Kerangka Teori Kerangka Konsep Latar Belakang

2.6 Kerangka Teori

Pencegahan Trauma Riwayat, Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Penanganan Darurat dan Perawatan Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa Trauma gigi Klasifikasi trauma Andreasen yang diadopsi oleh WHO Kerusakan pada Jaringan Pendukung Kerusakan pada Jaringan Periodontal Predisposisi Etiologi Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga Mulut Anak Usia 1-4 tahun Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konsep

Klasifikasi trauma Andreasen yang diadopsi oleh WHO yang dapat dilihat secara klinis: • Klasifikasi trauma gigi • Elemen gigi • Usia • Jenis kelamin • Etiologi • Lokasi terjadinya trauma • Tindakan yang dilakukan orangtua Anak usia 1-4 tahun Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan gigi anak di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian orangtua. Masih banyak orangtua beranggapan bahwa gigi sulung tidak memerlukan perawatan khusus, hal ini disebabkan karena keberadaan gigi sulung yang hanya bersifat sementara dan nantinya akan digantikan oleh gigi permanen. Trauma gigi sulung anterior adalah salah satu masalah kesehatan gigi anak. 1 Trauma gigi anterior merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena kontak yang keras dengan suatu benda, dapat terjadi pada satu atau lebih, baik pada gigi sulung atau permanen pada rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya. 2,3 Kebanyakan trauma pada gigi sulung terjadi pada anak antara usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena anak-anak yang mulai aktif belajar jalan dan sering jatuh ke depan dengan bertumpu pada tangan dan lutut. 4,5 Trauma gigi adalah masalah yang sangat signifikan pada gigi sulung karena memiliki dampak fisik, estetis, psikologis dan tidak hanya pada anak tetapi juga pada orangtuanya. 6,7 Berdasarkan hasil survei di Nigeria pada tahun 1996 dari 1.401 anak usia 1-5 tahun memiliki prevalensi kejadian trauma gigi sulung pada anak mencapai 30,8 dan di Afrika Selatan pada survei tahun 1999 dari 1.464 anak usia 1-5 tahun mencapai 15. Survei yang dilakukan di tempat penitipan anak di Nigeria dan Brazil hanya berbeda sedikit, di Brazil pada tahun 2003 dari 1.545 anak usia 0-5 tahun persentase trauma mencapai 33,5, tahun 2006 dari 2.651 anak usia 1-5 tahun memilik data persentase kejadian trauma pada gigi sulung yang meningkat mencapai 36,8 dan pada tahun 2007 dari 892 anak usia 0,5-5 tahun mencapai 9,4. 8 Hasil prevalensi trauma gigi sulung di India pada tahun 2011 menunjukkan anak usia 1-3 tahun memiliki kejadian sebesar 30. 9 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian di atas tingginya prevalensi trauma gigi sulung anterior, kondisi ini yang dapat mengakibatkan berbagai dampak terhadap anak serta masih kurangnya penelitian di Indonesia maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang trauma gigi sulung anterior dikota Madya Medan. Peneliti juga akan meneliti tentang etiologi dan tindakan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya yang mengalami trauma. Peneliti menggunakan klasifikasi Andreasen yang telah diadopsi oleh World Health Organization WHO, yang dapat diperiksa secara klinis dan riwayat trauma berdasarkan wawancara dengan ibu dan pemeriksaan pada anak. Sampel pada peneliti adalah anak usia 1-4 tahun yang diambil secara multistage sampling dari satu kecamatan lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam di Kota Medan di karenakan adanya pengaruh keadaan sosial ekonomi yang mungkin mempengaruhi kejadian trauma.

1.2 Rumusan Masalah