelitian ini sama seperti yang dilakukan oleh Mustar 2011 bahwa kebisingan mempengaruhi perubahan tekanan darah. Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah ± 10 mmHg, peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan, kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris. Tingkat kebisingan tinggi pada suatu tempat akan menimbulkan stress pada orang-orang yang berada di tempat tersebut sehingga mengalami gangguan kesehatan berupa tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan gangguan pada organ pendengaran ketulian. Apabila seseorang mendengar suara yang keras, maka Universitas Sumatera Utara tekanan darah akan meningkat dengan cepat dan jantung akan berdetak lebih cepat. Mekanisme peningkatan tekanan darah dimulai dari getaran suara yang ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar. Kemudian ditelinga tengah,gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan kanalis semisirkularis, adanya legimen antar tulang mengamplifikasi getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Selanjutnya, ditelinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akanmengahatarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia. Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stress, dan kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormone stress sperti epinefrin ,norepinefrin dan kortisol. Hormon norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang sangat kuat yang dapat meningkatkan tahanan perifer total. Sedangkan, kortisol menyebabkkan peningkatan tekanan darah.Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap. Saraf simpatis mempengarui fungsi jantung dan pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya Universitas Sumatera Utara konstriksi otot jantung dan vasokonstriksi pembuluh darah resisten Guyton dan Hall, 1997. Universitas Sumatera Utara 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuakan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Kebisingan di bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan bagian pelayanan after sales perbaikan body body and paint service berasal dari mesin atau alat-alat kerja bengkel, diperoleh nilai rata-rata kebisingan sebesar 97,35dBA. 2. Rata-rata tekanan darah sistole sebelum bekerja sebesar 128,82 mmHg, rata- rata tekanan darah diastole sebelum bekerja sebesar 82.94 mmHg, rata-rata tekanan darah sistole sesudah bekerja didapat rata-rata sebesar 140,59 mmHg, pada tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat rata-rata sebesar 98,24 mmHg. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah sebelum bekerja dan tekanan darah setelah bekerja pada pekerja bengkel bagian pelayanan after sales perbaikan body body and paint service PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan. Universitas Sumatera Utara

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Perusahaan dan Pekerja

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Kebisingan Perusahaan Percetakan Dengan Tekanan Darah Pada Masyarakat Lingkungan I Pengilar X Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas Tahun 2012

5 82 91

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PEKERJA DI BAGIAN PROSES GRINDA DAN PERMESINAN DI PT. BAJA Hubungan Intensitas Kebisingan terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pekerja di Bagian Proses Grinda dan Permesinan Ceper, Klaten J

0 2 16

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI PT PERTANI (PERSERO) Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja Di PT Pertani (Persero) Cabang Surakarta.

0 0 16

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja Di PT Pertani (Persero) Cabang Surakarta.

0 1 17

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015

0 1 16

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015

0 0 7

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015

0 0 23

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015

0 0 20