Tema Cerita Wayang Potehi Tiongkok Di Kota Tebing Tinggi Sumatera Utara: Analisis Pertunjukan Dan Teks

47 Tong Ko juga merupakan satu diantara tujuh alat musik pendukung pertunjukan wayang potehi. Tong ko adalah sebuah gendang. Alat musik Tong ko berfungsi untuk mengatur irama yang dibunyikan dengan tangan dan tanpa alat bantu. Gambar 9 Seperangkat Alat musik pengiring pertunjukan wayang potehi Dokumentasi: Ade Ima Melati Harahap, 2014.

5.2 Tema Cerita

Setiap pertunjukan wayang potehi yang dimainkan memiliki cerita yang sangat menarik. Setiap ceritanya pasti berkaitan dengan sejarah di negara Tiongkok yang meninggalkan kesan baik terhadap masyarakat Tionghoa. Tema cerita pertunjukan wayang potehi yang berlangsung selama tiga hari di Kota Tebing Tinggi diangkat dari kisah salah seorang jenderal yang terkenal di Tiongkok mulai ia masih menjadi seorang yang biasa yang di jodohkan Liu Kim Hwa anak dari majikan tempat ia bekerja sampai diangkat menjadi jenderal pertama yang dipercaya untuk mengawal kaisar raja hingga menjadi akhirnya menjadi raja. Selama karirnya, Sie Djin Kwie meraih keberhasilan dalam berbagai ekspedisi perang seperti melawan sisa-sisa Tujue Barat dan melawan Goguryeo kerajaan kuno yang menduduki wilayah Manchuria dan sebelah utara Universitas Sumatera Utara 48 Semenanjung Korea. Dalam sejarah, Sie Djin Kwie dianggap sebagai manusia setengah dewa karena kearifan dan kesederhanaannya. Awal pertunjukan dimulai dengan munculnya lakon Sie Djin Kwie diiringi dengan alunan musik. Lakon Sie Djin Kwie muncul dengan gerakan-gerakan kecil lalu kemudian ia duduk. Sebelum memulai dialog dengan lawan mainnya, lakon Sie Djin Kwie terlebih dahulu memperkenalkan diri. Disini Sie Djin Kwie berbicara kepada penonton tentang awal kejadian yang menimpanya saat bekerja di rumah majikannya. Tanpa sengaja ia memakai jubah pusaka milik leluhur majikannya sehingga harus melarikan diri dari rumah majikannya menuju rumah saudaranya Ong Kau Sin di lembah gunung Taishan. Tetapi belum sampai ditujuan, hari sudah mulai gelap dan terpaksa ia singgah di klenteng terdekat. Tidak disangka penyinggahan ini mengubah nasibnya. Pada malam ia singgah di klenteng yang juga bertepatan pada malam tahun baru imlek, mempertemukannya kembali dengan anak dari majikannya Liu Kim Hwa. Melalui perjodohan yang dilakukan oleh Jin Li, orang kepercayaan ayah Liu Kim Hwa mereka akhirnya menikah. Dengan segala kekurangan dan kesederhanaan yang di katakan oleh Sie Djin Kwie tentang kehidupannya tak mengurungkan pernikahan. Sikap jujur dan keberanian dari Sie Djin Kwie lah yang dinilai oleh Liu Kim Hwa sehingga mereka pada akhirnya menikah. Setelah saling menerima perjodohan, Sie Djin Kwie tanpa ragu langsung mengajak Liu Kim Hwa rumah saudara angkatnya, Ong Kau Sin. Awal mereka tiba di lereng gunung Taishan, Ong Kau Sin sungguh tidak mengetahui dan tidak menyangka bagaimana anak dari majikannya bisa dibawa ke rumahnya. Ong Kau Sin dengan penuh Universitas Sumatera Utara 49 kecurigaan bertanya kepada Sie Djin Kwie apa yang sebenarnya terjadi. Ia takut kalau Sie Djin Kwie telah melakukan hal-hal yang buruk kepada Liu Kim Hwa. Ia tidak ingin saudara angkatnya Sie Djin Kwie akan tertimpa masalah. Penjelasan yang didengarkannya langsung dari Sie Djin Kwie akhirnya membuatnya semakin percaya bahwa saudaranya Sie Djin Kwie adalah orang yang berbudi luhur baik. Sebagai saudara angkat sekaligus wali Sie Dhin Kwie, Ong Kau Sin membantu melakukan ritual pernikahan kepada mereka berdua. Tema cerita dari pertunjukan wayang potehi ini memberi pelajaran sekaligus nasehat yang baik bagi para penonton. Pemilihan judul yang dibawakan oleh dalang mengandung cerita yang mudah diingat oleh masyarakat yang menyaksikan. Pemilihan judul ini sengaja dilakukan karena acara tersebut, yaitu acara ulang tahun Dewa di Vihara tersebut. Dan menurut sejarah, Sie Djin Kwie ini sesosok yang terkenal dan dianggap sebagai manusia setengah dewa.

5.3 Konteks Sosial