2.3 Riwayat, Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Trauma
Riwayat kesehatan umum yang dapat mempengaruhi perawatan gigi seperti penyakit jantung, kelainan pembuluh darah, alergi obat-obatan, kelainan syaraf dan
status profilaksis tetanus. Pertanyaan yang paling penting dilakukan untuk menggali informasi tentang kesehatan gigi dan mulut pada anak yang mengalami trauma adalah
mengenai kapan, dimana dan bagaimana terjadinya trauma.
6,21
Dokter gigi harus segera melakukan pemeriksaan pada anak berkaitan dengan luka yang terjadi dan
menanyakan keterangan yang berhubungan agar perawatan segera dapat dilakukan dan direncanakan selanjutnya dengan baik.
22,23
Pemeriksaan pasien yang mengalami fraktur terdiri dari pemeriksaan darurat dan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan darurat meliputi pengumpulan data vital,
riwayat kesehatan pasien dan keluhan pasien, sedangkan pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan klinis lengkap yang terdiri dari pemeriksaan ekstra oral dan
intra oral. Pemeriksaan ekstra oral dilihat adakah pembengkakan, memar atau laserasi jaringan lunak yang mungkin dapat menunjukkan kerusakan tulang dan trauma gigi,
pemeriksaan intra oral melihat adanya mobiliti gigi yang mungkin dapat mengetahui adanya fraktur akar, perubahan posisi gigi atau fraktur dento-alveolar, serta
melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiografis untuk dapat melihat perkembangan akar, ukuran pulpa dan jarak garis fraktur, kelainan pada jaringan
pendukung, serta keadaan benih gigi permanen.
11
2.4 Penanganan Darurat dan Perawatan Trauma
Perawatan dilakukan berdasarkan diagnosa yang tepat. Penanganan dini, trauma gigi sangat berpengaruh pada vitalitas dan proses penyembuhan gigi serta
jaringan sekitarnya. Penelitian di Kuwait sepertiga dari 23 gigi yang mengalami cedera belum dilakukan perawatan karena anak yang mengalami cedera tidak pernah
mengunjungi dokter gigi setelah terjadi trauma. Perawatan restorasi yang dilakukan sebanyak 17 gigi fraktur dan 13 gigi diekstraksi Tabel 3.
12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Jenis trauma gigi pergigi pada anak usia 2-6 tahun dengan jenis perawatan.
Jenis trauma
12
Tidak melakukan
perawatan Konsultasi
dengan resep antibiotik
Konsulta- si tanpa
pengobat- an
Perawat- an
restorasi Pencabut-
an Jumlah
gigi
Luksasi 3 17,6
0 0 10 58,8
0 0 4 23,5
17 100
Avulsi 0 0
1 3,33 2 66,7
0 0 0 0
3100 Enamel
14 70 0 0
0 0 6 30
0 0 20
100 Enamel-
dentin 6
33,3 2
11,1 10
55,6 18
100 Mahkota
kompleks 1
10,1 9
90 10
100 Total
23 33,8
1 1,5
14 20,6
17 25,0
13 19,1
68 100
gigi persen
Trauma pada gigi anak sering disertai dengan adanya luka terbuka dari jaringan mulut, abrasi pada jaringan wajah atau bisa juga ditemukan pada luka
tusukan.
22
Penanganan darurat pada riwayat kesehatan anak harus dipertimbangkan, tingkah laku anak dan bentuk trauma yang terjadi pada anak, serta masyarakat harus
menyadari langkah-langkah pertolongan pertama dan kebutuhan untuk mencari perawatan yang segera.
Langkah-langkah penanganan umum yang sebaiknya dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat meliputi:
6,15
1. Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.
2,10
Salah satu cara untuk memeriksa anak yang terkena trauma yaitu memposisikan anak pada pangkuan orangtua atau pengasuh dengan pandangan ke
Universitas Sumatera Utara
atas dan memegang tangan anak. Tangan anak diletakkan di bawah tangan orangtua dan dokter gigi duduk di depan ibu dengan kepala anak terletak pada pangkuannya.
Posisi demikian dapat memungkinkan dokter gigi untuk dapat melihat kedua rahang anak. Dokter gigi dapat menggunakan molt mouth-prop atau mengikat jari tangannya
dengan menggunakan bantalan dan adhesive tape.
Gambar 3. Posisi pemeriksaan
6
2. Perawatan darurat merupakan perawatan awal pertama. Pertolongan pertama dilakukan untuk semua luka pada wajah dan mulut.
Jaringan lunak harus dirawat dengan baik. Pembersihan luka yang baik merupakan langkah pertama, dilakukan irigasi secara perlahan dengan saline akan membantu
mengurangi jumlah jaringan yang mati dan resiko adanya keadaan anaerobik. 3. Imunisasi tetanus
Salah satu tindakan pencegahan yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami trauma. Pencegahan tetanus dilakukan dengan membersihkan luka yang
sebaik-baiknya untuk menghilangkan benda asing dan jaringan nekrotik. Anak yang telah mengalami cedera yang melibatkan kontaminasi luka dari tanah, terutama dari
Universitas Sumatera Utara
daerah pertanian, status imunisasi tetanus mereka harus ditentukan, jika anak telah menyelesaikan jadwal imunisasi normal, maka dalam keadaan normal daerah boster
tidak bereaksi . Pada umumnya anak-anak telah mendapatkan proteksi imunisasi aktif,
apabila belum didapatkan sebaiknya dokter gigi menghubungi dokter keluarga untuk perlindungannya.
2.5 Pencegahan Trauma