Mitostentang kaum gay sebagai berikut: Metode Penelitian

mengucapkan kata “handphone” menjadi “ hampina” atau “ siapa” menjadi kata “sapose”. Bahasa gaul tidak hanya ditemukan di televisi tetapi juga diradio. Bahasa gaul digunakan sebagai bahasa pergaulan, karena sifatnya yang unik, aneh bila didengar, yang maknanya bisa bertentangan dengan arti yang lazim. Bahasa gaul ini tidak hanya alat komunikasi namun juga alat identifikasi. Kaum gay menggunakan bahasa gaul ini bisa jadi untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai seorang gay. Pengguna bahasa gaul juga dapat berguna untuk menumbuhkan eksistensi diri. Untuk bisa mengamati kaum gay dapat dilihat dari bahasa-bahasa istilah yang dipakai dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa ini hanya digunakan antar komunitas mereka untuk menjaga rahasia identitasnya. Gay adalah salah satu bagian dari homoseksual. Gay seperti dapat dijelaskan bahwa seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Dalam masyarakat biasanya orang tidak bisa membedakan antara gay dan waria, padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda. Jika gay merujuk pada ketertarikan terhadap sesama laki-laki sedangkan waria adalah orang yang berpenampilan dan berperilaku berbeda dengan apa yang sudah dikontruksikan masyarakat terhadapnya berdasarkan jenis kelamin biologisnya. Jadi tidak mengherankan bahwa gay sering dipanggil dengan sebutan “ bencong atau waria” Butar-butar 2013:38. Dalam penelitian ini penulis fokus kepada orientasi seksual gay. Gay adalah laki-laki yang tertarik secara emosional atau seksual kepada sesama laki-laki. Berikut adalah mitos dan fakta mengenai gay Wood Dow, 2006.

1.1 Mitostentang kaum gay sebagai berikut:

1. Gay sering diketahui dari cara berpakaian, sikap dan bergaul. 2. Gay sering diidentikkan dengan feminim. 3. Gay bisa disembuhkan dengan dimasukkan kepondok pesantren atau sekolah agama lainya. 4. Gay bisa disembuhkan dengan didoakan oleh kyai dan pendeta atau dibawa ke dukun untuk dimandikan air kemban ritual yang lain sejenis. 5. Kebanyakan gayadalah atheis. 6. Seorang gay disembuhkan melalui terapi dari psikolog atau psikiater 7. Gay adalah penyimpangan sosial dan penyakit kejiwaan 8. Seorang gay dapat berubah menjadi heteroseksual jika dinikahi secara heteroseksual. 9. Seorang gay berasal dari keluarga yang tidak harmonis broken home. 10. Gay adalah pendosa dan tidak bermoral. 11. Gay menular. 12. Pasangan gay tidak mampu merawat dan membesarkan anak.

1.2 Fakta tentang kaum gay sebagai berikut:

1. Cara berpakaian, sikap dan bergaul seorang apakah ia tampil maskulin, feminim adrogintidak berhubungan dengan orientasi seksual seorang melainkan itu adalah ekspresi gender seseorang. 2. Dikomunitas banyak gay yang maskulin. 3. Tempat pesantren dan sekolah agama adalah tempat orang belajar ilmu agaman dan tidak bisa menyembuhkan, karenagay bukanlah penyakit atau hal-hal yang berkaitan dengan agama. Gay adalah orientasi seksual dan identitas gender yang sedang terberi sejak seseorang dilahirkan. 4. Gay bukanlah kondisi dimana seseorangmanusia dimasuki roh jahat atau enegri negatif lainya sehingga membutuhkan proses pelepasan dengan menggunakan ritual-ritual tertentu. 5. Setiap orang memounyai kepercayaan masing-masing seperti halnya dengan masyarakat secara umum banyak yang beragama dan taat melakukan ajaran agamanya bahkan gay yang menjadi pendeta, tokoh agama dan tokoh religius lainya. 6. Menjadi gay bukanlah sebuah penyakit kejiwaan sehingga tidak perlu dibawa kepsikolog atau psikiater. 7. Departemem kesehatan Republik Indonesia dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagonis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi II tahun 1983 dan 1993 PPDGJ II dan III disebutkan bahwa homoseksualitas bukanlah penyakit kejiwaan tetapi merupakan varian biasadari seksualitas manusia. Pedoman Penggolongan dan Diagonis Gangguan Jiwa PPDGJ ini menjadi acuan bagi para medis seperti dokter, psikologi, dan psikiater di indonesia. Penghapusan paham homoseksualitas sebagai gangguan jiwa adalah keputusan dari organisasi Kesehatan Sedunia World Helath Organization pada 17 Mei 1990. 8. Banyak gay dipaksa menikah mengalami depresi danmemutuskan bercerai untuk kembalimenjadi dirinya sebagai gay. 9. Banyak gay yang berasal dari keluarga yangharmonis dan banyak juga diantara mereka yang didukung oleh keluarga mereka, hanya saja kondisi di masyarakat sekitar yang menganggap hal tersebut tidak wajar sehinggabanyak orangtua yang menerima anaknya namun menutupinya. 10. Pada kenyataanya gay adalah orang-orang yang menyenangkan. Secara moral mereka taat beragama dan menjalankanya dengan baik. 11. Banyak gay yang berkawan dengan heteroseksual tapi tidak membuat merekan menjadi seorang gay. Menjadi seorang gay adalah perasaan pilihan hidup. 12. Gay juga manusia yang penuh kasih dan bisa merawat seorang anak dengan baik. Pengungkapan diri self disclosure adalah jenis komunikasi. Istilah pengungkapan diri digunakan untuk mengacu pada pengungkapan informasi yang dilakukan secara sadar. Dimana segala sesuatu baik itu pikiran, perasaan dan perilaku yang diceritakan secara sadar dan terbuka kepada orang lain. Banyak hal yang diungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap, tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak diantara perilaku tersebut tidak disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Proses pengungkapan diriself disclosure pada lambang verbal dan non verbal terjadi ketika partisipan komunikasi menggunakan kata-kata, baik itu melalui bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi non verbal adalah ketika partisipan komunikasi menggunakan simbol selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan sebagainya Kuswarno, 2009:103. Penelitian ini, peneliti lebih menekankan pengungkapan diri dengan pola komunikasi antarpribadi yang dilakukan dalam bentuk bagaimana proses terjadinya pengungkapan komunikasi diri yang dilakukan individu kepada komunitasnya. Dalam arti pengungkapan komunikasi antarpribadi bertujuan untuk mencari teman kencan, kekasih bahkan mereka mengungkapkan semua perasaan yang tertahan ketika kehidupan normal menuntut mereka untuk menutupi tingkah laku dan perilaku mereka dalam bermasyakat. Selain itu penelitian juga membahas mengenai penggunaan simbol dan bahasa yang digunakan dalam proses pengungkapan diri terbentuk sampai pada tahap terbentuknya hubungan antar sesama homoseksual itu.

2.2.3 Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah proses penyampaianpesankepadakomunikasidalambentuk kata-kata secaralisanmaupunbentuktulisan. Komunikasi verbal memiliki tiga fungsi Mulyana, 2007: 243, yaitu: a Penamaan yaitu fungsi bahasa yang mendasar mengidentifikasi objek, tindakan atau orang yang menyebut namanya sehingga dirujuk dalam berkomunikasi. b Interaksi yaitu merujuk pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati pengertian ataupun kemarahan dan kebingungan. c Transmisi informasi yaitu bahasa merupakan media menyampaikan informasi kepada orang lain. Bahasa media merupakan transmisi informasi yang bersifat lintas waktu, artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang menghubungkan masa lalu, masa kini, masa depan, sehingga memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi.

2.2.4 Komunikasi Non Verbal

Komunikasinonverbaladalah proses penyampaianpesankepadakomunikandalambentukekspresiwajah, sentuhan, waktu, gerak, isyarat, perilaku, matadan lain-lain yang bias merangsangmaknadarikomunikantersebut. Proses pemaknaaninilah yang pastikitaalamidalamsegalaaspekkehidupankitadimanapunkitamenajalinkomunikasidengan orang yang terlibatlansungdalamkomunikasivervaldankomunikasinon verbal. Kesamaanpemaknaantehadap penggunaan simbol-simbol komunikasiverbal dannon verbalakanmembuatmudahberkomunikasiuntukmencapaipenertianbersamaMulyana, 2007:259. Menurut Mark L. Knapp dalam Rakhmat, 1994ada lima fungsi komunikasi nonverbal yaitu sebagai berikut: 1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala. 2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala. 3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.” 4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata- kata. 5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.

2.3 Model Teoretik

Kerangka pemikiran adalah alur berpikir peneliti yang melatarbelakangi terjadinya penelitian tersebut. Berikut ini kerangka pemikiran yang terbentuk: Gambar 2.1 Model Teoretik Sumber: Peneliti, 2015 Pengungkapan diri self disclourse kaum gay Komunikasi Antar Pribadi

1. Komunikasi Verbal

2. Komunikasi

NonVerbal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data Soehartono, 2008:9. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu Bungin, 2008:68. Metode penelitian ini menggunakankualitatif. Dalam penelitian kualitatif berkembang terus secara bertujuan sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan memenuhi data yang dikumpulkan dianggap memuaskan dan memenuhi data yang diinginkan peneliti. Jika data yang dikumpulkan sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari responden atau informan lainya. Peneliti menjadi key instrument, dalam mengumpulkan data, terjun kelapangan secara aktif. Dalam metode kualitatif, yang lebih ditekankan dalah persoalan kedalam kualitas data dan bukan banyaknya kualitas data. Penelitian kualitatif, periset adalah bagian integral dari penelitian artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan, dengan atau dengan istilah lain yang sering kita dengar adalah key instrument. Karena itu penelitian kualitatif ini bersifat subjektif dan hasilnya bukan tidak untuk digeneralisasikan Krisyahtono, 2007: 4.

3.2 Objek Penelitian