2.1.2 Sumber Kebisingan
Menurut Anies 2014di tempat kerja, sangat potensial untuk menciptakan serta menambah keparahan tingkat kebisingan, misalnya:
1. Mengopersikan mesin-
mesin yang menimbulkan suara “rebut” karena kondisi mesin yang sudah tua dan tidak terawat dengan baik.
2. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi yang sekadarnya,
asal dapat berjalan 3.
Sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang
4. Melakukan modifikasi atau komponen-komponen mesin secara parsial,
termasuk menggunakan komponen mesin tiruan. 5.
Pemasangan dan pelekatan komponen-komponen mesin secara tidak tepat, terutama pada bagian penghubung antara modul mesin bad connection.
6. Penggunaan alat-alat yang kurang sesuai dengan fungsinya, misalnya
penggunaan palu hammer atau alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut.
2.1.3 Jenis-Jenis Kebisingan
Menurut Suma’mur 2009 berdasarkan sifat dan spektrum bunyi frekuensi bunyi, bising dibagi atas:
1 Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum
frekuensi yang lebar steady state, wide bind noise, misalnya bising mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
2 Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis steady
state dan narrow band noise, misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.
3 Kebisingan terputus-putus intermitten noise, misalnya bising lalu lintas
suara kapal terbang di bandara. 4
Kebisingan impulsif impact or impulsive noise, seperti bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
5 Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di perusahaan
atau tempaan tiang pancang bangunan. Menurut Tambunan 2005 klasifikasi kebisingan ditempat kerja dibagi
dalam dua jenis golongan besar yaitu: 1
Kebisingan tetap steady noise yang terbagi menjadi dua yaitu: a
Kebisingan dengan frekuensi terputus discrete frequency noise, berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam.
b Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus yang
lebih bervariasi bukan “nada” murni 2
Kebisingan tidak tetap unsteady noise, yang terbagi menjadi tiga yaitu: a
Kebisingan fluktuatif fluctuating noise, kebisingan yang selalu berubah- ubah selama rentang waktu tertentu
b Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat
berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas. c
Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi memekakkan telinga dalam waktu relatif singkat, misalnya ledakan
senjata api.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Tingkatan Kebisingan
Terdapat dua karakteristik utama yang menentukan kualitas suatu bunyi atau suara, yaitu suatu frekuensi atau intensitasnya.Frekuensiu yang dinyatakan
dalam jumlah getaran perdetik dengan satuan Herz Hz, yaitu jumlah gelombang bunyi yang sampai ditelinga setiap detiknya.Sesuatu benda yang bergetar
menghasilkan bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu yang merupakan ciri khas dari benda tersebut.Biasanya suatu kebisingan terdiri atas campuran
sejumlah gelombang sederhana dari aneka frekuensi.Nada suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi getaran sumber bunyi Suma’mur 2009.
Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu satuan logaritmis yang disebut desibel db dengan memperbandingkannya
denngan kekuatan standar 0.0002 dine dynecm
2
yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga no
rmal Suma’mur 2009. Ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-bunyi yang
lebih keras pada frekuensi yang lebih rendah disbanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva tingkatan kebisingan NR=
noise rating pernah dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan pada berbagai situasi. Kurva bising yang diukur yang terletak dekat di atas pita
analisis menyatakan NR kebisingan tersebut Harrington dan Gill, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Pengukuran Kebisingan