Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Republik Irak adalah sebuah negara di Timur Tengah atau Asia Barat Daya , yang meliputi sebagian terbesar daerah Mesopotamia serta ujung barat laut dari Pegunungan Zagros dan bagian timur dari Gurun Suriah yang mempunyai luas sekitar 438.052 km 2 . Negara ini berbatasan dengan Kuwait dan Arab Saudi di selatan, Yordania dan Suriah di barat, Turki di utara, dan Iran di timur. Irak mempunyai bagian yang sangat sempit dari garis pantai di Umm Qasr di Teluk Persia . Irak merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji lebih mendalam, karena merupakan salah satu negara Timur Tengah yang sering menghadapi peperangan. Sejak pertama muncul peradaban kuno di Asia Baratdaya, Irak selalu dikuasi oleh kekuasaan asing. Irak sebagai negara yang menjadi pusat peradaban dunia Islam pada dinasti Abbasiyah setidaknya pernah diinvasi oleh pasukan Persia, Yunani, Romawi dan Mongol. Pada awal perjalanan Irak pada abad ke-21 ini, Irak kembali diserbu oleh Amerika Serikat AS. Irak telah porak-poranda sesudah AS untuk kedua kalinya dalam sejarah dunia menggempur negeri tersebut habis-habisan. Invasi AS berlangsung lebih lama dari yang direncanakan oleh AS yang berjanji akan menaklukkan dan menangkap Saddam Husein dalam 5 hari. Lebih dari 20 hari AS mengerahkan tentaranya dengan dibantu oleh tentara Inggris dan Australia membumi hanguskan negeri Irak. Dimulai pada tanggal 19 Maret sampai 15 April 2003 sejarah dunia mencatat berlangsungnya Invasi AS ke Irak yang akhirnya dapat menaklukkan Baghdad dan Tikrit sebagai kota asal Saddam Husein yang mayoritas penduduknya pro-Saddam dan membombardir seluruh bunker-bunker yang diduga merupakan kediaman Saddam Husein Republika, 5 Maret – 15 April 2003. Akhirnya rezim Saddam Hussein jatuh. Secara simbolik hal ini ditandai dengan diruntuhkannya patung besar Saddam Hussain di Saddam City Baghdad. commit to user 2 Situasi ini mirip dengan keruntuhan komunisme di Rusia saat patung Stalin dirobohkan. Di telivisi ditampakkan kerumunan orang-orang yang gembira menyambut tentara AS. Tentu saja ini belum tentu merupakan cerminan dari seluruh rakyat Irak. Ada juga yang mensinyalir bahwa itu bagian dan propaganda AS. Orang-orang yang bergembira tersebut merupakan orang-orang yang dibayar oleh AS, namun yang jelas tentara AS dan Inggris telah menduduki Irak. Kejatuhan Saddam yang demikian mudah dan kemudian disambut gembira oleh sebagian rakyat Irak, bisa dimengerti. Selama ini memang Saddam membangun kekuasaan dan ketaatan penduduk kepadanya atas dasar kekuatan senjata dan rasa takut. Sebagaimana ciri negara sosialisme-komunisme lainnya, rakyat dipaksakan dengan senjata untuk tunduk kepada pemerintah. Ketakutan, penindasan, penahanan, dan penyiksaan suatu hal yang lazim dalam sistem sosialisme seperti yang dipraktikkan Saddam selama ini. Wajar jika kemudian, kejatuhan Saddam oleh sebagian orang dianggap sebagai ‘pembebasan’ dari penindasan. Mengingat posisi rezim Partai Baath yang selama ini berkuasa, rakyat Negeri 1.001 Malam itu belum tentu bisa hidup tenteram, aman, sejahtera pasca jatuhnya Saddam Husein. Pasukan setia Saddam Hussein kurang lebih yang terdiri dari 60.000-100.000 personel Pengawal Republik, dan 15.000-25.000 personel pasukan khusus Pengawal Republik, masih misterius keberadaannya. Ditambah pula posisi 20.000-25.000 perisai hidup Fedi’in, 15.000-25.000 polisi rahasia dan intelijen, serta pasukan sukarela Al-Quds yang jumlahnya belum diketahui. Kelompok-kelompok ini tentunya tidak akan rela apabila tiba-tiba muncul pemerintahan baru yang tengah dirancang AS, sebab dari awal mereka ditempa jadi pasukan berkemampuan lebih dengan loyalitas yang tinggi sehingga tidak mudah membangkang. www.indonesian.irib.ir diunduh pada tanggal 11 Januari 2010 Nasib negara Irak setelah jatuhnya Presiden Saddam Hussein belum jelas, bahkan untuk beberapa hari terjadi kehampaan hukum dan nilai-nilai moral dengan maraknya penjarahan yang dilakukan oleh warga sipil yang anti-Saddam. Mereka menjarah segala harta peninggalan Saddam. Hukum tidak berlaku untuk beberapa hari dan tentara AS seperti sengaja membiarkan fenomena tersebut. commit to user 3 Ketidakpastian kondisi politik, ekonomi, dan kehidupan sosial warga Irak merupakan dampak tersendiri setelah berlangsungnya Invasi. Pro dan kontra terhadap pemerintahan Saddam Husein juga disebut dengan perseturuan antar suku dan kelompok keagamaan di Irak, hal itu juga akan menjadi salah satu penyulut yang akan mewarnai wajah perpolitikan dan kehidupan sosial warga Irak. Suku-suku di Irak masing-masing memiliki sifat nasionalisme tersendiri yang terkesan menonjolkan sikap eksklusivisme di antara masing-masing suku. Suku Kurdi, misalnya, yang pada pemerintahan Saddam merupakan suku yang mengambil posisi sebagai oposisi terhadap pemerintahan Saddam, saat ini tengah berusaha untuk tampil ke dunia perpolitikan dengan akan mengambil alih roda pemerintahan Irak di tangan mereka. Apalagi suku Kurdi pada saat perang antara AS dan Irak berlangsung menjadi pendukung dan ikut membantu AS untuk melawan Saddam Husein. Sedangkan dari kelompok keagamaan, Irak yang mayoritas penduduknya sebanyak 60 adalah kelompok Muslim Syi’ah dan sisanya kelompok Muslim Sunni, dan kelompok keagamaan lain menjadi tema sentral tersendiri dalam kajian kondisi sosial warga Irak. Dengan adanya kelompok Syiah yang umumnya kontra terhadap Saddam dan kelompok Sunni yang umumnya pro terhadap Saddam akan menjadi satu bibit pemicu kekacauan pasca tergulingnya Saddam. Hal itu terlihat jelas dari tragedi terbunuhnya salah satu Ulama Syiah terkemuka, Sayyid Madjid Al-Khui, yang diduga dibunuh oleh para pengikut Saddam pada pertemuan di Mesjid Imam Ali di Najaf pada tanggal 12 April 2003. Hal itu menyulut konflik horisontal yang masih belum dapat diselesaikan sampai saat ini antara para kelompok Syiah dengan kelompok Sunni www.irna.com . diunduh pada tanggal 11 Januari 2010. Ketidakberdayaan pemerintahan Irak untuk merekonstruksi Irak pulih seperti semula sebelum diinvasi AS, menyebabkan pemerintahan Bush merasa AS memiliki otoritas untuk melakukan rekonstruksi dan recovery di Irak. ” Dari 20 MNC Multi Nasional Corporation yang melakukan rekonstruksi di Irak, 80nya adalah MNC asal Amerika seperti Halliburton, Louis Berger group and Flour Corporation, Stevedoring Services of America, Kellog, Brown and Root , Betchel, dan lain –lain,” www2.umy.ac.id diunduh pada tanggal 11 Januari 2010. commit to user 4 Sejak awal, AS memang sudah mengetahui akibat perang ini dan rekonstruksi akan menjadi sumber dana baru bagi MNC dan AS. AS melakukan rekonstruksi dan recovery di banyak bidang yaitu perbaikan institusi pemerintahan, pendidikan, pelayanan kesehatan, penciptaan lapangan kerja, transportasi dan telekomunikasi, air dan sanitasi, sumber listrik, manajemen perkotaan, manajemen perumahan, sumber air dan pertanian, BUMN, sektor keuangan, dan iklim investasi. Untuk melakukan itu pemerintah Irak memerlukan dana sebesar US 35,82 Miliar. Dari data yang diperoleh tentang MNC Amerika yang sudah menandatangani kontrak rekonstruksi dengan Irak adalah Halliburton telah menandatangani kontrak senilai US 7 Miliar untuk melakukan pengeboran dan pendistribusian minyak. Kellog, Brown and Root, melakukan proyek rekonstruksi pengeboran minyak dan mengoprasikannya senilai US 71 juta. Betchel, mendapatkan proyek pembangunan kembali pelayanan listrik dan air senilai US 34,6 sampai dengan US 680 juta. MCI Worldcom menandatangani kontrak senilai US 30 juta untuk membangun jaringan telepon di Irak. Stevedoring Services menyepakati kontrak sejumlah US 4,8 juta dalam setahun untuk merekonstruksi pelabuhan, dan akan meningkat menjadi US 62,6 juta untuk memenuhi keperluan pendidikan dasar di Irak. www.forums.apakabar.com . diunduh pada tanggal 11 Januari 2010 Melihat keterlibatan AS yang bermula dari intervensi ke Irak, yang berakibat terhadap konflik AS dengan Irak dan berujung pada invasi AS ke Irak yang akhirnya merobohkan pemerintahan Saddam Hussein yang sah di Irak, bukan berarti permasalahan di Irak selesai begitu saja tetapi justru memunculkan permasalahan baru di Irak. Pertama, dalam proses pembentukan pemerintahan yang baru di Irak tersebut, AS selaku pemimpin dalam invasi ke Irak merasa memiliki wewenang untuk menentukan arah kebijaksanaannya terhadap masa depan Irak sedangkan rakyat Irak sendiri menginginkan untuk mandiri dan membangun pemerintahan sendiri tanpa campur tangan bangsa asing termasuk AS. Kedua, permasalahan yang muncul adalah masalah-masalah sosial, yaitu turunnya kesejahteraan rakyat Irak seperti timbulnya bencana kelaparan, kurangnya air bersih, pendidikan, hancurnya infrastruktur sosial dan lain commit to user 5 sebagainya. Ketiga, dengan tumbangnya pemerintahan Saddam Husein menimbulkan konflik antar suku-suku di Irak yang memiliki nasionalisme tersendiri yang berakibat pada perebutan kekuasaaan antar suku di Irak. Suku- suku di Irak sejak dahulu mereka sulit diintegrasikan sehingga mereka tidak mudah bersatu. Problem utama integrasi nasional Irak yaitu penduduknya yang sangat heterogen dan terkonsentrasi di wilayah tertentu serta adanya campur tangan asing yang seringkali menghasut dan membantu kelompok tertentu untuk memberontak pada pemerintah pusat. Dengan runtuhnya rejim Saddam Hussein di Irak terjadi kevakuman dan saling tarik menarik antara kelompok-kelompok kepentingan yang ada di Irak untuk mengisi kekosongan kekuasaan. Kaum Syiah sebagai mayoritas menguasai parlemen, kaum Sunni semakin terpojokkan dengan peran Syiah dan Kurdi. Berjalannya proses demokratisasi yang sedang dialami Irak dalam upaya untuk menjadi sebuah negara baru dengan ditandai dengan terbukanya liberalisasi politik yang selama ini terpasung dalam rejim Saddam Hussein menjadikan proses konsolidasi demokrasi di Irak yang masyarakatnya majemuk tidak berjalan dengan baik, partisipasi politik yang luas malah menimbulkan konflik horizontal disertai gangguan keamanan yang justru mengancam eksistensi Irak. Proses pembentukan pemerintahan sementara dan demokratisasi di Irak memang rawan sekali menimbulkan konflik akibat adanya masa transisi dari rejim otoriter menuju pada kebebasan dan partisipasi publik yang luas. Karena selama Saddam berkuasa minoritas Sunni lebih menonjol dibanding Syiah yang mayoritas. Proses menciptakan negara Irak baru seharusnya didukung oleh solidaritas sosial nation building diantara berbagai macam sukuetnis, agama, dan ideologi yang semakin berkembang pasca runtuhnya Saddam. Untuk membangun suatu negara bangsa yang utuh integrasi dan nasion perlu terus diperbaharui dan dijaga. Karena masyarakat Irak saat ini tidak hanya dihadapkan pada masalah untuk menyelesaikan persoalan dalam negerinya tapi juga menghadapi hegemoni baru dibawah komando AS. Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti secara mendalam tentang perubahan sosial, ekonomi dan commit to user 6 politik di Irak Pasca invasi AS sampai dengan terbentuknya pemerintahan sementara Irak dengan judul Irak Setelah Jatuhnya Rezim Saddam Hussein Tahun 2003-2005 ”.

B. Perumusan Masalah