Analisis pengaruh inflasi, DPK dan tingkat suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja : studi kasus pada bank persero

(1)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, DPK DAN TINGKAT

SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA TERHADAP POSISI

KREDIT MODAL KERJA

(Studi Kasus Pada Bank Persero)

SKRIPSI

Di susun Oleh :

NRESNA IQLIMA

106081002471

FAKULTAS EKONOMI DAN DAN ILMU SOSIAL

JURUSAN MENEJEMEN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of inflation, deposits, lending rates for working capital against the working capital position. Sampling was carried out by the method of sampling that group judgemen state banks from 2006 until 2009. Models of analysis used in this research is regression analysis model using t test and F.

Results showed the regression test results, that the variable interest rate deposits and working capital loans have a significant effect on the position of working capital loans. While the inflation variable has no significant effect on the position of working capital loans.

Keywords: Inflation, deposits, lending rates for working capital, working capital credit position


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, dpk, suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode judgemen sampling yaitu kelompok bank persero dari tahun 2006 hingga 2009. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi dengan metode uji t dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan hasil uji regresi, bahwa variabel DPK dan suku bunga kredit modal kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap posisi kredit modal kerja. Sedangkan variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap posisi kredit modal kerja.

Kata Kunci : Inflasi, dpk, suku bunga kredit modal kerja, posisi kredit modal kerja


(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH INFLASI, DPK, SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA TERHADAP POSISI KREDIT MODAL KERJA (Studi Kasus Pada Bank Persero)

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan yang positif dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku pembimbing I, yang sangat

membantu dalam penyususnan skripsi ini hingga selesai

2. Ibu Ela Patriana, MM, AAAIJ, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak Indoyama Nasaruddin, SE, MAB, selaku Ketua Jurusan Menejemen,

yang telah membantu proses dalam penyetujuan skripsiini.

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh karyawan Fakultas Ekonomi

dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas partisipasi dan bantuannya selama penulis menuntut ilmu.

5. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa,

materi maupun nasihat-nasihat yang tiada henti yang sangat besar bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6. Adik-adikku tercinta, terima kasih atas anter-jemputnya rambutan-rambo.

Dan supportnya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabatku semua atin, yang bawel tapi selalu beri aku dukungan

8. Ipah, vya, nurmi, babon, setray, hendro, terima kasih atas dukungannya.

9. Ferdy yang pernah seperjuangan, dan yang pernah sementara jadi kakaku,


(10)

10.Buat sahabat-sahabat kampus, ii, nun, n v3 thanks bgt buat supportnya dan buat pengertiannya.

11.Buat anak-anak perbankan semuanya dan anak-anak angkatan 2006 terus

berjuang dan mkasii buat semuanya.

Mudah – mudahan atas segala bantuan serta budi baik yang penulis terima selama menjalani pendidikan mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran untuk perkembangan dalam pendidikan

Jakarta, Mei 2010


(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Inflasi ... 9

1. Indikator Inflasi ... 9

2. Jenis-Jenis Inflasi……… . 10

3. Inflasi Menurut Penyebabnya……… ... 11

4. Berdasarkan Asal Timbulnya Inflasi………... ... 12

5. Berdasarkan Fundamenatlitas ... 13


(12)

7. Teori Inflasi ……….. ... 16

8. Peran Bank Sentral Dalam Pengendalian Inflasi……….. ... 17

9. Produk Domestik Bruto ... 18

10.Perkembangan Inflasi ... 19

B. Sumber Dana Bank ... 20

1. Dari Bank Itu Sendiri ... 20

2. Dana Dari Masyarakat Luas ... 22

3. Dana Dari Lembaga Lain………... .... 25

4. Perkembangan DPK ... 26

C. Kredit ... 27

1. Pengertian Kredit ... 27

2. Tujuan Kredit ... 28

3. Fungsi Kredit ... 29

4. Larangan Dalam Pemberian Kredit ... 30

5. Jenis-Jenis Kredit ... 31

6. Prinsip-Prinsip Kredit ... 36

7. Pertimbangan Dalam Kredit ... 38

8. Jaminan Dan Kelayakan Kredit ... 38

9. Hasil Penelitian Terdahulu ... 40

10.Kerangka Pemikiran ... 48


(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 52

B. Metode Penentuan Sampel ... 52

C. Metode Pengumpulan Data ... 52

D. Metode Analisis Data ... 53

E. Operasional Variabel Penelitian ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum dan Objek Penelitian ... 61

1. Sejarah Bank Indonesia ... 61

B. Sejarah Bank Persero ... 64

C. Penemuan Dan Pembahasan ... 65

1. Analisa Deskriptif ... 65

2. Analisis Regresi………... 71

3. Uji Asumsi Klasik ... 75

4. Interpretasi ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL No. Keterangan

1. Uji Autokorelasi ... 58

2. Hasil Regresi Berganda ... 72

3. Hasil Uji F... 73

4. Hasil Uji t ... 74

5. Hasil Uji Autokorelasi ... 77


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 50

2. Tingkat Inflasi ... 65

3. DPK ... 66

4. Suku Bunga KMK ... 68

5. Posisi Kredit KMK ... 69

6. Hasil Uji Normalitas ... 76


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Inflasi ... 87

2. Data DPK ... 88

3. Data Suku Bunga Kredit Modal Kerja ... 89

4. Data Posisi Kredit Modal Kerja ... 90

5. Hasil Regresi Berganda ... 91


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank sentral mempunyai peran yang sangat strategis bagi masyarakat pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Yang paling mendasar adalah perannya dalam mencetak dan mengedarkan uang. Bank

sentral merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

mengeluarkan dan mengedarkan mata uang sebagai alat pembayaran yang sah disuatu negara.

Seluruh kegiatan ekonomi dan keuangan kita lakukan dengan uang. Fungsi uang yang tidak lagi digunakan sebagai alat pembayaran, tetapi juga sebagai media penyimpanan kekayaan dan bahkan untuk berspekulasi bagi sebagian masyarakat (Perry Warjiyo, 2003).

Dalam kegiatannya terdapat tiga pemain dalam dunia perbankan yaitu Bank, deposan, dan peminjam. Deposan menyimpan uangnya di Bank dengan harapan memperoleh return berupa bunga atas uang yang dipinjamkannya kepada Bank. Selanjutnya Bank akan menawarkan uang tersebut kepada peminjam dalam bentuk kredit dalam rangka memperoleh pendapatan bunga. Tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank kepada peminjam akan lebih tinggi dari pada tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank kepada deposan. Suku bunga yang dikenakan Bank atas uang yang ditawarkan disebut suku bunga


(18)

kredit. Sedangkan suku bunga yang ditetapkan bank kepada deposan disebut suku bunga deposito.

Selisih antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito disebut

spread atau margin. Bank akan memperoleh pendapatan bunga dari selisih

positif suku bunga kredit dengan suku bunga deposito (net interest margin).

Mengingat portofolio kredit merupakan sumber utama pendapatan Bank, maka perubahan-perubahan dalam tingkat suku bunga berpengaruh penting bagi Bank sehingga penentuan spread oleh Bank akan ditentukan secara kompetitif. Secara umum, jika suku bunga kredit naik maka Bank akan semakin berminat menawarkan uang. Disisi lain, tingkat suku bunga kredit (dibank konvensional) atau nisbah bagi hasil (dibank Syariah) akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam mencari fasilitas pinjaman. Konsumen yang rasional akan memilih bank yang menetapkan tingkat suku bunga kredit terendah (Dani Kusumastuti, 2005).

Hubungan antara suku bunga dengan kredit di Bank dapat dikaji berdasarkan teori mengenai transmisi kebijakan moneter melalui jalur uang

atau suku bunga (Money/ interest rate channel). Dalam teori ini, peran Bank

dalam transmisi moneter ke sektor riil dilakukan disisi liabilitasnya, yaitu melalui kemampuannya menciptakan uang beredar dalam bentuk deposit/ giro. Bank tidak berperan disisi Asset (loan) karena posisi kredit akan lebih ditentukan oleh permintaan dipasar kredit. Adanya kebijakan moneter yang ketat melalui reserve requirement akan mengurangi cadangan yang dimiliki oleh Bank. Sejalan dengan kebijakan tersebut, kemampuan Bank mengelola


(19)

deposit akan berkurang karena pembatasan oleh otoritas moneter. Konsekuensinya masyarakat/ deposan memegang uang (deposito Bank) lebih sedikit dalam portofolio mereka. Jika harga-harga barang tidak berubah, berkurangnya uang yang dipegang masyarakat akan kredit perbankan sehingga volume kredit akan menurun.

Mengingat meningkatnya tekanan inflasi pasca krisis ekonomi tahun 1997 yang berlarut- larut dan masih sangat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga memaksa otoritas moneter menjalankan kebijakan moneter yang cenderung ketat, khususnya pada tahun 2000 (Dani Kusumastuti, 2005). Akibat dari krisis tersebut, Indonesia mengalami kelumpuhan hampir disemua sektor, baik sektor moneter maupun sektor riil.

Untuk mengatasi krisis tersebut, berbagai kebijakan telah ditempuh oleh pemerintah salah satunya yaitu mempertahankan inflasi agar relatif lebih rendah dan menurunkan tingkat suku bunga. Walaupun kebijakan-kebijakan tersebut telah dilaksanakan, namun dampak positifnya tidak berpengaruh banyak terhadap daya beli masyarakat (Ni Nyoman Aryaningsih, 2008).

Lonjakan tajam dari harga barang-barang terutama barang impor menyebabkan hampir semua harga barang yang dijual didalam negeri meningkat baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama pada barang yang memiliki kandungan barang impor yang tinggi. Akibatnya kemampuan daya beli masyarakat yang semakin menurun (Adwin S. Atmaja, 2007).


(20)

Karena gagal mengatasi krisis moneter dalam jangka waktu yang pendek bahkan cenderung berlarut-larut, menyebabkan kenaikan tingkat harga terjadi secara umum dan berlarut-larut. Akibatnya, angka inflasi nasional melonjak tajam. Secara umum tingkat inflasi yang tinggi akan berdampak tidak baik bagi kegiatan perekonomian dalam jangka panjang (Dahlan Siamat, 2005:75). Berbagai langkah kebijakan yang telah diambil dalam rangka restrukturisasi perbankan dan dalam mengawasi Bank, Bank Indonesia setiap tahunnya menilai kesehatan Bank di Indonesia dengan tujuan membantu menejemen Bank, apakah setiap Bank sudah dikelola dengan prinsip kehati-hatian dan sistem perbankan yang sehat, serta sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang masih terus berlanjut untuk mendorong kinerja perbankan.

Penilaian terhadap menejemen merupakan penilaian terhadap

kemampuan Bank dalam mengelola dana, baik dalam menghimpun dana maupun menyalurkan dana yang ada serta mengkoordinasikan potensi lain yang terdapat dalam Bank guna mencapai tujuan tertentu. Masalah pokok yang sering dihadapi oleh Bank atau yang bergerak dalam bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan baik untuk modal investasi maupun modal kerja. Dalam hal ini, Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai kegiatan utama yaitu membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Jadi fungsi utama Bank merupakan


(21)

perantara antara masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana (Lisya Widyastuti, 2009).

Oleh karena fungsi Bank sebagai perantara antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka usaha pokok yang dilaksanakan Bank adalah kegiatan-kegiatan pada sektor perkreditan, atau penyaluran dana. Maka Sehingga secara otomatis pendapatan Bank yang terbesar diperoleh dari sektor perkreditannya. Semakin tinggi volume perkreditannya, maka semakin besar pula kemungkinan suatu Bank untuk memperoleh laba/ profit. Oleh karena tujuan utama didirikannya suatu Bank adalah untuk mencapai profitabilitas yang maksimal, maka perlu dilakukan pengelolaan perbankan secara profesional terutama dalam sektor perkreditannya. Dengan dilakukannya pengelolaan kredit secara profesional diharapkan dapat meningkatkan likuiditas dan profitabilitas Bank, karena tingkat likuiditas dan profitabilitas yang tinggi menunjukkan kinerja perbankan yang tinggi pula (Heni Rohaeni, 2009).

Akan tetapi persaingan dalam menghimpun dana dari masyarakat juga menjadi perhatian Bank dalam meningkatkan modalnya sehingga Bank memberikan fasilitas yang baik kepada para nasabah untuk menabung di Banknya masing-masing. Sehingga sumber dana masyarakat lebih mudah didapatkan ketimbang sumber lainnya. Namun masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi penghimpunan dana. Menurut Almossawi (1999) di Bahrain mengidentifikasikan lima atribut penting yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih bank, (a) lokasi ATM yang mudah dijangkau, (b)


(22)

ketersediaan ATM dibeberapa lokasi, (c) reputasi bank, (d) layanan ATM 24 jam, dan (e) ketersediaan tempat parkir yang memadai (dikutip oleh Harif Hamali).

Untuk menanamkan kepercayaan masyarakat kepada Bank, diperlukan menejemen kredit dan pengelolaan kredit yang baik mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian dan pengawasan kredit yang macet (Kasmir, 2002:71-72). Menejemen perkreditan Bank adalah suatu hal yang penting untuk mengoptimalkan kinerja bank untuk memaksimalkan profit atas sektor perkreditannya. Dengan kata lain menejemen perkreditan perbankan adalah menejemen piutang pada perusahaan umum. Perbankan merupakan sebuah perusahaan yang mengonsentrasikan pada pengoptimalan menejemen utang dan menejemen piutang sehingga memiliki revenue dan profitnya didapat dari selisih pendapatan atas piutang ditambah bunga dengan kewajiban ditambah bunga, sehingga merupakan suatu ketetapan bahwa bunga atas piutang selalu lebih tinggi dari bunga atas utang.

Mulai Januari 2003 Bank Indonesia secara bertahap melonggarkan kebijakannya dengan menurunkan tingkat suku bunga SBI. Penurunan suku bunga instrumen moneter ini diikuti oleh suku bunga penghimpunan dana. Pergerakan suku bunga deposito, khususnya suku bunga deposito 1 bulan, menunjukkan konsistensinya dengan arah pergerakan suku bunga SBI. Perilaku yang berbeda ditunjukkan oleh pergerakan suku bunga kredit. Perilaku suku bunga kredit yang pergerakannya tidak selaras dengan


(23)

pergerakan suku bunga SBI tersebut khususnya terjadi pada saat suku bunga SBI menurun. Pada saat suku bunga SBI menurun, suku bunga kredit cenderung untuk tetap atau menurun dalam ukuran yang lebih kecil (sticky downward).

Oleh karena itu, penelitian dengan judul “ ANALISIS PENGARUH INFLASI, DPK, DAN SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA TERHADAP POSISI KREDIT MODAL KERJA (Studi Kasus Pada Bank Persero) kiranya menarik dan perlu untuk dilakukan penelitian.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan permasalahan yang berkenaan dengan Posisi Kredit Modal Kerja (KMK) pada Bank Persero adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh tingkat Inflasi, DPK, dan Suku Bunga Kredit Modal

Kerja terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero secara simultan?

2. Bagaimana pengaruh tingkat Inflasi, DPK, dan Suku Bunga Kredit Modal

Kerja terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero secara parsial? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh tingkat Inflasi, DPK, dan Posisi Kredit Modal

Kerja terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank persero secara simultan.

2. Menganalisis pengaruh tingkat Inflasi, DPK, dan Suku Bunga Kredit


(24)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh tingkat Inflasi, DPK dan tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja Bank Persero terhadap Posisi Kredit Modal Kerja di Bank Persero akan diperoleh beberapa manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bagi Bank umum konvensional, dapat dijadikan sebagai catatan atau

koreksi untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja perbankan yang sudah bagus, sekaligus memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang sudah ada.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan yang baik bagi Bank

Indonesia sebagai salah satu catatan dalam melihat kinerja Bank dalam mempertahankan profitabilitasnya.

3. Bagi masyarakat, untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan yang


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengertian Inflasi

Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang – barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus naik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai barang, gejala itu merupakan inflasi. Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga - harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga yang sifatnya sementara seperti momen hari raya (tidak terus-menerus) dan kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lain (Samuelson dan Nordhaus, 1997: 306).

Menurut Stephen G. Cecchetti, inflation is persistent for two related reasons. First, when people expect inflation to continue, they adjust their prices and wages accordingly. Second, not all wage and prices decisions are made at the same time the result is that todays inflation tends to be very nearly what yesterdays was.

Sedangkan menurut Dorn Busch dan Fisher inflation is the rate of change in prices, and the prices level is the cumulation of past inflation.

1. Indikator Inflasi

Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti: Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan pergerakan harga dari paket


(26)

barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Dilakukan atas dasar survey bulanan di 66 kota, dipasar tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang/ jasa disetiap kota dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas. Indeks perdagangan besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan disuatu daerah GDP Deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam perhitungan GNP diperoleh dengan membagi GDP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GDP riil (atas dasar harga konstan/ tahun dasar). Penggunaan indeks yang bervariasi itu dikarenakan arti penting masing-masing barang tersebut bagi tiap kelompok masyarakat tidak sama. 2. Jenis-Jenis Inflasi

Menurut ukuran parah tidaknya inflasi (Bediyono, 1994:156)

a. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)

b. Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun)

c. Inflasi berat ( antara 30% - 100% setahun)

d. Inflasi tidak terkendali (diatas 100% setahun)

Di Indonesia pernah terjadi inflasi diatas 500% pada tahun 1966, pada masa sekarang pemerintah menargetkan inflasi dibawah 10%, namun dampak inflasi bagi masyarakat tidak semata-mata ditentukan tingginya tingkat inflasi, namun juga kelompok barang yang mengalami inflasi. Jika inflasi disebabkan oleh kelompok barang kebutuhan pokok, maka akan berpengaruh besar pada masyarakat, sebaliknya jika hanya barang mewah


(27)

yang mengalami kenaikan, maka hanya berpengaruh pada sekelompok kecil masyarakat.

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian disuatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi (www.perbanas.go.id)

3. Menurut Penyebabnya

Secara ekonomi harga bisa disebabkan karena sisi penawaran (Suplay)

dan sisi permintaan (Demand) (Prathama Rahardja, 2004: 161).

a. Tarikan Permintaan (Demand pull Inflation)

Inflasi terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total (Agregat Demand) yang berlebihan sementara produksi suplai telah berada pada keadaan kesempatan kerja yang penuh dan tidak mungkin meningkat lagi sehingga penambahan permintaan hanya akan menyebabkan terjadinya perubahan peningkatan harga.

b. Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi ini terjadi akibat harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik. Terjadi biaya per unit yang lebih tinggi untuk produksi/ pergeseran kurva penawaran kekiri/ lebih sedikit jumlah barang yang ditawarkan pada harga yang sama/ keseimbangan baru dicapai pada harga yang lebih tinggi diikuti penurunan kuantitas yang terjual. Sumber


(28)

kenaikan biaya produksi ini bisa berasal dari banyak hal misalnya: kenaikan upah buruh, kenaikan harga energi, kenaikan harga bahan baku.

c. Inflasi diimpor (Sadono Sukirno, 2006: 336)

Inflasi yang bersumber dari kenaikan harga barang-barang yang diimpor. Inflasi ini akan terwujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang pentig dalam kegiatan pengeluaran perusahaan.

4. Berdasarkan Asal Timbulnya Inflasi (Adwin Atmadja, 2009)

a. Domestic inflation, inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sekor riil ataupun disektor moneter didalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.

b. Imported Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga – harga komoditi di luar negeri (dinegara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan).

Terlepas dari pengelompok - pengelompokan tersebut, pada

kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam/ jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian negara. Contoh : imported inflation sering kali diikuti oleh cost push inflation, domestik inflation diikuti dengan demand full inflation.


(29)

5. Berdasarkan Cakupan Pengaruh Kenaikan Harga

Jika terjadi kenaikan harga secara umum hanya berkaitan dengan beberapa barang tertentu secara kontinu disebut inflasi tertutup (closed inflation) dan apabila kenaikan harga terjadi secara keseluruhan disebut inflasi terbuka (open inflation), sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya dan setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan bila uang terus

merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi)

(www.sabah.org.my).

6. Berdasarkan Fundamentalitas Penyebab Inflasi

a. Inflasi inti yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental seperti: interaksi permintaan dan penawaran, lingkungan eksternal seperti: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang dan Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.

b. Inflasi non inti yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor

fundamental. Seperti : inflasi volatile food (inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, gangguan penyakit). Dan inflasi administered prices (inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga pemerinntah seperti harga BBM, tarif listrik, tariff angkutan, dll) (Pratama Rahardja, 2004 : 164). 7. Dampak Inflasi

Secara umum, inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru


(30)

mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian yang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadinya inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat, para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu (www.uso.ac.id).

a. Efek Terhadap Pendapatan

Secara umum inflasi akan mengurangi daya beli seseorang apalagi bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi ini sangat merugikan. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila


(31)

pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipat gandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu, bahkan bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, bisa gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

b. Efek terhadap efisiensi

Inflasi dapat mengubah pola alokasi faktor produksi. Perubahan harga barang faktor produksi akan mengubah pemakaian barang tersebut pada kegiatan produksi dan konsumsi yang lebih efisien.

c. Efek terhadap output

Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, apabila kenaikan harga barang mendahului kenaikan biaya produksi sehingga menyebabkan keuntungan produsen dalam jangka pendek, namun lebih banyak inflasi menurunkan output apabila laju inflasi cukup tinggi menyebabkan daya beli

menurun dan mengurang daya serap output produksi

(www.puslit.petra.ac.id).

d. Efek terhadap redistribusi pendapatan.

Apabila harga naik, maka daya beli masyarakat akan menurun, namun ada sekelompok masyarakat yang mampu menaikkan daya belinya akibat kenaikan barang tersebut.


(32)

e. Bagi perekonomian nasional

1. Investasi berkurang

2. Mendorong tingkat bunga

3. Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif

4. Menimbulkan kegagalan pelaksana pembangunan

5. Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi masa yang akan datang

6. Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang

7. Menimbulkan defisit neraca pembayaran

8. Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

8. Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi

a. Teori kuantitas, teori ini berdasarkan persamaan MV=PT

Menurut teori ini hanya bisa terjadi kalau ada tambahan volume uang yang beredar (kartal maupun giral) tanpa diiringi oleh pasokan (suplai) barang-barang yang tersedia. Inflasi juga dapat terjadi oleh harapan ekspektasi psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga dimasa datang.

b. Teori Keynes

Mengemukakan bahwa inflasi terjadi karena masyrakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya dan permintaan masyarakat akan barang-barang melebihi jumlah barang yang tersedia.


(33)

c. Teori Struktural

Teori ini lebih menekankan penyebab inflasi berasal dari struktur perekonomian yang tidak mampu mengantisipasi secara cepat dan fleksibel atas perkembangan perekonomian yang ada terutama terjadi di Negara-negara berkembang. Negara berkembang biasanya hanya menghasilkan hasil alam dan pertanian yang daya tukarnya tidak berkembang secepat produk industri yang diimpor di Negara maju. Negara berkembang juga menghadapi permasalahan kependudukan. 9. Peran bank Central Dalam Pengendalian Inflasi

Bank Sentral memaknai peran penting dalam mengendalikan inflasi. Bank Sentral suatu Negara pada umumnya mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa Bank Sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak diluar Bank Sentral, termasuk pemerintah.

Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa Bank Sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian – akan mandorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank Sentral umumnya mengendalikan jumlah uang beredar dan atau tingkat suku bunga sebagai instrument dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi ) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh


(34)

bank sentral diseluruh dunia, termasuk oleh bank Indonesia (www.bappenas.go.id).

10. Produk Domestik Bruto

PDB adalah sebutan untuk menyatakan besarnya pendapatan suatu perekonomian daerah. Sedangkan Produk Domestic Bruto (PDB) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian baik yang dilakukan oleh penduduk domestik maupun penduduk asing mapun orang-orang dari negara lain yang bermukim di negara bersangkutan. Produk Domestik bruto merupakan ukuran terbaik dari kinerja perekonomian karena tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam nilai tunggal dalam periode waktu tertentu (Mankiw, 1999). Terdapat beberapa cara untuk menilai PDB sebagai kinerja sebuah perekonomian, (1) dengan melihat PDB sebagai perekonomian total (pendekatan pendapatan) dari setiap orang yang berada didalam perekonomian, (2) dengan melihat PDB sebagai pengeluaran total (pendekatan pengeluaran) pada output barang dan jasa perekonomian. Dari sudut pandang lain, jelaslah mengapa PDB merupakan cerminan dari kinerja ekonomi karena mengukur sesuatu yang dipedulikan banyak orang (pendapatan) demikian pula dengan output barang dan jasa yang memuaskan pemerintah rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. PDB mengukur pendapatan dan pengeluaran perekonomian pada outputnya dengan alasan bahwa jumlah keduanya adalah sama dan fakta yang


(35)

mendasar karena setiap transaksi memiliki penjual dan pembeli (Mankiw, 1999).

11. Perkembangan Inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi sepanjang tahun 2009 mencapai 2,78%. Angka ini berarti sesuai perkiraan banyak pihak yang mengatakan inflasi 2009 akan berada di bawah 3%. Dan inflasi year on year sebesar 4,28%.

Khusus bulan Desember 2009, laju inflasi sebesar 0,33% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 117,03. Dari 66 kota, terdapat 18 kota mengalami deflasi dan 42 kota mengalami inflasi. Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga pada makanan jadi, terutama minuman, rokok, dan tembakau yang mengalami kenaikan 0,93%.

B. Sumber Dana Bank

Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat dilakukan apabila dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara – cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut (Sigit Triandaru, 2006: 95). Menurut Dahlan Siamat (2004:99) modal bank memiliki tiga fungsi yaitu fungsi operasional, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan. Keseluruhan fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memberikan perlindungan kepada nasabah


(36)

c. Untuk memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris

d. Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum

e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat

f. Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank

g. Sebagai indikator kekayaan bank

h. Meningkatkan effisiensi operasional bank.

Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Sumber dana bank dapat diperoleh dari : 1. Dari Bank Itu Sendiri

Yaitu, dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan apabila memperoleh dana dari luar. Salah satu jenis dana bersumber dari bank itu sendiri adalah modal yang disetor dari para pemegang saham. Disamping itu dana yang bersumber dari bank itu sendiri dapat pula berupa cadangan laba atau laba yang belum dibagi (Lukman Dendawijaya, 2001:46-47)

Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari (Dahlan Siamat, 1993: 80) :

a. Modal disetor

Modal disetor adalah modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bagi bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota.


(37)

b. Agio saham

Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham melebihi nominalnya.

c. Cadangan umum

Cadangan umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurang pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-masing.

d. Cadangan Tujuan

Cadangan Tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

e. Laba Ditahan

Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

f. Laba Tahun Lalu

Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum penegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.


(38)

g. Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurang taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

dikonsolidasikan

Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank dan anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah Bank dan Lembaga Bukan Bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

Keuntungan dari sumber dana ini adalah tidak perlu membayar bunga yang relatif besar dari pada jika meminjam ke bank lain. Keutungannya lainnya adalah mudah untuk memperoleh dana yang diinginkan relatif kecil, sedangkan kerugiannya adalah untuk jumlah dana yang relatif besar harus melalui berbagai prosedur yang relatif lama. Kemudian, penggunaan dana sendiri harus diseimbangkan dengan dana pinjaman dan dana itu sendiri dapat dioptimalkan sedemikian rupa.

2. Dana Yang Berasal Dari Masyarakat Luas

Untuk memperoleh dana dari masyrakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis rekening. Masing-masing jenis simpanan (rekening). Masing-masing simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank


(39)

harus pandai dalam menyiasati sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah :

a. Simpanan Giro

Dalam bahasa sehari-hari simpanan giro biasa disebut rekening. Dengan memiliki simpanan atau rekening berarti sejumlah uang yang disimpan di bank tertentu.

Pengertian giro menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 adalah Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan.

Dapat ditarik setiap saat maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi.

Menurut Dudley G. Luckett demand deposits is meant all deposits that are legally payable on demand that is, whenever the depositor wants.

b. Tabungan (saving)

Yaitu, simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.

c. Simpanan Deposito

Yaitu, simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.


(40)

1. Deposito Berjangka

Adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan di bank. Sumber dana ini memiliki ciri-ciri pokok, yaitu jangka waktu penarikannya tetap, oleh karena itu sering disebut fixed deposit yang umumnya memiliki jangka waktu jatuh tempo 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan.

Menurut Dudley G. Luckett, saving deposits, which are in practice paid on demand, are legally subject to a thirty- day waiting period if the bank cares to inforce it.

2. Deposit On Call

Jenis simpanan ini biasa disebut deposito harian yaitu simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu sesuai kesepakatan pihak bank dengan nasabah.

3. Sertifikat Deposito

Sertifikat Deposito atau biasa yang disingkat CD adalah deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjual belikan. CD memiliki karakteristik antara lain:

a. Diterbitkan oleh bank atas unjuk dan dengan jangka waktu tertentu

b. Dapat diperjual belikan (negotiable)

c. Merupakan instrument pasar uang

d. Bunga dibayar dimuka (discount basis)


(41)

3. Dana Yang Bersumber Dari Lembaga Lain

Dalam praktiknya sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana yang pertama dan yang kedua. Pencarian dari sumber dana ini relative lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Perolehan dana ini antara lain (Arthesa, 2006: 71) :

a. Call Money

Adalah sumber dana yang diperoleh dari bank berupa pinjaman jangka pendek yang didapatkan dari interbank call money market. Umumnya sumber dana ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dalam jangka pendek, misalnya kalah kliring atau terjadi penarikan besar-besaran atas dana yng disimpan dalam suatu bank (rush).

b. Pinjaman Antar Bank

Yaitu pinjaman dari bank lain berupa pinjaman jangka pendek dan menengah. Untuk itu, perbankan pada umunya menjalin kerjasama, terutama dalam bentuk bantuan permodalan dari bank yang memiliki tingkat likuiditas tinggi ke bank yang memiliki tingkat likuiditas rendah.

c. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Sumber ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dalam jangka pendek. Tujuannya, mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan secara umum.

d. Surat Berharga Pasar Uang

Yaitu salah satu instrumen Bank Indonesia yang digunakan untuk menghimpun dana atau menyalurkan dana. Surat berharga ini mempunyai


(42)

jangka waktu yang pendek dan dapat diperjual belikan dengan cara didiskonto oleh Bank Indonesia.

e. Fasilitas Diskonto Bank Indonesia

Digunakan bank – bank yang mengalami kesulitan likuiditas atau sebagai upaya terakhir bank untuk mengatasi likuiditasnya.

4. Perkembangan DPK

Sepanjang tahun 2008, pertumbuhan kredit meningkat sangat tajam, yaitu sekitar Rp. 305 triliun. Perkembangan DPK perbankan mengalami kenaikan sebesar Rp 247 triliun, perkembangan ini merupakan pembalikan dari apa yang terjadi selama 8 bulan pertama tahun 2008 yang sangat kering dan hanya menghasilkan kenaikan sebesar Rp 12 Triliun, sedangkan empat bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar Rp 235 Triliun. Secara keseluruhan masih terjadi “cashflow deficit” sebesar Rp 58 triliun. Namun dengan adanya, penurunan GWM pada bulan Oktober 2008, perkembangan likuiditas perbankan dirasakan memadai.

Sedangkan pada tahun 2009 banyak bank-bank yang membuat strategi agar dapat meningkatkan pertumbuhan kredit. Salah satu bank persero seperti Bank Mandiri. Direksi PT Mandiri Tbk optimis, pertumbuhan ekonomi 2010 akan lebih baik dari 2009. Sehingga, Bank Mandiri akan menggenjot penyaluran kredit. Mereka menargetkan pertumbuhan kredit tahun 2010 mencapai 18 persen. Agar dapat mencapai target tersebut, Mandiri akan meningkatkan pemberian kredit di setiap lini. Di kredit korporasi, mereka akan memperbesar ke sektor makanan, pupuk, dan infrastruktur. Mandiri juga


(43)

akan meningkatkan penyaluran kredit di sektor mikro yang pada tahun 2009 telah menyalurkan dana Rp 4,4 triliun atau tumbuh 22,9 persen. Selain itu, ia akan fokus juga dengan kredit ekspor impor dan komoditas yang bakal tumbuh tahun ini.

C.Pengertian Kredit 1. Pengertian Kredit

Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti “kepercayaan”. Dengan demikian seseorang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan. Kredit dalam bahasa latin adalah

“creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran, dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara lain: (www.infogigi.com).

a. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau

mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jngka waktu yang disepakati.

b. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di

Indonesia, yaitu menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1998 dalam pasal 1; kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Dahlan Siamat, 2004: 349).


(44)

c. Menurut Mishkin S. Frederic, credit is rationed when individuals cannot borrow as much as they want at going interest rate. Credit is rationed because lenders fear that borrowers who are willing to borrow may not be able to replay. But if credit is rationed at a given interest rate, that interest rate does not fully describe the impact of monetary policy on investment and aggregate demand. Proponents of the credit view argue that the fed should focus directly on the volume of credit to see what impact monetary policy is having on demand.

2. Tujuan Kredit

Tujuan kredit mencakup skope yang luas, ada dua fungsi pokok yang saling berkaitan dengan kredit adalah (Sinungan: 1995) :

a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.

b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar tercepat tanpa hambatan yang berarti. Tujuan kredit berarti tidak lepas dari falsafah yang dianut oleh suatu Negara karena pada dasarnya tujuan kredit didasarkan pada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut, seperti pada Negara-negara liberal dimana dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Pemberian kredit yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit apabila nasabah yang akan menerima kredit itu mampu


(45)

dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya itu. Dari faktor kemauan dan kemampuan tersebut, maka tersimpul suatu unsur keamanan dan unsur keuntungan (profitability) dari sutu kredit.

3. Fungsi Kredit

Kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang peranan sangat penting. Oleh karena itu, organisasi-organisasi bank selalu diikut sertakan dalam menentukan kebijaksanaan dibidang moneter, pengawas devisa, dan lain-lain. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit, dan kredit yang diberikan oleh bank merupakan pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya dibidang ekonomi (wisiso.blogspot.com).

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatkan daya guna dari modal atau uang

Yaitu para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya selain itu juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan.

b. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari suatu barang

Yaitu dengan mendapatkan kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.


(46)

c. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Yaitu kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.

4. Larangan dalam Pemberian Kredit

a. Memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis

b. Memberikan kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan

kurang sehat dan akan membawa dampak kerugian bagi bank

c. Memberikan kredit kepada bidang usaha yang terkait tindak kriminal,

asusila, etika dan hal-hal yang melanggar hukum.

d. Memberikan kredit yang melampaui batas maksimum pemberian kredit

(BMPK), dimana

• Untuk satu peminjam (individu) atau kelompok peminjam yang tidak

terkait dengan pihak bank maksimum 20% modal bank saat ini.

• Untuk pihak yang terkait dengan pihak bank baik satu peminjam atau keseluruhan maksimum 10% dari modal bank.

e. Memberikan kredit untuk membeli saham dan modal kerja dalam rangka

jual beli saham untuk jangka pendek


(47)

5. Jenis – Jenis Kredit

a. Berdasarkan Jangka Waktu (Arthesa, 2006:177)

1. Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang harus dilunasi dalam waktu setahun atau kurang. Biasanya kredit ini digunakan untuk kelancaran usaha, khususnya penyediaan dana untuk modal kerja.

2. Kredit jangka menengah

Yaitu kredit yang harus dilunasi dalam jangka waktu satu sampai tiga tahun. Kredit ini umumnya digunakan untuk pembiayaan modal kerja perusahaan besar atau kredit invistasi perusahaan-perusahaan kecil.

3. Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang harus dilunasi dalam jangka waktu tiga sampai lima tahun. Umumnya kredit jangka panjang digunakan untuk membiayai investasi. Makin besar investasinya, makin panjang jangka waktu pembayarannya.

b. Berdasarkan Jaminan (Colleteral)

Berdasarkan ada tidaknya jaminan, kredit dapat dikelompokkan menjadi kredit dengan jaminan (secured loan) dan kredit tanpa jaminan (unsecured loan).

1. Kredit dengan jaminan (secured loan)


(48)

2. Kredit tanpa jaminan (unsecured loan)

Kredit tanpa jaminan dapat diberikan kepada seseorang atau perusahaan tertentu dengan berbagai alasan. Pertama, orang tersebut sudah dikenal, teruji dan dipercaya oleh bank. Kedua, prospek usaha debitur sangat baik dan biasanya juga terkait dengan penilaian bank tentang reputasi orang atau perusahaan tersebut (www.perbanasinstitute.ac.id).

c. Berdasarkan Segmen Usaha

Berdasarkan segmen usaha, kredit dapat dikelompokkan menjadi (Kasmir, 2003: 156).

1. Kredit pertanian

Yaitu kredit yang disalurkan kepada sektor pertanian seperti peternakan dan perkebunan.

2. Kredit industri

Kredit yang disalurkan kepada sektor industri ada yang industri kecil dan rumah tangga, tetapi ada juga untuk induastri besar.

3. Kredit jasa

Yaitu kredit yangg disalurkan kepada sektor jasa baik untuk UKM maupun besar.

d. Berdasarkan Tujuan

a. Kredit komersial (Commercial Loan)

Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan nasabah yang bidang usahanya adalah perdagangan.


(49)

b. Kredit konsumtif

Yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi debitur yang ingin membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan konsumtif. Umumnya yang melakukan pinjaman untuk keperluan konsumtif adalah unit rumah tangga.

c. Kredit produktif

Kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan produksi debitur. Kredit ini mencakup antara lain kredit untuk pembelian bahan baku dan pembayaran upah.

e. Berdasarkan Penggunaan (Sigit Triandaru, 2006: 117)

1. Kredit modal kerja

Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Ditinjau dari jangka waktunya, KMK terdiri atas 2 macam, yaitu :

a. KMK – Revolving

Apabila kegiatan usaha debitor dapat diharapkan berlangsung secara berkelanjutan dalam jangka panjang dan pihak bank cukup untuk mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka fasilitas KMK nasabah dapat diperpanajng setiap periodenya tanpa tanpa harus mengajukan permohonan kredit baru.

b. KMK-Einmaleg

Apabila volume kegiatan usaha debitur sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan atau pihak bank kurang mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka pihak bank merasa lebih aman kalau


(50)

memberikan KMK – Einmaleg. Fasilitas KMK ini hanya diberikan sebatas satu kali perputaran usaha nasabah, apabila pada periode selanjutnya nasabah menghendaki KMK lagi maka nasabah harus mengajukan permohonan kredit baru.

2. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk kegiatan usaha nasabah.

3. Kredit konsumsi

Yaitu kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan konsumsi, dan bukan sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah.

f. Menurut Risiko Pembiayaan

1. Kredit dari dana bank yang bersangkutan

Dasar dari kredit ini diberikan atas dasar kemampuan dari bank yang bersangkutan didalam mengumpulkan dana dari masyarakat yang menjadi nasabahnya baik berupa giro, deposito maupun modal sendiri dan pinjaman-pinjaman lainnya.

2. Kredit dengan dana likuiditas Bank Indonesia

Sesuai dengan fungsinya bank sebagai agent of development khususnya pada bank-bank pemerintah, maka dalam pengembangan sektor-sektor perekonomian tertentu bank sentral telah memberikan berbagai fasilitas penyediaan “Dana Likuiditas”.


(51)

3. Kredit kelolaan

Kredit ini diperoleh pemerintah Indonesia dari luar negeri untuk membantu berbagai pembiayaan pembangunan proyek-proyek swasta/ pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk bantuan kredit yang disalurkan melalui sistem perbankan (wino.blofdetik.com).

g. Menurut Sektor Ekonomi

Untuk kepentingan perencanaan pengembangan kegiatan perekonomian maka pembbagian sektor-sektor ekonomi mempunyai arti yang sangat penting. Penguasa moneter dan bank sentral mempunyai kepentingan utama dalam pembagian kredit menurut sektoral, sebagai alat perencanaan dan pengendalian kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambilnya. Secara garis

besar pembagian kredit menurut sektor ekonomi (www.bi.go.id).

1. Sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian

2. Sektor pertambangan

3. Sektor perindustrian

4. Sektor listrik gas dan air

5. Sektor konstruksi

6. Sektor perdagangan, restoran dan hotel

7. Sektor pengangkatan, pergudanngan, dan komunikasi

8. Sektor jasa-jasa dunia usaha


(52)

6. Prinsip-Prinsip Kredit

Melaksankan kegiatan perkreditan secara sehat, maka dikenal adanya 5 prinsip perkreditan, yaitu (Dahlan Siamat, 2004:356).

1. Character (kepribadian, watak)

Menunjukkan adanya pelanggan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban untuk membayar kembali

2. Capital (modal, kekayaan)

Modal yang ada pada peminjam hakekatnya akan menguranngi resiko modal tersebut meliputi barang bergerak serta barang tidak bergerak yang ada dalam perusahaan.

3. Condition (keadaan)

Bank harus menilai sampai dimana dan berapa jauh pengaruh dari adanya suatu kebijaksanaan pemerintah dibidang ekonomi terhadap prospek industry dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya, disini apakah pelaksanaan usaha dilakukan dalam keadaan baik sehingga dapat berjalan lancar serta menguntungkan.

4. Capacity (kemampuan, kesanggupan)

Kemampuan calon nasabah dalam menngembangkan dan kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan serta mengendalikan usahanya dan mengembalikan pinjamannya.

5. Collateral (jaminan)

Menunjukkan jaminan untuk mendapatkan kredit yang diberikan oleh pihak bank.


(53)

Selain 5C, konsep 7P dan 3R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit (Kasmir, 2003: 165).

1. Kepribadian (Personality)

Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah hidupnya yang mencakup sikap.

2. Tujuan (Purpose)

Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan.

3. Prospek (prospect)

Menilai prospek usaha yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Pembayaran (Payment)

Menilai bagaimana cara calon debitur melunasi kredit, dari mana saja sumber dana tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.

5. Tingkat keuntungan (Profitability)

Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur.

6. Perlindungan (protection)

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha.

7. Parti (party)

Bertujuan mengklasifikasikan calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya.


(54)

Tiga komponen dalam 3R adalah :

1) Tingkat pengembalian usaha (Return

2) Kemampuan membayar kembali (Repayment)

3) Kemampuan menanggung resiko (Risk Bearing Ability)

7. Pertimbangan dan Penilaian Dalam Pemberian Kredit

Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 pasal 8 menjelaskan bahwa dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

Maksud dari pasal tersebut bahwa kredit yang diberikan oleh bank

mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus

memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesangggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, danprospek usaha debitur (Suyatno,dkk: 1995).

8. Jaminan dan Kelayakan Kredit

Jaminan kredit menurut bank, merupakan sumber kedua pembayaran kembali kredit dan bunga yang tertunggak. Sumber utama pembayran kembali kredit adalah dana intern perusahaan terutama keuntungan dan dana penyusutan. Bila debitur gagal memenuhi kewajiban keuangannya kepada bank dari sumber pembayaran pertama, maka harta mereka yang dijamin akan


(55)

dipergunakan sebagai gantinya (Sutojo, 2000). Bank akan meluluskan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur tergantung dari hasil pertimbangan berikut ini (Sutojo, 1995):

a. Faktor Intern Bank

Sebelum mengambil keputusan untuk meluluskan permintaan kredit (terutama dalam jumlah besar) terlebih dahulu bank akan memeriksa kondisi intern operasi dan keuangan dewasa ini, dua tiga tahun terakhir, serta prospek masa depan.

b. Kredibilitas

Bank akan lebih bersemangat dalam bekerja sama dengan investor, apabila mitra usaha mereka dapat menunjukkan kemampuan mengelola proyek yang akan dibangun dengan bank.

c. Prospek Masa Depan Proyek

Masa depan sebuah proyek dapat diharapkan akan cerah, bila proyek tersebut dapat memenuhi kriteria berikut ini;

1. Dikelola oleh manajemen yang professional

2. Didukung oleh sumber daya manusia yang dapat menjalankan operasi

proyek dengan baik.

3. Dapat memproduksi barang atau jasa yang kompetitif

4. Dapat memasarkan hasil produksi tersebut secara menguntungkan.


(56)

9. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Menurut Yoko Isti Wiyono

Dalam penelitiannya, dengan menggunakan regresi jalur menunjukkan perolehan angka inflasi sebesar -1,494. Sehingga dapat dikatakan bahwasanya tingkat inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap posisi kredit modal kerja. Sedangkan pada suku bunga SBI diperoleh angka sebesar 5,427% sehingga dapat dikatakan bahwa suku bunga SBI mempunyai pengaruh terhadap posisi kredit modal kerja dan hubungan suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja mempunyai angka yang signifikan sebesar -10,910. Sementara secara simultan/ secara bersamaan, tingkat inflasi, DPK, suku bunga kredit modal kerja mempunyai nilai 0,000 yang artinya secara simultan ketiga variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap posisi kredit modal kerja.

2. Menurut Putu Oktavia

Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil t-hitung untuk 1 sebesar 3,776

sementara t-tabel pada tingkat kepercayaan 5% adalah sebesar 1,753,dengan kata lain t-hitung > t-tabel. Artinya, variabel independen (pertumbuhan jumlah uang beredar) memengaruhi variabel dependen (tingkat inflasi) secara signifikan.

Koefisien determinasi (R2). R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh model, semakin besar R2 semakin besar pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Suatu R2 sebesar 1 berarti ada


(57)

kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Dari hasil perhitungan diperoleh R2 sebesar 0,456. Artinya, variabel pertumbuhan jumlah uang beredar menjelaskan terjadinya perubahan tingkat inflasi sebesar 45,6%. Sementara sisanya, yaitu 54,4%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini.

Secara teoretis, tingkat inflasi dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Dalam teori kuantitas uang, ditunjukkan bahwa jika jumlah uang beredar meningkat, maka akibatnya dapat dilihat dari ketiga variabel lainnya: harga harus naik, kuantitas output harus naik, atau kecepatan perputaran uang harus turun. saat Bank Sentral mengubah jumlah uang beredar (M) dan menyebabkan perubahan proporsional terhadap nilai output nominal (PY), perubahan tersebut akan tercermin dalam tingkat harga (P). Karena tingkat inflasi ditunjukkan oleh perubahan persentase dalam tingkat harga, maka meningkatnya jumlah uang beredar akan menyebabkan inflasi.

3. Menurut Ni Nyoman Aryaningsih

Perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi suku bunga terhadap permintaan kredit sebesar 0,659 (65,9%) ini berarti suku bunga berpengaruh terhadap permintaan kredit sebesar 65, 9% sisanya sekitar 34,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Namun dari uji t, diperoleh hitung lebih kecil dari t table, sehingga suku bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit.


(58)

Kedua, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi inflasi terhadap permintaan kredit sebesar 0,475 (47,5%). Sisanya sekitar 52,5% permintaan kredit dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t variabel inflasi secara partial tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan kredit.

Ketiga, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai koefisien pengaruh penghasilan terhadap permintaan kredit sebesar 0,739 (73,9%). Ini berarti penghasilan berpengaruh sebesar 73,9% Sisanya sekitar 26,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t, variabel pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit.

Keempat, perhitungan uji statistika regresi linier berganda secara simultan menunjukan suku bunga, inflasi, dan pendapatan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit. Hasil ini ditunjukan oleh perolehan F hitung 2,443 lebih kecil dari F tabel sebesar 2,82.

4. Menurut Luciana Spica Almilia dan Anton Wahyu Utomo

Dalam penelitiannya tentang tingkat suku bunga deposito menyimpan bahwa faktor internal ternyata paling berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka yang artinya bahwa kinerja perbankan itu sendiri lebih mempengaruhi dalam penetapan suku bunga deposito dibandingkan dengan faktor eksternal yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat bahwa kinerja bank yang diproduksi dari rasio ROA


(59)

dan LDR ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan tingkat suku bunga deposito berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dibandingkan dengan faktor eksternal yaitu tingkat inflasi yang hanya mampu mempengaruhi secara signifikan pada tingkat suku bunga deposito berjangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan Bank Umum di Indonesia selama periode yang ditentukan dalam peneitian.

5. Menurut Rian Wahyudi

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analisis Hipotesis yang digunakan yaitu analisis korelasi sederhana, analisis koefisien determinasi, dan analisis regresi sederhana. Dari hasil penelitian didapat bahwa jumlah dana pihak ketiga diperoleh kenaikan sebesar Rp3.545.056.106,- atau meningkat sebesar 34,04% dari bulan sebelumnya. Sedangkan jumlah kredit yang diberikan mencapai pada angka tertinggi dimana jumlah pemberian kredit meningkat sebesar 11,74% atau naik sebesar Rp 4.726.667.184 dari bulan sebelumnya. Hasil analisis korelasi sederhana menunjukan bahwa adanya hubungan yang sangat kuat dan positif antara jumlah dana pihak ketiga dengan pemberian kredit karena memiliki koefisien korelasi sebesar 0,8929789 sedangkan nilai koefisien determinasi adalah sebesar 79,74%, berarti kontribusi peningkatan jumlah dana pihak ketiga menyebabkan peningkatan pemberian kredit sebesar 79,74% dan sisanya berasal dari faktor lain diluar dana pihak ketiga. Hasil analisis regresi sederhana menunjukan persamaan regresi, yaitu Y = 27404686,92 + 0,3035097X. Dana pihak ketiga memiliki pengaruh


(60)

signifikan terhadap pemberian kredit, hal ini didasarkan atas hasil uji signifikansi persamaan regresi dimana t hitung sebesar 9,305612 > t tabel sebesar 2,074

6. Menurut Ardi Purnama

Penelitian mengenai pengaruh giro, tabungan dan deposito terhadap kredit menunjukkan bahwa dari hasil pengujian secara bersama-sama/ simultan dengan menggunakan uji signifikansi simultan (uji statistik F), terhadap hipotesis 1 (satu) menyatakan bahwa seluruh variabel independent secara bersama-sama/simultan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependent. Dengan signifikasi sebesar 0,0000 maka dapat dikatakan pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent adalah sangat signifikan karena jauh lebih kecil dari 1% atau 0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggabungan Jumlah Giro, Tabungan, dan Simpanan Berjangka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Keadaan ini menunjukkan bahwa penggabungan variabel Jumlah Giro, Tabungan, dan Simpanan Berjangka sangat relevan digunakan sebagai prediksi dalam pengelolaan penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.

Nilai derajat hubungan R atau koefisien kolerasi simultan (R) sebesar 0,9878 menunjukkan hubungan antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependent) sangat kuat karena diatas 0,80. Sedangkan nilai


(61)

variabel-variabel independent dalam menerangkan variabel dependent-nya sebesar 97,57%. Dapat disimpulkan bahwa kontribusi Jumlah Giro, Tabungan, dan Simpanan Berjangka dalam menjelaskan variasi penyaluran Kredit Yang Diberikan sebesar 97,57% dan 2.43% sisanya adalah Koefisien Non Determinasi yaitu prosentase pengaruh faktor lain terhadap variabel terikat (dependent) dengan kata lain 2.43% penyaluran Kredit Yang Diberikan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent) yang besar menunjukkan penggabungan variabel-variabel Jumlah Giro, Tabungan, dan Simpanan Berjangka, sangat relevan digunakan sebagai prediksi dalam mengelola penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. di masa yang akan datang.

Namun dari hasil pengujian secara parsial/individual dengan menggunakan uji signifikansi Individual (Uji statistik t), terhadap hipotesis

2 (dua) menyatakan bahwa variabel independent X1 secara parsial/

individual memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap variabel dependent. Dengan signifikasi sebesar 0,1687 maka dapat dikatakan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah tidak signifikan karena jauh lebih besar dari 5% atau 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Giro tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Keadaan ini menunjukkan bahwa variabel Jumlah Giro tidak relevan digunakan sebagai prediksi dalam pengelolaan


(62)

penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.

Selain itu nilai derajat hubungan r atau koefisien kolerasi simultan untuk variabel X1 sebesar 0,1998 menunjukkan hubungan antara variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent) sangat lemah karena dibawah 0,20. Pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent) yang tidak signifikan menunjukkan variabel Jumlah Giro tidak relevan digunakan sebagai prediksi dalam mengelola penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. di masa yang akan datang.

Hal tersebut dimungkinkan terjadi dikarenakan Giro merupakan jenis simpanan berskala besar yang tidak memiliki batas pengambilan. Sehingga dana yang berhasil dihimpun oleh pihak bank berupa Giro ditempatkan pada aktiva lain yang lebih memiliki likuditas yang tinggi. Hal ini bertolak belakang dengan dugaan semula bahwa variabel Jumlah Giro berpengaruh terhadap penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.

Sedangkan dari hasil pengujian secara parsial/individual dengan menggunakan uji signifikansi individual (Uji statistik t), terhadap hipotesis

3 (tiga) menyatakan bahwa variabel independent X2 secara parsial/

individual memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Dengan signifikasi sebesar 0,0000, maka dapat dikatakan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sangat


(63)

signifikan karena jauh lebih kecil dari 1% atau 0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Tabungan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Keadaan ini menunjukkan bahwa variabel Jumlah Tabungan sangat relevan digunakan sebagai prediksi dalam pengelolaan penyaluran Kredit yang diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.

Nilai derajat hubungan r atau koefisien kolerasi simultan untuk variabel

X2 sebesar 0,8756 menunjukkan hubungan antara variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent) sangat kuat karena diatas 0,80. Pengaruh variabel bebas bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent) yang sangat signifikan menunjukkan bahwa variabel Jumlah Tabungan sangat relevan digunakan sebagai prediksi dalam mengelola penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. di masa yang akan datang.

Begitu pula dengan hasil pengujian secara parsial/ individual dengan menggunakan uji signifikansi Individual (Uji statistik t), terhadap hipotesis

4 (empat), menyatakan bahwa variabel independen X3 secara parsial/

individual memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Dengan signifikasi sebesar 0,0397, maka dapat dikatakan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah signifikan karena lebih kecil dari 5% atau 0,05 dan lebih besar dari 1% atau 0,01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Jumlah Simpanan Berjangka


(64)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Jumlah Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Keadaan ini menunjukkan bahwa variabel Jumlah Simpanan Berjangka relevan digunakan sebagai prediksi dalam pengelolaan penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk.

Nilai derajat hubungan r atau koefisien kolerasi simultan untuk variabel

X3 sebesar 0,2948 menunjukkan hubungan antara variabel bebas

(independent) dan variabel terikat (dependent) adalah lemah karena diatas 0,20 dan dibawah 0,40. Pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent) yang signifikan menunjukkan variabel Jumlah Simpanan Berjangka sangat relevan digunakan sebagai prediksi dalam mengelola penyaluran Kredit Yang Diberikan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk di masa yang akan datang.

10. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang menjadi landasan dalam menyelidiki penngaruh tingkat inflasi, sumber dana bank terhadap posisi kredit di perbankan adalah dengan menggunakan metode analisis Regresi Linear Berganda.

Peneliti mengambil Bank Persero sebagai objek penelitian. Bank Persero tersebut terdiri dari Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Ekspor Indonesia, Bank BTN dan Bank BRI. Dan dari objek tersebut, maka peneliti akan mengambil inflasi, DPK dan suku bunga kredit modal kerja sebagai variabel yang akan diteliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya


(65)

variabel- variabel tersebut terhadap posisi kredit modal kerja. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel- variabel tersebut peneliti mencoba menganalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh satu variabel terhadap variabel lain. Uji regresi berganda ini terdiri dari uji t yaitu untuk mengetahui hubungan variabel secara parsial. Dan uji F yaitu untuk mengetahui hubungan variabel secara simultan.

Disamping itu, peneliti juga menggunakan uji asumsi klasik untuk mengetahui lebih jelas model regresi linear berganda tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi- asumsi klasik statistik, baik itu multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi untuk mengetahui hubungan antar variabel yang satu dengan yang lainnya yang berlandaskan teori.


(66)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Posisi Kredit Modal Kerja

Bank Persero

BNI Bank Mandiri Bank Ekspor

Indonesia

BTN BRI

DPK

Inflasi Suku Bunga Kredit

Modal Kerja

Analisis Regresi Berganda

Uji Asumsi Klasik


(67)

11. Hipotesis Penelitian

Sesuai kerangka pemikiran latar belakang dan pembatasan masalah, untuk mencapai tujuan penelitian ini akan diuji sebagai berikut :

1. H0 = Diduga tingkat Inflasi, DPK, dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja

tidak berpengaruh terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero secara parsial.

H1 = Diduga tingkat Inflasi, DPK, dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja

berpengaruh terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero secara parsial.

2. H0 = Diduga tingkat Inflasi, DPK, dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja

tidak berpengaruh terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero secara simultan

H1 = Diduga tingkat Inflasi, DPK dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja

berpengaruh terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero secara simultan

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Inflasi, DPK, Suku Bunga Kredit Modal Kerja Berpengaruh terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero

2. Tingkat Inflasi, DPK, Suku Bunga Kredit Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Posisi Kredit Modal Kerja Bank Persero.


(68)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup

Penelitian dilakukan terhadap Bank Persero, yang di dalamnya terdiri dari 5 Bank yaitu Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Ekspor Indonesia, Bank BTN dan Bank BRI. Pada penelitian ini objek yang difokuskan antara lain:

1. Perbandingan posisi kredit modal kerja pada kelompok bank persero

2. Pengaruh antara inflasi, sumber dana pihak ketiga, suku bunga kredit

terhadap posisi kredit modal kerja pada kelompok bank persero. B. Metode Penentuan Sampel

Penulis menggunakan Judgement Sampling dalam metode penentuan

sampel dimana pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata.

Judgement sampling yaitu, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan bahan penelitian (www.gunadarma.ac.id).

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data yang akurat, penulis menggunakan beberapa cara yang diambil dari subjek penelitian. Menurut pendapat Prof. Dr. Mengutip pendapat Mc. Leod (1995) pengertian data dari sudut ilmu sistem informasi adalah suatu fakta dan angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai. Menurut Husein Umar (2002:82) bila dilihat dari sumber datanya,


(69)

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisisn kuesioner. Sedangkan data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik pihak pengumpul data primer atau pihak lain (Husein Umar, 2002:82). Pengumpulan data sekender dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, seperti dibawah ini :

a. Riset Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengunjungi lembaga yang terkait dengan penelitian, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan, Bank Indonesia (BI), kemudian mengumpulkan, memahami dan membaca buku, literatur, laporan jurnal penelitian terdahulu, internet dan lain sebagainya.

b. Tekhnik Dokumentasi

Teknik Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari perusahaan yang terdiri dari sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan bidang usaha.

D.Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi

berganda dengan bantuan software SPSS for Windows 17. Penggunaan

metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.


(70)

Analisis pengaruh terhadap tingkat inflasi, sumber dana pihak ketiga, dan suku bunga kredit dilakukan dengan pendekatan Regresi Linear Berganda . 1. Pengujian Regresi Berganda

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh inflasi, DPK, suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja pada bank persero.

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Dimana :

Y = Posisi Kredit Modal Kerja (Rp) a = Konstanta

X1 = Inflasi (%)

X2 = DPK (Rp)

X3 = Suku Bunga Kredit Modal Kerja(%)

e = Error 2. Uji t

Uji t – test digunakan untuk membandingkan rata-rata mean (Wattsan dan Parramor: 2000) dan untuk varians yang tidak sama/ berbeda. Tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen (Nugroho, 2005: 54). Nilai dari uji t-test dapat dilihat pada masing-masing variabel independen, jika thitung > ttabel dengan taraf nyata 5% maka Ho


(71)

kelompok bank berdasarkan variable tertentu. Mekanisme t – test dapat dijelaskan dengan beberapa tahapan berikut (Ibnu Faliah, 2004)

a. Menghitung rata-rata (mean )

X1 = X1 X2 = X2

n1 n2

b. Derajat kebebasan (degree of freedom)

Df = ( n1 + n2 ) – 1

c. Menentukan Hipotesis

H0 = j = 0 (rata-rata populasi kredit modal kerja bank adalah sama)

H1 = J 0 (rata-rata populasi kredit modal kerja bank adalah berbeda).

Pengambilan keputusan

1. Jika Sig / probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

2. Jika Sig / probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

Atau

1. Jika t hitung > t table maka H0 diterima

2. Jika t hitung < t table maka H0 ditolak

3. Uji F

Uji F ( Levene`s Test ) digunakan untuk mengetahui ( Varians ) kedua nilai sama atau berbeda, jika kedua nilai mempunyai varians yang sama

maka tidak ada angka untuk t – test Equal Variance Not Assumed

(diasumsikan kedua varians berbeda / tidak sama ). Hipotesis:


(1)

Lampiran 4

Data Posisi Kredit KMK (%)

Bulan Posisi Kredit Bulan Posisi Kredit Bulan Posisi Kredit

Jan 06 11.43 Mei 07 11.61 Sept 08 12.16

Feb 06 11.44 Jun 07 11.71 Okt 08 12.19

Mar 06 11.47 Jul 07 11.70 Nov 08 12.22

Apr 06 11.48 Agust 07 11.72 Des 08 12.16

Mei 06 11.49 Sep 07 11.76 Jan 09 12.18

Jun 06 11.53 Okt 07 11.77 Feb 09 12.21

Jul 06 11.52 Nov 07 11.79 Mar 09 12.23

Agust 06 11.53 Des 07 11.87 Apr 09 12.25

Sep 06 11.57 Jan 08 11.79 Mei 09 12.30

Okt 06 11.57 Feb 08 11.82 Jun 09 12.29

Nov 06 11.58 Mar 08 11.88 Jul 09 12.31

Des 06 11.65 Apr 08 11.91 Agust 09 12.32

Jan 07 11.57 Mei 08 11.96 Sept 09 12.33

Feb 07 11.59 Jun 08 12.04 Okt 09 12.34

Mar 07 11.62 Jul 08 12.11 Nov 09 12.37

Apr 07 11.62 Agus 08 12.14 Des 09 12.39


(2)

Lampiran 5

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .876a .753 .710 126129.35

a. Predictors: (Constant), suku_bunga, inflasi, dpk b. Dependent Variable: posisi_kredit

ANOVAb

Model

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 9.619E10 3 3.206E10 183.239 .000a

Residual 7.699E9 44 1.750E8


(3)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -65454.071 28312.759 -2.312 .026

inflasi -221.624 483.814 -.020 -.458 .649

dpk .472 .054 .667 8.719 .000

suku_bunga 1085.863 209.839 .338 5.175 .000

e. Dependent Variable: posisi_kredit Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleran

ce VIF

1(Constant) -65454.071 28312.759 -2.312 .026

inflasi -221.624 483.814 -.020 -.458 .649 .546 1.830

dpk .472 .054 .667 8.719 .000 .182 5.486

sukubunga 1085.863 209.839 .338 5.175 .000 .250 3.999


(4)

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.322a

a. Predictors: (Constant), kredit kmk, inflasi, dpk Observed Cum Prob

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

E

xp

ec

te

d

C

um

P

ro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(5)

Regression Standardized Residual

2 1 0 -1 -2 -3 -4

F

re

q

u

e

n

c

y

12.5

10.0

7.5

5.0

2.5

0.0

Histogram

Dependent Variable: posisi_kredit

Mean =-2.71E-15 Std. Dev. =0.968


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Deposito Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, KC Balai Kota Medan

6 82 67

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Di PT. Bri Persero Tbk Cabang Balige

2 48 98

Analisis pengaruh tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi, tingkat suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja : studi kasus pada kelompok bank diperbankan indonesia

0 3 129

Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit, Non Performing Loan Return On Asset dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar tehadap Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Persero (Bank Persero periode 2007-2012)

1 30 151

Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Suku Bunga Kredit Terhadap Volume Penyaluran Kredit Pada Bank Danamon Tbk

1 13 164

PENGARUH PERTUMBUHAN TABUNGAN, INFLASI DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM PENGARUH PERTUMBUHAN TABUNGAN, INFLASI DAN SUKU BUNGA KREDIT TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM PERIODE 2004-2011.

0 3 14

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT, TINGKAT INFLASI DAN SIMPANAN NASABAH TERHADAP KREDIT INVESTASI PADA BANK UMUM DI SURABAYA.

0 0 98

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT, TINGKAT INFLASI DAN SIMPANAN NASABAH TERHADAP KREDIT INVESTASI PADA BANK UMUM DI SURABAYA.

0 0 101

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA KREDIT, TINGKAT INFLASI DAN SIMPANAN NASABAH TERHADAP KREDIT INVESTASI PADA BANK UMUM DI SURABAYA

0 0 22

ANALISA RISIKO KREDIT MODAL KERJA DITINJAU DARI SUKU BUNGA DAN JENIS JAMINAN KREDIT

0 0 113