Hambatan Gay Saat Berkomunikasi dengan Lingkungan

seksualitas sehingganya Hasri bisa coming out gay. menerima perbedaan identitas seksual orang lain seperti gay. Sumber: Hasil Penelitian 2015

4.1.4. Hambatan Gay Saat Berkomunikasi dengan Lingkungan

Setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda saat berkomunikasi dengan lingkungannya baik dalam keluarga, sekolah, kampus, organisasi dan lain-lain. Dalam berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu hal terhadap orang lain juga tidak serta merta lurus-lurus saja akan tetapi akan menemukan hambatan-hambatan tertentu baik secara langsung ataupun tidak. Sebenarnya munculnya hambatan pada saat berkomunikasi tidak melihat seperti apa orientasi dan identitas seksual seseorang. Seorang heteroseksual, lesbian, gay ataupun biseksual tentu bisa saja akan berhadapan hal-hal demikian hanya saja ukuran dan porsi hambatannya berbeda-beda. Memang ada kalanya kelompok gay akan mengalami hambatan yang lebih besar dibandingkan kelompok heteroseksual. Namun, hal ini akan terjadi ketika seseorang ketahuan sebagai seorang gay oleh masyarakat dilingkungannya yang belum ramah LGBT. Informan I Seperti yang diungkapkan oleh Dika, bahwa tidak ada hambatan yang besar ketika dirinya mengaku sebagai seorang gay di publik karena sebelum coming out Dika sudah terlebih dahulu belajar dan memahami tetang dirinya, kapasitasnya sudah kuat sehingga saat ada orang yang memperdebatkan tetang hal seperti ini dirinya sudah memiliki jawaban atau argumen yang sangat kuat. “Hambatannya sih tidak ada, cuman kadang kalo aku coming out kayak di kampus ya ada aja teman-teman yang memusuhi dan menghindar dari aku. Itu sih menurutku bukan hambatan tapi itu tantangan yang kujadikan motivasi. Yang penting aku selalu berusah melakukan yang terbaik, berjuang dan membuat prestasi-prestasi supaya masyarakat menerima aku tanpa melihat orientasi seksualku melainkan melihat kapasitasku. Kalo sekarang banyak yang benci atau curiga samaku ya silahkan saja, itu juga proses untuk menuju lebih baik. Kan ga langsung secepat membalikkan telapak tangan mereka bisa menerima hal baru yang selama ini sudah dicekokin oleh agama, budaya, norma sebagai suatu penyimpangan dan kesesatan. Makanya aku selalu bilang bahwa sistem lah yang harus dirubah. Jika sistem sudah berubah maka masyarakat secara pelan-pelan akan berubah pola pikirnya.” wawancara pada 7 Maret 2015. Hambatan sudah pasti menjadi sesuatu yang harus dilewati dalam kehidupan karena hambatan juga sebuah proses yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Berbicara soal hambatan juga merupakan sesuatu yang ditemui yang produknya adalah negatif dan menyiksa. Tapi perlu juga dipahami bahwa hidup tidak selalu mulus-mulus saja kadang ditengah perjalanan kita bisa terjebak karena ada batu yang sangat besar ditengah jalan. Apabila ingin dapat melanjutkan perjalanan dibutuhkan perjuangan yang sangat besar untuk mendorong atau mengangkat batu dari jalan. Informan II Hasri sejak kecil mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya baik di ranah privat maupun di ranah publik. Dalam perjalanan hidupnya sering mengalami kekerasan dan diskriminasi seperti bullyng, kekerasan psikis, dibeda-bedakan di keluarga dan lain-lain. Keluarga Hasri belum tahu kalau dia seorang gay akan tetapi karena penampilannya yang feminim maka dia sulit diterima oleh orang lain. “kalo soal hambatan sih sangat banyak, sejak masih umur 4 tahun juga udah sering mengalami hambatan. Waktu kecil kalau aku main masak- masak sama teman-teman cewek aku langsung dimarahi dan disuruh pulang ke rumah. Orangtua memaksaku untuk berteman dengan laki-laki padahal aku ga suka mending aku tidur di rumah. Makanya waktuku lebih banyak di rumah dari pada di luar jadi ga heran memang kalo aku orangnya agak pendiam”. wawancara pada 20 Maret 2015. Lingkungan adalah salah satu faktor pembentukan karakter seseorang. Lingkungan yang baik akan membentuk seseorang menjadi baik dan juga sebaliknya meskipun hal ini tidak untuk semua orang berlaku. Situasi pada waktu anak-anak juga bisa berubah setelah dewasa. Hasri sendiri masa kecilnya penuh dengan kesedihan akan tetapi masa dewasanya terutama sejak kuliah kembali baik seperti orang dewasa yang lainnya. Perubahan ini juga tidak dialami Hasri begitu saja. Perubahan itu terjadi secara perlahan mulai dari keinginan untuk mencari tentang dirinya yang sebenarnya, keinginan untuk memiliki teman dengan berorganisasi dan belajar terus-menerus hingga membuat dirinya benar-benar menjadi seorang yang utuh yang memiliki banyak kelebihan. “Meskipun masa kecilku sangat menyedihkan tapi aku bersyukur aku bisa seperti sekarang ini. Aku merasa seperti baru pulih dari trauma yang sangat dalam dan panjang. Banyak hal-hal pahit selama ini kualami tapi kujadikan itu semua sebagai pengalaman yang mendorongku untuk lebih maju lagi. Sekarang aku udah berpikir lagi bahwa menjadi seorang gay tidak ada hubungannya dengan prestasi dan impian yang akan kucapai. Malah aku lebih semangat lagi untuk menunjukkan bahwa aku bisa. Aku laki-laki yang feminim bisa berkarya. Itu aja sih.”wawancara pada 20n Maret 2015. Informan III HS yang masih merahasiakan identitasnyasebagai gaymengaku di keluarga tidak merasakan hambatan ketika berkomunikasi dengan lingkungannya. Akan tetapi di tempat bekerja yaitu di sebuah NGO dirinya sudah mengaku dan bisa diterima oleh rekan kerjanya. Penerimaan terhadap dirinya sebagai gay coming in juga telah melalui proses yang sangat panjang. Sama dengan informan I dan II, bahwa penerimaan dirinya sebagai gay adalah diakibatkan karena mereka mau belajar dan menginternalisasikannya dalam hati dan pikirannya. Hambatan yang paling berat adalah ketika banyak yang mempertanyakan tentang kapan akan menikah karena usinya sudah 28 tahun. HS merasa takut bahwa keluarganya akan beranggapan “yang aneh-aneh” terhadap dirinya karena belum menikah. “Sejauh ini sih semua baik-baik saja, karena keluargaku kan ga tau kalo anaknya seorang gay. Kawan-kawan kerja udah tau tapi mereka semua bisa dengan gampang menerimaku. Hambatan sih pasti ada. Kalo orang tua sudah melihat anaknya matang dan sudah layak menikah kan pasti akan di suruh menikah. Menikah sih gampang aja, cuman aku ga mau membohongi perasaan dan ketertarikanku terhadap sesama jenis kepada banyak orang terutama calon istriku nanti. Kalo suatu saat ada perempuan yang tau tentang aku dan mau menerima aku apa adanya ya aku akan menikah demi kebahagiaan orangtuaku karena aku ga mau jadi anak yang durhaka.” Tabel 4.3 Hambatan Gay Dalam Pengungkapan Diri self disclosure No. InformanI Informan II InformanIII Nama Dika Hasri HS -Hambatan gay dalam pengungkapa n diri -Dika mengaku tidak ada hambatan saat berkomunikasi ketika dirinya seorang gay di publik karena sebelumnya Dika telah coming out dan terlebih dahulu sudah belajar dan pahamtentang -Hasri sejak kecil sudah mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan lingkunganya baik diranah privat naupun diranah publik. Sewaktu Hasri masih umur 4 tahun, Hasri sering -Hambatan yang palin berat HS hadapi adalah ketika HS ditanya orang kapan menikah karena usianya sudah 28 tahun sehingga HS takut bahwa keluarganya akan mengangggap dia dirinya sendiri. -Dika sudah mengakui dirinya sebagai gay di kampus namun, teman-temanya sebgaian ada yang menghindar dan memusuhi. Menurut Dika hal ini tidaklah hambatan tapi tantangan atau motivasi dimana Dika tetap akan berjuang dan berusaha melakukan yang terbaik, berjuang dan meraih prestasi-prestasi agar masyarakat menerimanya tanpa melihat orientasi seksualitas melainkan kapasitasnya. dimarahi orangtuanya karena Hasri main boneka, masak-masakan dengan temanya perempuan. -Hasri juga sering mengalami kekerasan dan diskriminasi seperti di bullyngbaik dikeluarga maupun dilingkunganya. -Sampai saat ini orang tua Hasri belum tahu keberadaan Hasri seorang gay -Hasri dipaksa orang tuanya harus berteman dengan laki-laki sementara Hasri tidak suka sehingga membuaatnya aneh karena belum menikah. -Hambatan HS ditempat kerja tidak ada karena sebelumnya HS sudah coming out atau mengakui dirinya sebagai gay dan rekan satu kerjanya telah memahami dan menerimanya sebagaigay. menjadi pendiam karena paksaan sehingga dia memutuskan tidak berteman. Sumber: Hasil Peneltian 2015

4.1.5 Komunikasi Verbal dan NonVerbal Kaum Gay