Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konflik a. Pengertian Konflik Istilah konflik berasal dari kata Confligere yang berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologis, konflik dapat didefinisikan sebagi suatu proses sosial dimana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkanya atau membuatnya tak berdaya D. Hendro Puspito O. C., 1989 :247. Soerjono Soekanto 1985 : 99 mengartikan istilah konflik sebagai suatu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan tanpa memperhatikan norama dan nilai yang berlaku. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan pendapat nilai-nilai dari pihak yang bertikai. Saperti yang dikatakan oleh Ariyono Suyono 1985 : 7 bahwa konflik adalah keadaan diantara dua atau lebih dari dua pihak berusaha menggagalkan tujuan masing- masing pihak karena adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai atau tuntutan dari masing-masing pihak. Menurut Webster dalam Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubbin 2004 :9, istilah konflik di dalam bahasa aslinya berarti ” suatu titik perkelahian, peperangan atau perjuangan” yaitu suatu konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Sementara Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin 2004: 10 mengartikan konflik sebagai persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dicapai secara simultan. Menurut Maswadi Rauf 2001 : 2 konflik adalah sebuah gejala sosial yang selalu terdapat dalam setiap masyarakat dalam setiap kurun waktu. Konflik dapat diartikan sebagai setiap pertentangan atau perbedaan antara paling tidak dua orang atau kelompok. commit to user 9 Kartini Kartono 1990 :173 mendefinisikan konflik sebagai semua bentuk benturan, tabrakan ketidaksesuaian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi yang antagonistis bertentangan. Clinton F. Fink dalam Kartini Kartono 1988 : 173 mendefinisikan konflik sebagai berikut : 1 Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonis berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bisa disesuaikan, interes-interes eksklusif dan tidak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan dan struktur-struktur nilai yang berbeda. 2 Konflik adalah interaksi yang antagonistis, mencakup tingkah laku lahiriyah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus terkontrol, tersembunyi, sampai pada perlawanan terbuka kekerasan perjuangan tidak terkontrol, benturan laten, pemogokan, huru-hara, makar, gerilya, perang dan lain-lain. K.J Holtsi 1988 : 168 mendefinisikan konflik secara singkat yaitu ketidaksesuaian sasaran, nilai, kepentingan atau pandangan antara dua pihak atau lebih.. K.J Veerger 1988 : 210 yang mengutip pendapat Lewis A. Coser menyatakan bahwa konflik adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi, diantara pihak-pihak yang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang diinginkan melainkan juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan. Dari berbagi pendapat tentang konflik dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu pertentangan, pertikaian, percekcokkan, ketegangan dan perbedaan kepentingan atau pendapat antara dua orang atau kelompok yang terjadi karena adanya interaksi sosial sehingga mengakibatkatkan pihak yang satu berusaha untuk menyingkirkan pihak yang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya. Konflik adalah suatu proses interaksi yang antagonistis terjadi sebagai akibat perbedaan paham atau perselisihan tentang tuntutan terhadap suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang sedang berselisih, commit to user 10 sehingga menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak lawan guna mencapai perubahan yang dikehendaki kelompoknya. b. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik Menurut Abu Ahmadi 1975 : 93, konflik biasanya ditimbulkan oleh adanya kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan ekonomi dan sering juga karena perebutan kekuasaan dan kedudukan. Menurut Maswadi Rauf 2001: 6 konflik juga terjadi karena adanya keinginan manusia untuk menguasai sumber-sumber dan posisi yang langka. Kecenderungan manusia untuk menguasai orang lain merupakan penyebab lainnya dari konflik. Sumber konflik merupakan pokok pertikaian diantara kedua belah pihak yang bertikai untuk mencapai posisi yang diinginkan. Konflik terjadi karena percekcokkan, pertentangan dan perselisihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara melemahkan pihak lawan tanpa memperhatikan nilai dan norma yang berlaku. Menurut Soejono Soekanto 1990 : 99 yang menjadi sebab atau akar dari timbulnya konflik adalah : 1 Perbedaan antara individu-individu Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka. 2 Perbedaan kebudayaan Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola- pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia. 3 Perbedaan kepentingan Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam ada kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya. commit to user 11 4 Perubahan sosial Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya mengenai reorganisasi sistem nilai. T. Hani Handoko 1992 : 2 menyebutkan penyebab terjadinya konflik yaitu : 1 Komunikasi Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti atau informasi yang mendua dan tidal lengkap serta gaya individu pemimpin yang tidak efektif. 2 Struktur Pertarungan kekerasan dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber- sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka. 3 Pribadi Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi pengikut atau bawahan dengan perilaku yang diperankan atasan dan perbedaan nilai-nilai atau persepsi. c. Bentuk Konflik Menurut Pheni Chalid 2005 : 104-108 konflik dikelompokkan dalam kategori sifat, motif, dan bentuk, yaitu : 1 Berdasarkan sifatnya, terdiri atas : a Konflik bersifat laten, yaitu ketika pertentangan dan ketegangan diantara pelaku konflik samar dan tidak jelas, namun telah ada dalam diri pelaku konflik, seperti penilaian negatif terhadap lawan yang dikontruksi melalui proses budaya sehingga menciptakan penilaian stereotip satu etnis terhadap etnis lain. Selain itu, ketika pihak yang merasa tertindas tidak dapat mengungkapkan protes dan perlawanan, commit to user 12 karena berada pada posisi tawar yang rendah, baik secara kultural maupun struktural, maka konflik berlangsung secara laten. b Konflik bersifat manifes, yaitu konflik yang dapat terjadi secara spontan dan juga adanya ketidakseimbangan dalam masyarakat, seperti perilaku tidak adil, ketimpangan sosial, politik dan ekonomi. 2 Berdasarkan motifnya, terdiri atas : a Konflik irasional, yaitu konflik berdasarkan perspektif utilitirianisme, individu selalu mempertimbangankan aspek kepentingan pribadinya keuntungan dalam berhubungan dengan sesamanya. b Konflik emosional, yaitu konflik yang dilandasi emosi karena adanya perasaan untuk membela dan mempertahankan kepentingan kelompoknya. 3 Berdasarkan bentuknya, terdiri atas : a Konflik vertikal, yaitu konflik terjadi karena suatu kelompok menghadapi ketidakseimbangan distribusi sumber daya akibat dominasi politik satu kelompok yang kuat menutup jalan bagi kelompok lain untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya yang menjadi kepentingan bersama. b Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi karena masing-masing kelompok ingin menunjukkan identitas budaya yang dimiliki yang melibatkan masalah sosial, politik dan ekonomi. K. J. Holtsi 1988 : 174 menyebutkan ada enam bentuk utama dari konflik yaitu : 1 Konflik wilayah terbatas, yaitu terdapat pandangan yang tidak cocok dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada hak- hak yang dinikmati suatu negara di atau dekat wilayah negara lain. 2 Konflik yang berkaitan dengan komposisi pemerintah. Tipe konflik ini sering mengandung nada tambahan idiologis yang kuat, maksudnya adalah menjatuhkan rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu pemerintahan yang cenderung lebih menguntungkan kepentingan pihak yang melakukan intervensi. commit to user 13 3 Konflik kehormatan nasional, yaitu pemerintah mengancam atau bertindak untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga. 4 Imperialisme regional, ketika suatu pemerintah berusaha untuk menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya demi kombinasi tujuan idiologis, keamanan dan perdagangan. 5 Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan satu negara untuk membebaskan rakyat negara lain, biasanya karena alasan etnis atau idiologis. 6 Konflik yang timbul dari tujuan suatu pemerintah untuk mempersatukan suatu negara yang pecah. Menurut Ramlan Surbakti 1992 : 243 konflik dapat dibedakan menjadi dua yaitu konflik yang berwujud kekerasan dan konflik non kekerasan. Konflik yang mengandung kekerasan biasanya terjadi dalam masyarakat negara yang belum memiliki konsesus bersama tentang dasar, tujuan negara dan lembaga pengatur atau pengendali konflik yang jelas. Pemberontakan, sabotase merupakan contoh konflik yang mengandung tindak kekerasan. Konflik yang berwujud non kekerasan biasanya terjadi pada masyarakat yang telah memiliki dasar tujuan yang jelas sehingga penyelesaian konflik sudah bisa ditangani melalui lembaga yang ada. Adapun konflik non kekerasan biasanya berwujud perbedaan kelompok antar kelompok individu dalam rapat, pengajuan petisi kepada pemerintah, polemik melalui surat kabar atau sebagainya. Soerjono Soekanto 1990: 102 menyebutkan bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain : 1 Konflik pribadi Konflik ini berupa pertentangan antar individu yang terjadi dalam suatu hubungan sosial. 2 Konflik rasial Konflik ini terjadi karena perbedaan pada ciri-ciri fisik, perbedaan kepentingan dan kebudayaan diantarakelompok atau golongan. commit to user 14 3 Konflik antara kelas-kelas sosial Konflik ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan kepentingan antara majikan dengan buruh. 4 Konflik politik Konflik ini menyangkut baik antara golongan-golongan dalam suatu masyarakat maupun antara negara-negara yang berdaulat. 5 Konflik yang bersifat internasional Konflik ini disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara. Mengalah berarti mengurangi kedaulatan negara dan itu berarti kehilangan muka dalam forum internasional. d. Cara Penyelesaian Konflik Menurut Maswadi Rauf 2001 : 8-12 penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Penyelesaian konflik diperlukan untuk mencegah : 1 semakin mendalamnya konflik, yang berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak- pihak yang berkonflik ; 2 semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta masing-masing pihak yang berkonflik yang berakibat konflik semakin mendalam dan meluas, bahkan menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua kelompok masyarakat yang terpisah dan bermusuhan. Ada dua cara penyelesaian konflik yaitu : 1 Secara persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mecari titik temu antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang berkonflik melakukan perundingan, baik antara mereka saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai mediator atau juru damai. 2 Secara koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak- pihak yang terlibat konflik. commit to user 15 Menurut D. Hendropuspito OC 1989 : 250-251, cara penyelesaian konflik yakni : 1 Konsolidasi Konsolidasi berasal dari kata Latin concilioto atau perdamaian, yaitu suatu cara untuk mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk berdamai. Dalam proses ini pihak- pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ketiga yang bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dianggapnya baik kepada kedua pihak yang berselisih untuk menghentikan sengketanya. 2 Mediasi Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara untuk menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan seorang perantara mediator. Seorang mediator tidak berwenang untuk memberikan keputusan yang mengikat hanya bersifat konsultatif. Pihak-pihak yang bersengketa sendirilah yang harus mengambil keputusan untuk menghentikan perselisihan. 3 Arbitrasi Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan seorang hakim arbiter sebagai pengambil keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa, artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. 4 Paksaan Coercion Paksaan ialah suatu cara menyelesaikan pertikaian dengan menggunakan paksaan fisik atau psikologis. Pihak yang bisa menggunakan paksaan adalah pihak yang kuat, pihak yang merasa yakin menang dan bahkan sanggup menghancurkan pihak musuh. 5 Detente Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan, yang berarti mengurangi hubungan tegang antara dua pihak yang bertikai guna persiapan untuk mengadakan pendekatan dalam rangka pembicaraan tentang langkah-langkah mencapai perdamaian. commit to user 16 Menurut Soerjono Soekanto 1990 : 77-78 cara penyelesaian konflik mempunyai beberapa bentuk, yaitu : 1 Coercion, adalah suatu cara penyelesaian konflik yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan, di antara salah-satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik secara angsung, maupun secara psikologis secara tidak langsung. 2 Compromise, adalah suatu cara penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk dapat sanakan compromise adaah bahwa salah satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan begitu pula sebaliknya. 3 Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipiih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari pihak- pihak yang bertentangan. 4 Mediation, adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Pihák ketiga tersebut tugas utamanya adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut. 5 Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. 6 Toleration tolerant-participation adalah suatu cara penyelesaian konflik tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan. commit to user 17 7 Stalemate, adalah suatu cara penyelesaian konflik ketika pihak-pihak yang bententangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan karena bagi kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur. 8 Adjudication, adalah suatu cara penyelesaian konflik atau sengketa di pengadilan. e. Akibat Konflik Menurut D. Hendropuspito OC 1989 : 249, konflik fisik berupa bentrokan antara individu dengan individu, kerabat dengan kerabat, suku dengan suku, bangsa dengan bangsa, golongan agama yang satu dengan yang lain, umumnya mendatangkan penderitaan bagi kedua pihak yang terlibat, seperti korban jiwa, material dan spiritual serta berkobarnya kebencian dan balas dendam. Apabila konflik terjadi di suatu negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan bersifat separatif, konflik juga menghambat persatuan bangsa serta integrasi sosial dan nasional. Menurut Soerjono Soekanto 1990 : 103 akibat yang ditimbulkan oleh terjadinya pertentangan atau konflik adalah : 1 Tambahnya solidaritas in-group. Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompoknya. 2 Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut. 3 Perubahan kepribadian para individu. Pertentangan yang berlangsung di dalam kelompok atau antar kelompok selalu ada orang yang menaruh simpati kepada kedua belah pihak. Ada pribadi-pribadi yang tahan menghadapi situasi demikian, akan tetapi banyak pula yang merasa tertekan, sehingga merupakan penyiksaan terhadap mentalnya. commit to user 18 4 Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Salah satu bentuk konflik yakni peperangan telah menyebabkan penderitaan yang berat, baik bagi pemenang maupun bagi pihak yang kalah, baik dalam bidang kebendaan maupun bagi jiwa raga manusia. 5 Akomodasi, dominasi dan takluknya salah-satu pihak. AS dengan Inggris telah sukses menggelar operasi militer di Irak. Perang yang berlangsung singkat diklaim membawa kemenangan bagi pihak AS, dan mantan Presiden George W. Bush mengumumkan perang di Irak telah berakhir pada Mei 2003. Perang di Irak memang telah dianggap selesai oleh pihak AS, tetapi bagi rakyat Irak perang sesungguhnya baru dimulai. Secara mengejutkan rakyat Irak yang dianggap akan merasa senang pasca tumbangnya Saddam Hussein, justru melakukan perlawanan bersenjata pada pasukan koalisi. Ditambah lagi dengan adanya oposisi-oposisi yang selama ini tenggelam di bawah rezim Saddam, mulai muncul kepermukaan dan bersaing untuk menyalurkan kepentingannya masing-masing, tetapi aspirasi oposisi Irak ternyata tidak sejalan dengan keinginan AS untuk membentuk Irak baru. Kehadiran pasukan AS di Irak yang tidak disenangi oleh rakyat Irak itu memicu munculnya perlawanan bersenjata rakyat Irak, dan dalam usaha penyelesaian konflik tersebut AS mengambil langkah coercion, yaitu memaksakan untuk membentuk pemerintahan yang sesuai dengan AS karena merasa berkuasa atas Irak. Keadaan seperti itu membuat kondisi Irak menjadi penuh konflik yang berkepanjangan. 2. Kekuasaan a. Pengertian Kekuasaan secara umum berarti ‘’kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan’’ Harold D. Laswell, 1984:9. Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert A. Dahl 1978:29 bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada commit to user 19 adanya kemampuan untuk mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada pihak lain’’. Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain, sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang mempengaruhi Mochtar Mas’oed dan Nasikun, 1987:22. Dinyatakan oleh Ramlan Surbakti 1992:58 bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain, sehingga pihak lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak yang mempengaruhi. Dalam pengertian yang lebih sempit, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan, sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat pada umumnya. ‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya aset, kemampuan untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan dari orang lain’’ Charles F. Andrain, 1992:130. Kekuasaan pada dasarnya dianggap sebagai suatu hubungan, karena pemegang kekuasaan menjalankan kontrol atas sejumlah orang lain. Pemegang kekuasaan bisa jadi seseorang individu atau sekelompok orang, demikian juga obyek kekuasaan bisa satu atau lebih dari satu. Menurut Miriam Budiarjo 1983:35 kekuasaan adalah ‘’kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku orang ltu menjadi sesuai dengan keinginn dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan’’. Menurut Walter S. Jones 1993:3 kekuasaan dapat didefinisikan sebagai berikut : commit to user 20 1 Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan untuk menciptakan suatu kepemimpinan; 2 Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material berwujud dan tingkah laku yang tidak berwujud yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; 3 Kekuasaan adalah salah satu sarana untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan 4 Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor dalam lingkungan politik internasional. Lebih lanjut Walter S. Jones 1993:6 menyatakan unsur-unsur potensi kekuasaan adalah : 1 Sumber daya alam sebagai sumber kekuasaan, dalam hal ini sumber daya alam yang penting adalah sumber daya alam geografi; 2 Unsur psikologis dan sosiologis kekuasaan, sama halnya besarnya penduduk suatu bangsa yang mempunyai arti penting bagi kekuasaan, seperti halnya citra, sikap, dan harapan penduduk. Yang paling penting adalah citra diri bangsa, yang sangat mempengaruhi konsep peran yang harus dimainkan bangsa itu; dan 3 Unsur-unsur sintetik dari kekuasaan ketrampilan penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam rangka mengkoordinir, mengembangkan, menyiagakan kekuasaan negara yang paling penting adalah kapasitas industri dan kesiagaan. Menurut Benedict Anderson 1972:48 kekuasaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa. Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya. Sedangkan kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen, jumlahnya terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting kedudukannya dalam masyarakat, dengan kekuasaan suatu kelompok dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat mempengaruhi perbuatan- perbuatan kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan. commit to user 21 b. Cara memperoleh kekuasaan Menurut Haryanto 2005:22 kekuasaan dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu : 1 Dari kedudukan Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada genggaman orang yang menduduki posisi tersebut. 2 Dari kekayaan Atas dasar kekayaan yang dimilikinya, seseorang atau sekelompok orang dapat sedikit banyak memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain agar bersedia mengikuti kehendaknya. Kekayaan yang digunakan untuk memperoleh kekuasaan biasanya dikaitkan dengan pemilikan sumber-sumber ekonomi. Semakin besar kepemilikan terhadap sumber-sumber ekonomi, apalagi kalau sumber-sumber ekonomi itu merupakan sumber yang langka dan merupakan kebutuhan primer, maka akan semakin besar pula kekuatan pemilik sumber-sumber ekonomi untuk memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain. Dalam realitas kehidupan, kekuasaan yang bersumberkan pada kekayaan akan lebih terasa besar pengaruhnya apabila berlangsung di masyarakat yang relatif kurang sejahtera, dan sekaligus juga merupakan masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang tidak merata. 3 Dari kepercayaan Seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki kekuasaan karena yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang dimiliki pemegang kekuasaan. Menurut Miriam Budiardjo 1982:36 kekuasaan bisa diperoleh dari kekerasan fisik misalnya, seorang Polisi dapat memaksa penjahat untuk mengakui kejahatannya karena dari segi persenjataan polisi lebih kuat; pada kedudukan misalnya, seorang komandan terhadap bawahannya, seorang commit to user 22 atasan dapat memecat pegawainya; pada kekayaan misalnya seorang pengusaha kaya dapat mempengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya; atau pada kepercayaan misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya. c. Cara mempertahankan kekuasaan Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu negara terhadap terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut berupaya untuk mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Untuk itu, penguasa berkeinginan mempertahankan kekuasaannya. Cara untuk mempertahankan kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain dengan demokrasi dan mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan, antara lain dengan penindasan dan memerangi pihak yang menentang kekuasaannya. Menurut Haryanto 2005:57 tindakan penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya berbeda-beda. Dalam masyarakat yang demokrasis, penguasa mencari dukungan warga masyarakat secara konseptual dan memperbesar kepercayaan warga terhadap penguasa. Sedang dalam masyarakat yang tidak demokratis, penguasa mempertahankan kekuasaannya dengan paksaan. Di masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan penguasa untuk masuk terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan kepercayaan serta pribadi warganya sesuai dengan keinginan penguasa. Dengan paksaan, warga digiring untuk patuh pada penguasa. Di antara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik, penguasa dapat mempengaruhi kebijakan umum pemerintah baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan. Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk mendapat ketaatan warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas penguasa di bidang administratif, legislatif dan yudikatif Miriam Budiardjo,1982:37. commit to user 23 Ibnu Khaldun dalam Rahman Zainudin 1992:125 menjelaskan kekuasaan itu mempunyai dinamika dan prosesnya sendiri, yang dilaluinya mulai dari kelahirannya sampai kehancurannya. Penguasa atau kelompok yang berkuasa harus mempertahankan hubungan secara moralitas dan sifat-sifat kebaikan. Sifat-sifat terpuji itulah yang menunjukkan adanya kekuasaan. Selama sifat-sifat seperti itu ada, maka kekuasaan masih tetap ada. Dinyatakan Robert M. Macluer dalam Miriam Budiardjo 1982:36 bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa harus meluaskan pengaruhnya untuk meningkatkan kepercayaan dan ketaatan dari masyarakat atau warga di mana penguasa itu berkuasa. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa meskipun dalam mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam cara, tetapi ada beberapa persamaannya yaitu pihak satu ingin selalu memerintah pihak lain, ingin lebih tinggi dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak lain. d. Otoritas penguasa Dinyatakan Walter S. Jones 1993:3 penguasa adalah aktor yang memiliki, menguasai aktor lain dan memiliki sumber daya yang berwujud maupun tidak berwujud beserta asetnya untuk mempengaruhi peristiwa- peristiwa yang terjadi agar sesuai kehendaknya.‘’Penguasa adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menjalain hubungan dan proses yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang ditetapkannya’’ Ossip K. Flechtheim dalam Miriam Budiarto, 1982:35. Charles Andrain dalam Haryanto 2005:6 menyatakan ‘’penguasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mampu mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok individu yang lain sehingga mereka bersedia bertindak sesuai dengan keinginannya’’. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa otoritas penguasa adalah hak, kekuasaan dan wewenang yang sah diberikan padanya untuk commit to user 24 membuat peraturan yang harus ditaati atau diikuti pihak lain atau kekuasaan dan wewenang yang sah untuk membuat orang atau pihak lain bertindak sesuai dengan yang diinginkan penguasa. e. Hancurnya Kekuasaan Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin 1992 : 233 ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu : 1 Kekuasaan yang sentralistik, dimana pemusatan kekuasaan dan kemegahan berada pada seorang atau sekelompok penguasa. 2 Kekuasaan yang mempunyai tata cara dan kebiasaan hidup dalam kemegahan. 3 Kekuasaan yang memiliki pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan legitimasi. Sehingga tinggal menantikan kehancurannya. Selanjutnya Ibnu Khaldun menambahkan cirri sebuah kekuasaan yang mendekati kehancuran yaitu krisis ekonomi dan krisis moral. Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh factor internal dalam kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bisa dari faktor eksternal, antara lain karena peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, konflik dan perang saudara, kudeta penggulingan kekuasaan baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan Mukhammad Najib, 2001 : 318. Hancurnya kekuasaan juga bisa disebabkan karena diinvasi oleh pihak lain. Invasi adalah aksi militer angkatan bersenjata suatu negara memasuki daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain, dengan tujuan menguasai daerah tersebut atau merubah pemerintahan yang berkuasa. Invasi bisa menjadi penyebab perang, bisa digunakan sebagai strategi untuk menyelesaikan perang, atau bisa menjadi inti dari perang itu sendiri. http:id.answers.yahoo.com diunduh pada tanggal 17 Juli 2010 Setelah melakukan invasi terhadap Irak pada tahun 2003, dari pada menyerahkan kembali kekuasaan kepada rakyat Irak, AS lebih memilih menuntut agar PBB mengeluarkan resolusi yang memberikan wewenang kepada AS untuk melakukan rekontruksi di Irak. Wewenang untuk melakukan rekontruksi di Irak menjadi begitu penting bagi AS, karena memberikan keuntungan yang besar commit to user 25 untuk AS jika dicermati apa saja kebijakan-kebijakan rekontruksi Irak yang dibuat oleh pemerintah AS, dan bagaimana dampak jangka panjang dari pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut. Maka akan tampak bahwa senjata utama yang digunakan oleh pemerintah AS untuk menanamkan pengaruhnya di Irak adalah kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang ekonomi, kebijakan-kebijakan rekontruksi di bidang politik dan pemerintahan serta di bidang keamanan yang lebih berperan sebagai kebijakan penunjang.

B. Kerangka Berpikir