Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA BENGKEL PT. CAPELLA MEDAN DAIHATSU
AMPLAS MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI
OLEH: JUNITA SM
111000089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
2
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA BENGKEL PT. CAPELLA MEDAN DAIHATSU
AMPLAS MEDAN TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH: JUNITA SM
111000089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
(4)
(5)
dapat mempengaruhi produktifitas seorang pekerja. Intensitas kebisingan yang tinggi juga dapat menaikkan tekanan darah dan dalam jangka waktu yang lama akan membebani jantung dan dapat menyebabkan stress yang pada akhirnya menimbulkan kelelahan.
Penelitian ini adalah penelitian obsevasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas kebisingan dantekanan darah dan mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, pada bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and paint service) Tahun 2015. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, pada bagian pelayanan after sales
perbaikan body (body and paint service) yaitu sebanyak 17 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian ini kondisi kebisingan lingkungan kerja rata-rata adalah 97,35 dB(A). Hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan perubahan tekanan darah p value tekanan darah sistole sesudah bekerja= 0.002 (p ≤ 0.05), dan hasil uji korelasi p value tekanan darah diastole sesudah bekerja = 0.002 (p ≤ 0.05), dan dengan menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan tekanan darah sistole sebelum dan sesudah bekerja didapat hasil p value =0.00 (p<0,005), tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat hasil p value= 0.001 (p<0,005), menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan.
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak perusahaan agar lebih memerhatikan kelayakan kondisi lingkungan kerja dan kepada pekerja agar mengunakan alat pelindung diri saat bekerja. Untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan variabel yang berbeda supaya mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid dan memperbanyak jumlah responden yang diteliti.
(6)
iii Abstract
Noise is one physics factor of the work environtment that can affect the productivity of worker. High intensity noise also raise blood pressure and in the long term will burden the heart and caused of stress that eventually lead to fatigue.
The research method used analytical observation with cross sectional approach. The purpose of this study was to determine the intensity andblood pressure also determine the relationship of the intensity of the noise with a blood pressure on labour workshop PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, of after sales repair bady and general paint service. The population is all workers at PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, as many as 17 people and all the population to be the sample.
The result showed the mean of condition of noise is 97,35 dB (A).By Pearson Product Moment Correlation test indicated that the intensity of noise exposure with blood pressure obtained p value of systolic blood pressure after work =0,002 (p≤0,05), and results of correlation test p value of diastolic after work = 0,002 (p≤0,05), and with Wilcoxon test indicated that systolic blood pressure after and before work obtained p value =0,00 (p<0,005), diastolic blood pressure after work obtained p value= 0,001 (p<0,005), indicated there is different significantly.
Recommended to the company topaid more attention of feasibility conditions and the working environment for workers to use personal protective equipment when they are working.
(7)
Nama : Junita SM
TempatLahir : Doloksanggul
TanggalLahir : 26 Juni 1993
Sukubangsa : Batak
Agama : Katolik
Nama Ayah : DJ Saragih
SukuBangsa Ayah : Batak
NamaIbu : R. Marbun, S.Ag
SukuBangsa : Batak
Riwayat pendidikan
1. SD St.MariaDoloksanggul : 1999 - 2005
2. SLTP St. LusiaDoloksanggul : 2005 - 2008
3. SMA Negeri 1 Doloksanggul : 2008 - 2011
(8)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat, kasih dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu Amplas Medan Tahun 2015.
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Subhilhar, Ph.d, selaku Pelaksana Tugas Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen Pembimbing I sekaligus Ketua
Penguji yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
5. Ibu Eka Lestari Mahyuni,SKM, M. Kes selaku dosen Pembimbing II dan
Anggota Penguji yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam
memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
(9)
masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Ir. Resman Sidabutar selaku Kepala Bengkel (Workshop Head) PT.
Capella Medan Daihatsu Amplas Medan yang telah memberikan izin
penelitian dan telah membantu penulis menyelesaikan penelitian.
8. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
9. Teristimewa untuk orangtuaku tercinta DJ Saragih dan R. Marbun, S.Ag
yang dengan tulus dan sabar memberikan doa dan dukungan moril maupun
materil kepada penulis selama ini serta kakak dan adikku terkasih Kristi
Saragih, SP, Agustria Saragih, Putriani Saragih, Heri Antonius Saragih,
Daniel Saragih serta sanak keluarga yang telah banyak memberikan
dukungan.
10.Teman-teman terkasih Rafika L. Gaol,S.KM, Medis Pasaribu, SKM,
Rifwan Tanjung dan teman-teman Twister, teman seperjuangan dalam
Pengalaman Belajar Lapangan (Panji, Nadyla, Winda, Medis, Jani, Trivo)
yang tak terucapkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
11.Kepada yang terkasih Frans Nico Pratama Naibaho yang menjadi
penyemangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12.Kepada semua pihak yang turut memberikan sumbangsih dan tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan selama
(10)
vii
Dengan segala keterbatasan kemampuan penulis dirasakan masih banyak
ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan serta saran
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
penulis, peneliti selanjutnya ataupun pembaca pada umumnya.
Medan,Juli 2015
(11)
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kebisingan... 8
2.1.1 Pengertian Kebisingan ... 8
2.1.2 Sumber Kebisingan ... 9
2.1.3 Jenis-Jenis Kebisingan ... 9
2.1.4 Tingkatan Kebisingan ... 11
2.1.5 Pengukuran Kebisingan ... 12
2.1.6 Nilai Ambang Batas (NAB) Intensitas Kebisingan ... 13
2.1.7 Pengaruh Kebisingan ... 14
2.1.8 Rencana dan Langkah Pengendalian Kebisingan ... 19
2.2Tekanan Darah ... 24
2.2.1 Pengertian Tekanan Darah ... 24
2.2.2 Penggolongan Tekanan Darah ... 26
(12)
ix
2.3 Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah ... 28
2.4 Kerangka Konsep ... 29
2.5 Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian ... 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31
3.2.2 Waktu Penelitian ... 31
3.3 Populasi dan Sampel ... 31
3.3.1 Populasi ... 31
3.3.2 Sampel ... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Data ... 32
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 32
3.4.2 Instrumen Penelitian... 32
3.5 Defenisi Operasional ... 34
3.6 Aspek Pengukuran ... 34
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 37
4.2 Hasil Penelitian ... 38
4.2.1 Analisis Univariat... 38
4.2.2 Analisis Bivariat ... 42
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Intensitas Kebisingan Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan ... 44
5.2Tekanan Darah pada Tenaga Kerja Bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan ... 45
5.3 Hubungan antara Kebisingan dengan Tekanan Darah ... 46
5.4 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum Bekerja dan Sesudah Bekerja ... 47
(13)
6.2 Saran ... 51 6.2.1 Bagi Perusahaan dan Pekerja ... 51
(14)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja... 14
Tabel 2. Standar Tekanan Darah Normal ... 26
Tabel 3. Kategori Tekanan Darah ... 27
Tabel 4.Tingkat Hubungan Korelasi (r ) ... 36
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan... 39
Tabel 4.2 FrekuensiTekanan Darah ... 40
Tabel 4.3 Korelasi Pearson Product Moment ... 42
(15)
Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep ... 29 Gambar 2. Alat Sound Level Meter ... 33 Gambar 3. Pengukuran Kebisingan pada bagian perbaikan body (body and paint
service) bengkel PT. Capella Medan Daihatsu ... 40 Gambar 4. Pengukuran Tekanan darah pada pekerja bagian perbaikan body (body
(16)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Master Data ... 54 Lampiran 2: Hasil Pengolahan Data(Output) ... 55 Lampiran 3:Denah Pengambilan Data Penelitian ... 64 Lampiran 4: Surat Survei Pendahuluan
Lampiran 5: Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 6: Surat Peminjaman Alat Pengukur Kebisingan (Sound Level Meter) Lampiran 7 Surat Hasil Pengukuran Kebisingan dari Laboratorium Kesehatan
(17)
dapat mempengaruhi produktifitas seorang pekerja. Intensitas kebisingan yang tinggi juga dapat menaikkan tekanan darah dan dalam jangka waktu yang lama akan membebani jantung dan dapat menyebabkan stress yang pada akhirnya menimbulkan kelelahan.
Penelitian ini adalah penelitian obsevasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas kebisingan dantekanan darah dan mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, pada bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and paint service) Tahun 2015. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, pada bagian pelayanan after sales
perbaikan body (body and paint service) yaitu sebanyak 17 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian ini kondisi kebisingan lingkungan kerja rata-rata adalah 97,35 dB(A). Hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan perubahan tekanan darah p value tekanan darah sistole sesudah bekerja= 0.002 (p ≤ 0.05), dan hasil uji korelasi p value tekanan darah diastole sesudah bekerja = 0.002 (p ≤ 0.05), dan dengan menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan tekanan darah sistole sebelum dan sesudah bekerja didapat hasil p value =0.00 (p<0,005), tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat hasil p value= 0.001 (p<0,005), menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan.
Dari hasil penelitian disarankan kepada pihak perusahaan agar lebih memerhatikan kelayakan kondisi lingkungan kerja dan kepada pekerja agar mengunakan alat pelindung diri saat bekerja. Untuk peneliti selanjutnya agar menggunakan variabel yang berbeda supaya mendapatkan hasil penelitian yang lebih valid dan memperbanyak jumlah responden yang diteliti.
(18)
iii Abstract
Noise is one physics factor of the work environtment that can affect the productivity of worker. High intensity noise also raise blood pressure and in the long term will burden the heart and caused of stress that eventually lead to fatigue.
The research method used analytical observation with cross sectional approach. The purpose of this study was to determine the intensity andblood pressure also determine the relationship of the intensity of the noise with a blood pressure on labour workshop PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, of after sales repair bady and general paint service. The population is all workers at PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan, as many as 17 people and all the population to be the sample.
The result showed the mean of condition of noise is 97,35 dB (A).By Pearson Product Moment Correlation test indicated that the intensity of noise exposure with blood pressure obtained p value of systolic blood pressure after work =0,002 (p≤0,05), and results of correlation test p value of diastolic after work = 0,002 (p≤0,05), and with Wilcoxon test indicated that systolic blood pressure after and before work obtained p value =0,00 (p<0,005), diastolic blood pressure after work obtained p value= 0,001 (p<0,005), indicated there is different significantly.
Recommended to the company topaid more attention of feasibility conditions and the working environment for workers to use personal protective equipment when they are working.
(19)
1.1 Latar Belakang
Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi,
penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun
demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang
beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber
daya manusia-nya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya
musibah seperti; kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan
timbulnya penyakit akibat kerja.
Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian
jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan
masyarakat luas.Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang
lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan
prinsip yang dimulai dari tahap perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar
tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang
timbul akibat proses produksi, sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat,
nyaman, aman dan produktif (Tarwaka dkk, 2004).
Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian yang besar yang bermula
dari kurang tanggapnya manajemen keselamatan terhadap resiko yang ada
dilingkungan kerja tersebut. Untuk menjamin pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja, sumber produksi, dan
lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perusahaan perlu mengembangkan
(20)
2
yang tersusun dalam program keselamatan dan kesehatan kerja (Depnaker RI,
1996).
Teknologi modern selain meningkatkan industri juga menimbulkan
masalah kebisingan yang mempunyai pengaruh luas mulai dari gangguan
konsentrasi, komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat karena
kehilangan daya dengar yang menetap. Kebisingan tidak hanya berpengaruh
terhadap kualitas kerja tetapi juga berpengaruh terhadap tenaga kerja.
Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan berupa gangguan pendengaran (auditory) dan extrauditory
seperti stres psikologi dan kelelahan. Kebisingan telah meningkat secara paralalel
dengan perkembangan industri dan kemajuan teknologi saat ini.Banyak penduduk
dunia terpapar kebisingan terputus-putus atau menetap berkelanjutan yang
berbahaya lebih dari 85 dB (A) pada lingkungan kerja (Azizi, 2010).
Sumber bising dapat berasal dari mesin-mesin seperti pabrik tekstil,
penggergajian kayu, industri mebel, produk-produk yang menggunakan bahan
baku logam dan industri otomotif yang dapat menghasilkan pajanan bising
90 dBA atau lebih. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor Per.13/Men/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimiadi Tempat Kerja, Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah
85 dBA.
Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi
juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional yaitu berupa
terganggunya kenyamanan kerja,mudah tersinggung, mudah marah.Melalui
(21)
meningkatkan frekuensi detak jantung dan peningkatan tekanan darah.Hal tersebut
termasuk gangguan kardiovaskuler (Sasongko, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Dinar pada tahun 2011 terhadap karyawan
unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat, Karanganyar,
menunjukkan tingkat hubungan yang sangat kuat dalam hubungan kebisingan
dengan tekanan darah pada karyawan, hal ini mempunyai arti bahwa semakin
tinggi intensitas kebisingan, maka semakin tinggi pula tekanan darah pada
karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tomas 2007 menunjukkan bahwa ada
perbedaan bermakna tekanan darah rata-rata tenaga kerja sebelum dan sesudah
bekerja pada proses kerja fabrikasi dibengkel utama PT.Tambang BatuBara Bukit
Asam dengan intensitas kebisingan 110,3 dB(A).
Selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas
kebisingan yang tinggi,kebisinganjuga berpengaruh secara fisiologis yaitu
terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung,
risiko serangan jantung meningkat dan gangguan pencernaan (Tarwaka dkk,
2004).
PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan adalah perusahaan yang
bergerak di bidang industri otomotif selain kegiatan usaha dalam penjualan mobil
atau produk, Daihatsu juga melakukan penjualan jasa bengkel (after sales service)
dimana kegiatan ini merupakan aktivitas utama pada perusahaan ini, untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Pelayanan after sales service, dibagi
(22)
4
1. Pelayanan after sales perbaikan umum yang disebut dengan general
repair.
2. Pelayanan after sales perbaikan body yang disebut body and paint
service.
Seluruh pekerja bengkel dalam melakukan pekerjaan mengandalkan
tenaga fisik pekerja, serta adanya beban tambahan yang berasal dari faktor-faktor
lain seperti lingkungan kerja.Penelitian ini dilakukan pada bagian pelayanan after
sales perbaikan body (body and paint service). Proses pekerjaan pada bagian
pelayanan perbaikan body (body and paint service) ini yaitu metode pengelasan
dengan ketokan menggunakan alat atau mesin las yang menimbulkan suara keras
akibat benturan dan ketokan yang terjadi. Bagian pelayanan general repair tidak
dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini karena dalam proses kerja tidak
menghasilkan kebisingan yang mengganggu terhadap kesehatan pekerjanya.
Berdasarkan survei awal pekerja mengeluhkan bising yang disebabkan
oleh mesin dan alat-alat bengkel. Pekerja melakukan komunikasi harus dengan
sedikit berteriak agar bisa terdengar. Pekerjaan di bengkel selalu menggunakan
sistem target karena banyaknya yang membutuhkan jasa perbaikan mobil dengan
waktu kerja 8 jam per hari. Pekerja yang bekerja di bengkel PT. Capella Medan
Daihatsu ini lebih kurang telah bekerja 5-10 tahun dengan 8 jam kerja rata-rata per
harinya dengan masuk 08.30 dan selesai kerja pukul 16.30 WIB (istirahat
13.00-14.00WIB). Pekerja selama bekerja tidak menggunakan alat pelindung diri yaitu
alat pelindung telinga. Bagian proses kerja ini berada di lingkungan kerja yang
menghasilkan kebisingan paling tinggi karena suara alat-alat kerja bengkel yang
(23)
body (body and paint service) ini sangat kecil karena unit merupakan penghasil
kebisingan yang terbesar di tempat kerja, meskipun demikian pekerja di luar unit
tidak terpengaruh oleh bising yang dihasilkan karena memiliki jarak yang cukup
jauh yang juga bertujuan agar suara bising yang dihasilkan tidak mengganggu
pekerja lain di luar bagian body (body and paint service) sehingga lokasi dibuat
jauh kedalam atau bagian belakang lokasi bengkel.
Bukan hanya gangguan komunikasi yang dikeluhkan oleh para tenaga
kerja melainkan sering sekali jantung berdebar-debar diakibatkan bising, misalnya
terkejut yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja. Kebisingan tidak
hanya dapat mengganggu pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan
terhadap mental emosional serta sistem kerja jantung dan peredaran darah.Bunyi
yang dihasilkan oleh alat-alat kerja bengkel ini menimbulkan kebisingan menetap
berkelanjutan.
Di bengkel ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan
intensitas kebisingan dengan tekanan darah dan belum pernah juga dilakukan
pengukuran kebisingan sebelumnya pada lingkungan kerja bengkel.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan intensitas
kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bengkel PT.Capella Medan
(24)
6
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka disusun
perumusan masalah sebagai berikut:
“Adakah hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui besarnya intensitas kebisingan di bengkel terutama
bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and paint service) pada
pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan.
2. Untuk mengetahui tekanan darah pada pekerja bengkel PT. Capella Medan
Daihatsu, Amplas, Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi perusahaan
a. Dapat digunakan sebagai masukan tentang tingkat kebisingan yang
ada di bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan.
b. Memberikan masukan bagi perusahaan tentang hubungan kebisingan
dengan tekanan darah pekerja bengkel.
c. Dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk
melaksanakan tindakan koreksi agar didapat lingkungan kerja yang
(25)
2. Bagi mahasiswa
a. Menambah studi kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dengan menjadi masukan
bagi penelitian berikutnya.
b. Untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dalam menerapkan
(26)
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan
2.1.1 Pengertian Kebisingan
Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki
(WHO, 1995).
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab “penyakit lingkungan” yang penting (Slamet, 2006).
Suara dikatakan bising bila suara-suara tersebut menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan seperti gangguan percakapan, gangguan tidur dan lain-lain
(Suma’mur, 2009).
Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi kebisingan seperti
yang tertulis dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja danTransmigrasi Nomor
PER.13/MEN/X/2011: Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengaran
dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan dari getaran dari
(27)
2.1.2 Sumber Kebisingan
Menurut Anies (2014)di tempat kerja, sangat potensial untuk menciptakan
serta menambah keparahan tingkat kebisingan, misalnya:
1. Mengopersikan mesin-mesin yang menimbulkan suara “rebut” karena kondisi mesin yang sudah tua dan tidak terawat dengan baik.
2. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi yang sekadarnya,
asal dapat berjalan
3. Sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas cukup tinggi
dalam periode operasi cukup panjang
4. Melakukan modifikasi atau komponen-komponen mesin secara parsial,
termasuk menggunakan komponen mesin tiruan.
5. Pemasangan dan pelekatan komponen-komponen mesin secara tidak tepat,
terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection).
6. Penggunaan alat-alat yang kurang sesuai dengan fungsinya, misalnya
penggunaan palu (hammer) atau alat pemukul sebagai alat pembengkok
benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut.
2.1.3 Jenis-Jenis Kebisingan
Menurut Suma’mur (2009) berdasarkan sifat dan spektrum bunyi frekuensi bunyi, bising dibagi atas:
1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum
frekuensi yang lebar (steady state, wide bind noise), misalnya bising
(28)
10
2) Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis (steady
state dan narrow band noise), misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas
dan lain-lain.
3) Kebisingan terputus-putus (intermitten noise), misalnya bising lalu lintas
suara kapal terbang di bandara.
4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti bising pukulan
palu, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
5) Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di perusahaan
atau tempaan tiang pancang bangunan.
Menurut Tambunan (2005) klasifikasi kebisingan ditempat kerja dibagi
dalam dua jenis golongan besar yaitu:
1) Kebisingan tetap (steady noise) yang terbagi menjadi dua yaitu:
a) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise), berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang beragam.
b) Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni)
2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi tiga yaitu:
a) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang selalu
berubah-ubah selama rentang waktu tertentu
b) Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat
berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas.
c) Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi
(memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya ledakan
(29)
2.1.4 Tingkatan Kebisingan
Terdapat dua karakteristik utama yang menentukan kualitas suatu bunyi
atau suara, yaitu suatu frekuensi atau intensitasnya.Frekuensiu yang dinyatakan
dalam jumlah getaran perdetik dengan satuan Herz (Hz), yaitu jumlah gelombang
bunyi yang sampai ditelinga setiap detiknya.Sesuatu benda yang bergetar
menghasilkan bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu yang merupakan ciri
khas dari benda tersebut.Biasanya suatu kebisingan terdiri atas campuran
sejumlah gelombang sederhana dari aneka frekuensi.Nada suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi getaran sumber bunyi (Suma’mur 2009).
Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu
satuan logaritmis yang disebut desibel (db) dengan memperbandingkannya
denngan kekuatan standar 0.0002 dine (dyne)/cm2 yaitu kekuatan bunyi dengan
frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga normal (Suma’mur 2009). Ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-bunyi yang
lebih keras pada frekuensi yang lebih rendah disbanding pada frekuensi tinggi.
Kisaran kurva-kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva tingkatan kebisingan (NR=
noise rating) pernah dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan
pada berbagai situasi. Kurva bising yang diukur yang terletak dekat di atas pita
(30)
12
2.1.5 Pengukuran Kebisingan
Menurut Suma’mur (2009) maksud pengukuran kebisingan adalah:
a) Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di
perusahaan atau di mana saja.
b) Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi
intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan
dalam rangka upaya konversi pendengaran tenaga kerja , atau
perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas ketenangan dalam
kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya.
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter.
Alat ini mengukur kebisingan pada intensitas 30-130 dB dan dari frekuensi 20-
20.000Hz. Suatu system kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk
kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai alat
kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya dapat diatur oleh
amplifier atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut, yang
bergantung dari tekanan udara sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan
tekanan barometer.Kalibator dengan intensitas tinggi (125 dB) lebih disukai, oleh
karena alat pengukur intensitas kebisingan demikian mungkin dipakai untuk
mengukur kebisingan yang intensitrasnya tinggi (Suma’mur 2009).
Sebagaimana telah dinyatakan untuk mengukur intensitas dan menentukan
frekuensi kebisingan diperlukan peralatan khusus yang berbeda bagi jenis
kebisingan dimaksud. Tujuan dari pengukuran kebisingan hanya untuk
(31)
pemasangan perlengkapan dinding yang mengabsorbsi suara atau pemilihan alat
pelindung telinga, pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana dimaksudkan
dalam rangka lokalisasi secara tepat sumber kebisingan pada suatu mesin dengan
tujuan memodifikasi mesin tersebut, melalui pembuatan desain yang dipakai dasar
kontruksi bentuk mesin dengan tingkat kebisingan yang kurang intensitasnya dan frekuensi yang ditentukan (Suma’mur 2009).
Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat pengukur kebisingan
adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk melakukan pengukuran terhadap
kebisingan dan juga waktu yang dialokasikan untuk hal tersebut.Sebagaimana
sering dialami kenyataan bahwa lebih disenangi pengumpulan data tentang
kebisingan secara merekamnya (recording) yang kemudian data rekamam dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis (Suma’mur 2009).
Survei pendahuluan masalah kebisingan menetap berkelanjutan, biasanya
diukur intensitas menyeluruh yang dinyatakan dengan dB (A), pengukuran
intensitas menyeluruh demikian menggunakan jaringan A dari Sound Level Meter.
Menggunakan jaringan tersebut berarti bahwa kepekaan alat pengukur kebisingan
sesuai dengan garis kepekaan sama yaitu 40 dB, sehingga tidak memberi reaksi
kepada intensitas kebisingan rendah, melainkan memungkinkan diukurnya intensitas kebisingan tinggi berbahaya kepada alat pendengaran (Suma’mur 2009).
2.1.6 Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas kebisingan
Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan
(32)
14
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama/terus-menerus,
selanjutnya ditulis NAB.
Standar kebisingan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.PER. 13/MEN/2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja
Intensitas Pemajanan max (dBA) Waktu Pemajanan per Hari
85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139 8 jam 4 jam 2 jam 1 jam 30 menit 15 menit 7,5 menit 3,75 menit 1,88 menit 1,44 menit 28,12 detik 14,06 detik 7,03 detik 3,52 detik 1,76 detik 0,88 detik 0,44 detik 0,22 detik 0,11 detik
140 -
Sumber: Permenakertrans No. PER. 13/MEN/2011
2.1.7 Pengaruh Kebisingan
Menurut Tarwaka, dkk (2004) pengaruh pemaparan kebisingan secara
umum dapat di kategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya
intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh
pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua, adalah pengaruh
(33)
1) Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
a) Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah
terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan
penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat
permanen, biasanya didahului dengan pendengarana yang bersifat
sementara yang dapat menganggu kehidupan yang bersangkutan baik di
tempat kerja maupun dilingkungna keluarga dan lingkungan sosialnya.
b) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya
terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.
c) Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut
jantung, risiko serangan jantung meningkat gangguan pencernaan.
d) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi
demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar
kegiatan tersebut dihentikan dll.
2) Pengaruh kebisingan intensitas rendah
Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB banyak
ditemukan dilingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan
dll.Intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tersebut secara fisiologis
tidak menyebabkan kerusakan pendengaran.Namun demikian, kehadirannya
sering dapat menyebablkan penurunan penurunan performansi kerja, sebagai salah
satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya.Stres yang disebabkan
karena yang pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini,
(34)
16
Secara spesifik stress karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan
antara lain:
a) Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan tidur
b) Gangguan reaksi psikomotor
c) Kehilangan konsentrasi
d) Gangguan komunikasi antara lawan bicara
e) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada
kehilangan efisiensi dan produktivitas.
Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya gangguan-gangguan
seperti dibawah ini (Depnakertrans R.I, 2009):
1. Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat
bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.
Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat di dengar secara jelas
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.Pembicara terpaksa
berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan.
Kebisingan juga dapat menggangu cardiac out put dan tekanan darah. Contoh
gangguan fisiologis: naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat,
vasokonstriksi pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang dan metabolisme
tubuh meningkat. Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk (2002) semua
hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap
(35)
2. Gangguan psikologis
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan
psikologis.Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan
jiwa sulit konsentrasi, dan berfikir dan lain-lain. Menurut Budiono, dkk (2003)
pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi kenyamanan dalam
bekerja, menggangu komunikasi, mengganggu konsentrasi, dan menurut Benny
dan Adhi dalam Sarwono, dkk (2002) kebisingan dapat mengganggu pekerjaan
dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecil pun
dapat mengganggu konsentrasi sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa
perasaan lamban dan keengganan untuk melakukan aktivitas. Kebisingan
mengganggu perhatian tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan
terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat membuat
kesalahan-kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendali
dengan baik juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja (Suma’mur, 2009).
3. Gangguan patologis organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap
alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen. Menurut Budiono, dkk (2003) kebisingan dapat
menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Pengaruh utama dari
kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengaran
yang menyebabkan ketulian progresif.Pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising untuk kebisingan sementara (Suma’mur, 2009).Ditempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat
(36)
18
merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan kesehatan (tingkat kebisingan
80 s/d 90 dB (A) atau lebih dapat membahayakan pendengaran).Seseorang yang
dapat kebisingan secara terus-menerus dapat menyebabkan dirinya menderita
ketulian. Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk (2002) ketulian akibat
kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan terus-menerus dibagi menjadi dua
yaitu:
a) Temporari deafness, yaitu kehilangan pendegaran sementara.
b) Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara permanen atau
disebut ketulian saraf. Pada pekerja permanent deafness harus dapat
dikompensasi oleh jamsostek atau rekomendasi dari dokterpemeriksa
kesehatan.
Menurut Tambunan (2005) secara umum tingkat bahaya yang di
timbulkan oleh kebisingan bagi pekerja di pengaruhi oleh beberapa hal, seperti:
1. Intensitas dan frekuensi kebisingan
2. Jenis kebisingan (steady atau non steady noise)
3. Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration)
4. Umur pekerja
5. Penyakit-penyakit atau ketidaksempurnaan pendengaran pada pekerja
(yang bukan disebabkan oleh kebisingan)
6. Kondisi lingkungan seperti angin, suhu, kelembaban udara dimana bahaya
kebisingan tersebut berada.
7. Jarak antara pekerja tersebut dengan sumber kebisingan
(37)
2.1.8 Rencana dan langkah pengendalian kebisingan
Menurut Tarwaka, dkk (2004) sebelum dilakukan langkah pengendalian,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian
yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan.
Rencana pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan melalui perspektif
manajemen risiko kebisingan.Manajemen risiko yang dimaksud adalah suatu
pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan risiko yang mungkin
timbul. Langkah manajemen risiko kebisingan tersebut adalah:
a) Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada ditempat kerja yang
berpotensi menimbulkan penyakit atau cidera akibat kerja.
b) Menilai risiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan
cidera akibat kerja
c) Mengambil langkah langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau
meminimalisasi risiko kebisingan.
Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan langkah pengendalian kebisingan dengan dua arah pendekatan
yaitu pendekatan jangka pendek (short- term gain) dan pendekatan jangka
panjang (long-term gain) dari hirarki pengendalian.Pada pengendalian kebisingan
dengan orientasi jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah
eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara teknik pengendalian secara
berurutan adalah eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara teknik,
pengendalian secara administrative dan terakhir penggunaan penggunaan alat
(38)
20
a) Eliminasi sumber kebisingan
1. Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengn penggunaan tempat kerja
atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan.
2. Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus mensyaratkan
maksimum intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari mesin baru.
3. Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstuksi bangunan
harus dapat meredam kebisingan serendah mungkin dll.
b) Pengendalian kebisingan secara teknik
1. Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan pada
sumber suara dapat dilakuakan dengan menutup mesin atau mengisolasi
mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan
dengan mendesain mesin memakai remote control. Selain itu dapat
dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan anti getaran. Namun,
demikian teknik ini memerlukan biaya yang sangat besar sehingga dalam
prakteknya sulit diimplementasikan.
2. Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan.
Apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka
teknik berikutnya adalah dengan memberi pembatas atau sekat antara
mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau melapisi
dinding, plafon dan lantai dengan bahan penyerap suara. Menurut Sanders
dan McCormik dalam Tarwaka, dkk (2004) cara tersebut dapat
(39)
3. Pengendalian kebisingan secara administratif
Apabila teknik pengendalian secara teknik belum memungkinkan untuk
dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan teknik
pengendalian secara administratif.Teknik pengendalian ini lebih
difokuskan pada manajemen pemaparan.Langkah yang dapat ditempuh
adalah dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan
tempat yang lebih nyaman yang didasarkan pada intensitas kebisingan
yang diterima.
4. Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja
Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik
pengendalian diatas (eliminasi, pengendalian teknik, dan administratif)
belum memungkinkan untuk dilaksanakan.Jenis pengendalian ini dapat
dilakukan dengan pemakaian alat pelindung telinga (tutup atau sumbat
telinga). Menurut Pulat dalam Tarwaka, dkk (2004) pemakaian sumbat
telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar ± 30 dB, sedangkan tutup
telinga dapat mengurangi kebisingan sedikit lebih besar yaitu 40-50 dB.
Pengendalian kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan di
perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas biayanya relative lebih
murah.Namun demikian banyak ditemukan kendala dalam pemakaian
tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat kedisiplinan pekerja, mengurangi
kenyamanan kerja, mengganggu pembicaraan dan lain-lain. Berikut adalah
(40)
22
a. Sumbat telinga (Ear plug)
Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk
kedua telinga dari orang yang sama adalah berbeda. Untuk itu ear
plugharus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan
bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter saluran
telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk
lonjong dan tidak lurus. Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastic dan
karet, spon dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai
(Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastic yang
dicetak (Molded rubber/plastic) dapat digunakan berulang kali (Non
Disposable).Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB (A).
b. Tutup telinga (Ear muff)
Alat pelindung telinga jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah tutup telinga dan
sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang
berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi.Pada pemakaian yang
cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurunkan karena bantalannya
menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan
dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit.Alat ini dapat
mengurangi intensitas suara sampai 30 dB (A) dan juga dapat melindungi
bagian luar telinga luar dari benturan benda keras atau percikan bahan
(41)
Menurut Tarwaka (2004) perlu di perhatikan beberapa criteria di dalam
pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri sebagai berikut:
1) Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif
kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.
2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.
3) Bentuknya cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya
4) Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.
5) Mudah untuk dipakai dan di lepas kembali
6) Tidak mengaanggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta
gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang
cukup lama.
7) Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
8) Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
dipasaran.
9) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
10)Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan.
Disamping pemenuhan terhadap kriteria-kriteria tersebut, pekerja juga
harus terus-menerus diberikan penyadaran, diberikan instruksi baik secara tertulis
maupun lisan tentang kapan dan dalam keadaan bagaimana alat pelindung diri
(42)
24
kewaiban memakai alat pelindung diri yang dipasang di tempat-tempat kerja juga
sangat baik untuk mengingatkan pekerja (Tarwaka, 2004).
2.2 Tekanan Darah
2.2.1 Pengertian tekanan darah
Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan dimana tekanan yang
dikenakan oleh darah pada pembuluh darah arteri ketika darah dipompa oleh
jantung keseluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti
kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding
pembuluh (Guyton dan Hall, 2008).
Menurut Singgih dalam Mustar (2011) hingga saat sekarang alat ukur yang
masih akurat digunakan untuk mengukur tekanan darah secara tidak langsung
ialah sphygmomanometer air raksa. Kadang-kadang dijumpai sphygmomanometer
dengan pipa air raksa yang letaknya miring terhadap bidang horizontal
(permukaan air) dengan maksud untuk memudahkan pembacaan hasil
pengukuran oleh pemeriksa. Satuan tekanan darah standar, tekanan darah hamper
selalu dinyatakan dalam millimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa
telah dipakai sebagai rujukan bakuuntuk pengukuran tekanan darah.
Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik
dimana denyut dapat dirasakan.Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan di
atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut
arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai
menghilang.Perbedaan tekanan antara systole dan diastole disebut tekanan antara
(43)
Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah
melewati pembuluh-pembuluh.Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup
karena ada perbedaan tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan
atrium kanan.
a. Tekanan ventrikuler kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole
sampai serendah 0 mmHg saat diastole.
b. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sisitole sampai
serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolic tetap dipertahankan
dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding elastic aorta. Rata-rata
tekanan aorta adalah 100 mmHg.
Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan
tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100
ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10
mmHg di ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg
ke 5 mmHg) menuju vena cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg)
(44)
26
2.2.2 Penggolongan tekanan darah
A. Tekanan darah normal
Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah
untuk sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Guyton dan Hall, 2008).
Nilai tekanan darah normal:
a) Pada usia 15-29 tahun: sistolik 90-120 mmHg, diastolic 60-80 mmHg.
b) Pada usia 30-49 tahun: sistolik 110-140 mmHg, diastolic 70-90 mmHg
c) Pada usia >50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90 mmHg.
Tabel 3. Standar Tekanan Darah Normal
No. Usia Diastol Sistol
1
Pada masa bayi 50 70-90
2
Pada masa anak 60 80-100
3
Masa remaja 60 90-110
4
Masa muda 60-70 110-125
5
Lebih tua 80-90 130-150
B. Tekanan darah rendah
Seorang dikatakan tekanan darah rendah apabila tekanan darah untuk
sistolik<100 mmHg dan diastolik <60 mmHg.
C. Tekanan darah tinggi
Seorang dikatakan punya tekanan darah tinggi apabila untuk tekanan darah
(45)
Berikut adalah tabel untuk kategori tekanan darah.
Tabel 4. Kategori Tekanan Darah
Tekanan Darah Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normal Di bawah 120 Di bawah 80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1)
140-159 90-99
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 atau bahaya)
Di atas 160 Di atas 100
Sumber: Joint National Comitte-VII, 2004.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu:
a. Usia
Perbedaan usia mempengaruhi tekanan darah. Tekanan darah rata-rata
ornag dewasa 30- 45 tahun systolic 110-140 mmHg dan diastolic 60-90
mmHg (Kozier, 1987). Tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan
peningkatan usia, akan tetapi tekanan darah diastolic meningkat seiring
tekanan darah sistolik sampai sekitar usia 55 tahun yang kemudian
menurun oleh karena terjadinya proses kekakuan arteri akibat
arteriosclerosis.
b. Olahraga
Meningkatnya curah jantung karena olahraga atau aktivitas akan
(46)
28
system regulasi tubuh akan berusaha untuk mengkompensasi kenaikan ini,
sehingga tekanan darah akan cenderung tetap atau justru turun.
c. Lama paparan
Pada orang yang masa waktu jam bekerja setiap harinya memiliki denyut
nadi yang berbeda. Ini dipengaruhi oleh tingkat kelelahan dalam bekerja.
Semakin lama orang bekerja maka semakin tinggi tingkat kelelahan yang
dimilikinya dibandingkan dengan orang yang bekerja dibawah dari jam
kerja orang lain.
2.3 Hubungan kebisingan dengan tekanan darah
Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah terlihat jelas dari
respon-respon fisiologis yang nampak terhadap pekerja. Kebisingan tidak hanya dapat
menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan
terhadap mental emosional serta system jantung dan peredaran darah. Gangguan
mental emosional yaitu berupa terganggunya kenyamanan kerja, mudah
tersinggung, mudah marah.Melalui mekanisme hormonal yaitu dihasilkan hormon
adrenalin sehingga dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan peningkatan
tekanan darah. Hal tersebut termasuk gangguan kardiovaskuler (Sasongko, 2000).
Candra, (2007) juga menyebutkana bahwa kebisingan dapat mempengaruhi
kesehatan terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah
dan berupa peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan system
kardiovaskular dalam bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkatan denyut
(47)
2.4 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan anrtara konsep atau variable yang
akan diamati dan diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep
dalm penelitian ini dapat digambarkan (gambar 1).
Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan:
Berdasarkan kerangka konsep diatas variabel yang diukur adalah variabel
bebas yaitu intensitas kebisingan dengan variabel terikat yaitu tekanan darah.
Dimana variabel confounding yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah (usia, olahraga, dan lama paparan) diabaikan dalam penelitian yang akan
dilakukan.
Variabel Bebas Intensitas Kebisingan
Variabel Confounding
Usia Olahraga Lama paparan
Variabel Terikat Tekanan
(48)
30
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah: Ada hubungan intensitas
kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bengkel, PT. Capella Medan
(49)
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional di mana seluruh variabel dalam penelitian diukur satu kali pada saat
yang sama dengan tujuan untuk menganalisis hubungan kebisingan dengan
tekanan darah.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas,
Medan, pada bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and paint
services), tahun 2015.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Menurut Imron, dkk (2009) populasi atau disebut juga dengan istilah
Universe atau universum atau keseluruhan, adalah sekelompok individu atau
obyek yang memiliki karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/diamati.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja bengkel pada bagian
pelayanan after sales perbaikan body (body and paint services). PT. Capella
(50)
32
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Seluruh
anggota populasi berjumlah 17 digunakan sebagai sampel penelitian, pada
bengkel bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and paint services) di
PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan.
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Data 3.4.1 Metode Pengumpulan Data
a) Data primer dilakukan dengan observasi dan pengukuran intensitas
kebisingan menggunakan Sound Level Meter dan mengukur tekanan darah
dengan menggunakan sphygmomanometer.
b) Data sekunder di dapat dari perusahaan tentang gambaran umum
perusahaan.
3.4.2 Instrumen Penelitian
1) Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan Sound Level Meter
yaitu alat pengukur kebisingan yang dilengkapi dengan mikrofon yang
mendekati suara, mengkonversikannya kedalam signal listrik dan
memperbesar signal sampai pada tingkat tekanan suara. Skala Sound
Level Meter yang dipakai adalah skala A.
2) Pemeriksaan tekanan darah diukur menggunakan mercury
sphygmomanometer. Merk, Gea Medical Product Conpenhagen,
Denmark, Model/Type: 0 .300mmHg.
Cara Kerja:
1. Memutar Switch ke A
(51)
3. Memutar level Switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur
4. Menggunakan diameter dinamyc characteristic selector switch “FAST” karena jenis kebisingannya continue
5. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikrofon diarahkan ke
sumber kebisingan
6. Jarak Sound Level Meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan
posisi tenaga kerja selama bekerja.
7. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil
(52)
34
3.5 Defenisi Operasional
1. Variabel Bebas
Intensitas kebisingan adalah tingkat kebisingan yang terukur di lingkungan
kerja yaitu bengkel mobil yang berasal dari suara mesin, benturan antara alat kerja
dan benda kerja, aliran material dan manusia yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada tenaga kerja. Alat ukur yang digunakan adalah Sound Level Meter
dengan satuan dB (desibel).
2. Variabel Terikat
Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik
pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan. Alat ukur yang
digunakan yaitu Tensi meter digital dengan satuan mmHg.
3.6 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan masing-masing
variabel penelitian yaitu:
1. Intensitas kebisingan di bengkel pada bagian pelayanan after sales
perbaikan body (body and paint service) pada pekerja bengkel
PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan. Diukur dengan
menggunakan Sound Level Meter. Pengukuran dilakukan pada setiap
titik yang telah ditentukan di stasiun kerja tempat responden bekerja
saat alat-alat kerja bengkel beroperasi. Setiap responden akan
mendapat hasil pengukuran kebisingan yang diterimanya saat bekerja.
(53)
2. Pengukuran tekanan darah responden dilakukan dengan cara:
Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah responden
bekerja, pengukuran dapat dilakukan sebanyak 3 kali untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah melalui proses editing dan coding dengan
abantuan computer menggunakan program pengolahan data statistic sebagai
berikut:
1) Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan distribusi frekuensi
terhadap variabel-variabel yang meliputi intensitas kebisingan, tekanan
darah, umur, olahraga, dan lama paparan.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan
variabel bebas (intensitas kebisingan) dan variabel trerikat (tekanan darah)
dengan menggunakan pearson product moment dengan menggunakan
program komputer SPSS versi 17.0. Alasan menggunakan pearson
product moment karena data dari kedua variabel bersifat numerik. Analisis
untuk melihat adanya pengaruh intensitas kebisingan dengan tekanan
darah digunakan uji Wilcoxon untuk melihat ada tidaknya beda rerata
antara pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
(54)
36
Dengan nilai interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan b. Jika 0,01 ≤ p value ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
Selanjutnya untuk menentukan arti nilai korelasi (r) antara dua
variabel yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
Nilai Korelasi (r ) berkisar antara -1s/d1, yang berarti:
r = 0, artinya tidak ada hubungan linear
r = -1, artinya hubungan negatif sempurna
r = + 1, artinya hubungan linear positif sempurna
Kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam
empat area, yaitu:
Tabel 5. Tingkat Hubungan Nilai Korelasi (r )
No. Nilai Korelasi (r ) Tingkat Hubungan
1. 0,00-0,25 Tidak ada hubungan atau hubungan lemah
2. 0,26-0,50 Hubungan sedang
3. 0,51-0,75 Hubungan kuat
(55)
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas Medandipimpin oleh seorang kepala
cabang (Branch Manager). Kepala cabang tersebut bertanggung jawab kepada
pimpinan di kantor pusat Jakarta. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala cabang
dibantu oleh tiga kepala departemen, yaitu Kepala Penjualan, Kepala Bengkel dan
Kepala Administrasi.
Berdasarkan struktur tersebut, maka struktur organisasi yang dibentuk
adalah struktur lini fungsional.Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dilihat
dengan adanya pelimpahan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang bergerak
vertikal ke bawah dari pimpinan tertinggi (atasan) kepada unit-unit organisasi
yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara langsung.
Sedangkan struktur fungsional dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas yang
dilakukan menurut fungsi-fungsinya sehingga terlihat dengan jelas tanggung
jawab tiap bagian yang akan memudahkan tiap bagian untuk melaksanakan
tugasnya masing-masing. Dalam hal ini dapat dilihat adanya pembagian
departemen yaitu departemen penjualan, bengkel dan administrasi yang memiliki
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan adalah :
1. Penjualan produk kendaraan merk Daihatsu.
(56)
38
Kegiatan pelayanan after sales service pada bengkel dengan jumlah
pekerja sebanyak 40 orang pekerja dimana pada unit general repair terdiri dari 23
orang pekerja dan pada bagian after sales service terdiri dari 17 orang pekerja.
Penjualan jasa bengkel merupakan salah satu aktivitas utama pada perusahaan ini,
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggannya.
Dalam memberikan pelayanan after sales service, dibagi menjadi dua bagian yaitu
a. Pelayanan after sales perbaikan umum yang disebut dengan general repair.
b. Pelayanan after sales perbaikan body yang disebut body and paint service.
3. Penjualan suku cadang atau sparepart merk Daihatsu.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Univariat
Merupakan penyajian data secara deskriptif yang hanya mempersoalkan
satu variabel yang dalam penyajian berbentuk tabel distribusi frekuensi dan
analisa persentase.Kelompok variabel intensitas kebisingan, umur, tekanan darah.
4.2.1.1Distribusi Intensitas Kebisingan Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan
Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan pada setiap titik pengukuran
yang telah ditentukan yaitu di setiap posisi pekerja berada agar didapat seberapa
besar kebisingan yang diterima oleh tiap pekerja.
Hasil pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan sound level
meter di bengkel terutama bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and
paint service) pada pekerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan
(57)
Tabel 4.1. Hasil pengukuran Intensitas Kebisingan yang Diterima Pekerja Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu
No. Titik Pengukuran Hasil Pengukuran (dB(A)) Keterangan
1 Pekerja A 94 >85 dB (A)
2 Pekerja B 97 >85 dB (A)
3 Pekerja C 98 >85 dB (A)
4 Pekerja D 100 >85 dB (A)
5 Pekerja E 98 >85 dB (A)
6 Pekerja F 88 >85 dB (A)
7 Pekerja G 101 >85 dB (A)
8 Pekerja H 87 >85 dB (A)
9 Pekerja I 97 >85 dB (A)
10 Pekerja J 100 >85 dB (A)
11 Pekerja K 97 >85 dB (A)
12 Pekerja L 101 >85 dB (A)
13 Pekerja M 101 >85 dB (A)
14 Pekerja N 97 >85 dB (A)
15 Pekerja O 100 >85 dB (A)
16 Pekerja P 98 >85 dB (A)
17 Pekerja Q 101 >85 dB (A)
Hasil pengukuran intensitas kebisingan yang dilakukan dengan
menggunakan Sound Level Meter pada setiap titik pengukuran di bengkel
terutama bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and paint service)
pada pekerja bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan dengan hasil
pengukuran minimum sebesar 87 dB(A) dan maksimum sebesar 101 dB(A),
diperoleh rata-rata sebesar 97,35 dB(A) sehingga ini menunjukkan bahwa
(58)
40
4.2.1.2Distribusi Tekanan Darah Pekerja Bengkel
Hasil pengukuran tekanan darah pada pekerja di bengkel terutama bagian
pelayanan after sales perbaikan body( body and paint service) pada pekerja
bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan sebanyak 17 orang
dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran yaitu sebelum dan sesudah bekerja.
Tabel 4.2. Frekuensi Tekanan DarahPekerja Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu NO Usia (Tahun) Tekanan Darah Sistole Sebelum Bekerja (mmHg) Tekanan Darah Diastole Sebelum Bekerja (mmHg) Tekanan Darah Sistole Sesudah Bekerja (mmHg) Tekanan Darah Diastole Sesudah Bekerja (mmHg) Tekanan darah systole Tekanan darah diastole
1 30 120 70 130 90 Naik Naik
2 40 120 90 130 100 Naik Naik
3 32 130 80 140 100 Naik Naik
4 49 130 80 150 110 Naik Naik
5 32 120 90 130 100 Naik Naik
6 40 120 70 130 80 Naik Naik
7 37 130 90 140 110 Naik Naik
8 35 120 70 130 90 Naik Naik
9 38 130 80 140 100 Naik Naik
10 43 140 100 150 110 Naik Naik
11 33 130 80 140 90 Naik Naik
12 31 140 90 150 100 Naik Naik
13 50 140 90 160 110 Naik Naik
14 30 130 90 140 90 Naik Tetap
15 42 130 80 150 110 Naik Naik
16 38 130 80 140 80 Naik Tetap
17 32 130 80 140 100 Naik Naik
Dari hasil pengukuran didapatkan nilai minimum tekanan darah sistole
sebelum bekerja sebesar 120 mmHg dan nilai maksimum sebesar 140 mmHg
dengan rata-rata 128,82 mmHg. Kemudian hasil pengukuran nilai minimum
tekanan darah diastole sebelum bekerja 70 mmHg dan nilai maksimum 100
mmHg dengan rata-rata 82,94 mmHg. Hasil pengukuran nilai minimum tekanan
(59)
mmHg dengan rata-rata 140,59mmHg, dan diperoleh hasil pengukuran nilai
minimum tekanan darah diastole sesudah bekerja 80 dan nilai maksimum sebesar
110 mmHg dengan rata-rata 98,24 mmHg.
4.2.2. Analisis Bivariat
4.2.2.1. Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Pekerja Sesudah Bekerja
Hasil uji statistik hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah
pada pekerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan dengan
menggunakan rumus uji Person Product Moment SPSS 17.0 dapat dilihat pada
table berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik dengan Rumus Uji Korelasi Pearson Product Moment
Variabel R P value
Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Sistole Sesudah Bekerja
0,690 0,002
Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Diastole Sesudah Bekerja
0,691 0,002
Gambar 4. Pengukuran Tekanan darah pada pekerja bagian perbaikan body (body and paint service) bengkel PT. Capella Medan Daihatsu.
(60)
42
Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan intensitas kebisingan dengan
tekanan darah sistole sesudah bekerja, diperoleh hasil p value = 0,002 sehingga p<
0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan, juga nilai korelasi r = 0,690
menunjukkan hubungan linear positif sempurna sehingga ada hubungan kuat
antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistole pada saat sesudah
bekerja.
Dari hasil pengujian statistik untuk hubungan intensitas kebisingan dengan
tekanan darah diastole sesudah bekerja, diperoleh hasil p value= 0,002 sehingga p
< 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan, juga nilai korelasi r = 0,691
menunjukkan hubungan linear positif sempurna sehingga ada hubungan kuat
antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah diastole pada saat sesudah
bekerja.
4.2.2.2 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum dan Tekanan Darah Sesudah Bekerja
Hasil uji statistik hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah
pada pekerja bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan dengan
menggunakan rumus uji Wilcoxon SPSS 17.0 dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata dengan Rumus Uji Wilcoxon
Variabel P value
Tekanan darah sistole sesudah bekerja dan tekanan darah
sistole sebelum bekerja 0.00
Tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah
(61)
Dari hasil pengujian statistik maka didapat perbedaan antara tekanan darah
sistole sebelum dan sesudah bekerja hasil p value =0.00 (p<0,005) yang
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Hasil pengujian statistik didapat perbedaaan antara tekanan darah diastole
sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat hasil p
value= 0.001 (p<0,005), yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sesudah
bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan pada tekanan
darah sistole sebelum bekerja dan tekanan darah sistole sesudah bekerja serta
perbedaan signifikan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan
diastole sesudah bekerja, maka ada pengaruh dari kebisingan dengan tekanan
(62)
44 BAB V PEMBAHASAN
5.1 Intensitas Kebisingan di Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan
Intensitas kebisingan adalah besarnya bising yang dihasilkan dalam skala
desibel.Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga
mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan.
Hasil pengukuran intensitas kebisingan yang paling rendah atau nilai
minimum kebisingan yaitu 87 dB(A). Berdasarkan hasil penelitian rata-rata
intensitas kebisingan didapat 97,35 dB(A). Hasil penelitian dalam pengukuran
kebisingan tersebut menunjukkan bahwa di lingkungan kerja bengkel PT.Capella
Medan Daihatsu, Amplas, Medan masih melebihi Nilai Ambang Batas (NAB)
kebisingan menurut Permenakertrans No. 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
Menurut Pulat dalam Mustar (2011) pemaparan kebisingan yang keras
selalu di atas 85dB(A) dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian
akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh
manusia.Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang
sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan.Pengaruh-pengaruh
kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang
terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stress, sakit
(63)
Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya di tempat
kerja adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat
menghadapinya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam sesehari-hari dan 5 (lima) sehari-hari kerja
seminggu atau 40 jam seminggu. NAB kebisingan adalah 85dB(A).
5.2 Tekanan Darah pada Tenaga Kerja Bengkel PT.Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan
Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata tekanan darah sistole sebelum
bekerja sebesar 128,82 mmHg, nilai rata-rata tekanan darah diastole sebelum
bekerja sebesar 82,94 mmHg, dan nilai rata-rata tekanan darah sistole sesudah
bekerja sebesar 140,59 mmHg, nilai rata-rata tekanan darah diastole sesudah
bekerja sebesar 98,24 mmHg.Pengukuran dilakukan kepada 17 pekerja yang
berada di bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan.Tekanan darah
sebelum bekerja diukur pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan tekanan darah
sesudah bekerja diukur pada sore hari pukul 15.30 WIB.
Keterpaparan terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas pada
kurun waktu yang cukup lama akan berakibat pada gangguan pendengaran ringan
dan jika terjadi terus menerus akan menyebabkan ketulian permanen. Selain itu
kebisingan juga menimbulkan gangguan emosional yang memicu meningkatnya
tekanan darah.Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek
visceral, seperti perubahan, frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan
(64)
46
ringan jika seseorang berada dilingkungan yang bising (Harrington dan Gill,
2005).
5.3 Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah
Berdasarkan hasil uji korelasi pada table 4.3 diperoleh hasil p value
tekanan darah sistole sesudah bekerja= 0.002 (p < 0.05), maka hasil uji dinyatakan
signifikan. Hasil uji korelasi diperoleh hasil p value tekanan darah diastole
sesudah bekerja = 0.002 (p< 0.05), maka hasil uji dinyatakan signifikan.
Peningkatan intensitas kebisingan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa nilai r intensitas kebisingan dengan
tekanan darah sistole sesudah bekerja0,690menunjukkan hubungan linear positif
sempurna sehingga ada hubungan kuat antara intensitas kebisingan dengan
tekanan darah sistole pada saat sesudah bekerja. Dilihat dari hasil uji kedua
diketahui bahwa nilai r intensitas kebisingan dengan tekanan darah diastole
sesudah bekerja 0,691 menunjukkan hubungan linear positif sempurna sehingga
ada hubungan kuat antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah diastole
sesudah bekerja.
Meskipun tekanan darah pekerja masih dalam kategori normal sesuai usia,
bukan berarti kondisi pekerja, mutlak aman karena hasil pemeriksaaan tekanan
darah menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah pada pengukuran saat
selesai bekerja dibandingkan dengan hasil pengukuran pada saat sebelum bekerja.
Semakin tinggi intensitas kebisingan akan semakin besar dampaknya dalam
menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan ini dapat berdampak physiologis
(65)
pembuluh darah) dan dampak pshycologis seperti rasa khawatir, jengkel, takut
(Soeripto, 1996).
Menurut Candra (2007) kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan
terhadap fungsi tubuh yang menyebabkan peningkatan tekanan darah dan berupa
peningkatan sensitivitas tubuh seperti peningkatan sistem kardiovaskuer dalam
bentuk kenaikan tekanan darah dan peningkataan denyut jantung.
Ditempat kerja, para pekerja sering kali terpaksa berhadapan dengan
kebisingan yang cukup tinggi.Kondisi dengan high noise areasini dapat
mengakibatkan gangguan atau kerusakan pendengaran pada pekerja. Dalam
kondisi tertentu, gangguan pendengaran bersifat sementara. Namun, dapat pula
terjadi gangguan pendengaran yang bersifat permanen, apabila pekerja terlalu
sering dan terlalu lama berada dilingkungan kerja yang bising, meskipun
intensitasnya tidak terlalu besar. Banyak sekali dampak negative yang
ditimbulkan oleh kebisingan di tempat kerja. Mulai dari yang sifatnya individual
(auditory effect dan nonauditory effect), sampai yang memengarui kinerja
perusahaan, baik yang bersifat departemental maupun organisasional.Karena
itulah kebisingan di tempat kerja harus ditanggulangi secara bijaksana sehingga
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja serta produktivitas kerja dapat terjamin
dengan baik (Anies, 2014).
Kebisingan yang terjadi dapat dikendalikan agar tingkat kebisingan
tersebut sampai batas nilai yang diijinkan. Pengendalian kebisingan dilakukan
pada sumber suara, pada media perantara kebisingan dan pengendalian kebisingan
(66)
48
5.4 Perbedaan Rata-Rata Tekanan Darah Sebelum Bekerja dan Sesudah Bekerja
Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan hasil ujimaka dapat perbedaan
antara tekanan darah sistole sebelum dan sesudah bekerja didapat hasil p value
=0.00 (p<0,005) maka menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil
pengujian statistik didapat perbedaaan antara tekanan darah diastole sebelum
bekerja dan tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat hasil p value= 0.001
(p<0,005), maka menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah diastole sebelum bekerja dan tekanan darah diastole sesudah bekerja. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan signifikan pada tekanan darah sistole
sebelum bekerja dan tekanan darah sistole sesudah bekerja serta perbedaan
signifikan antara tekanan darah diastole sebelum bekerja dan tekanan diastole
sesudah bekerja, maka ada pengaruh dari kebisingan dengan tekanan darah.Hasil
penelitian ini sama seperti yang dilakukan oleh Mustar (2011) bahwa kebisingan
mempengaruhi perubahan tekanan darah.
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer
terutama pada tangan, kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris.
Tingkat kebisingan tinggi pada suatu tempat akan menimbulkan stress
pada orang-orang yang berada di tempat tersebut sehingga mengalami gangguan
kesehatan berupa tekanan darah tinggi, sakit kepala, dan gangguan pada organ
(67)
tekanan darah akan meningkat dengan cepat dan jantung akan berdetak lebih
cepat.
Mekanisme peningkatan tekanan darah dimulai dari getaran suara yang
ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke liang telinga dan mengenai
membran timpani sehingga membran timpani bergetar.
Kemudian ditelinga tengah,gelombang getaran yang dihasilkan tadi
diteruskan melewati tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan kanalis
semisirkularis, adanya legimen antar tulang mengamplifikasi getaran yang
dihasilkan dari gendang telinga. Selanjutnya, ditelinga dalam merupakan tempat
ujung-ujung saraf pendengaran yang akanmengahatarkan rangsangan suara
tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia.
Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini
sebagai ancaman atau stress, dan kemudian berhubungan dengan pengeluaran
hormone stress sperti epinefrin ,norepinefrin dan kortisol.
Hormon norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang sangat kuat
yang dapat meningkatkan tahanan perifer total. Sedangkan, kortisol
menyebabkkan peningkatan tekanan darah.Pemaparan bising menimbulkan
rangsangan dan meningkatkan aktivitas saraf simpatis.
Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam
waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan
berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap.
Saraf simpatis mempengarui fungsi jantung dan pembuluh darah dan
(68)
50
konstriksi otot jantung dan vasokonstriksi pembuluh darah resisten (Guyton dan
(69)
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakuakan, maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa:
1. Kebisingan di bengkel PT. Capella Medan Daihatsu, Amplas, Medan bagian
pelayanan after sales perbaikan body (body and paint service) berasal dari
mesin atau alat-alat kerja bengkel, diperoleh nilai rata-rata kebisingan
sebesar 97,35dB(A).
2. Rata-rata tekanan darah sistole sebelum bekerja sebesar 128,82 mmHg,
rata-rata tekanan darah diastole sebelum bekerja sebesar 82.94 mmHg, rata-rata-rata-rata
tekanan darah sistole sesudah bekerja didapat rata-rata sebesar 140,59
mmHg, pada tekanan darah diastole sesudah bekerja didapat rata-rata
sebesar 98,24 mmHg.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan
tekanan darah sebelum bekerja dan tekanan darah setelah bekerja pada
pekerja bengkel bagian pelayanan after sales perbaikan body (body and
(1)
69
(2)
70
(3)
71
(4)
72
(5)
73
(6)
74