Penemuan dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif

57 Bank-bank umum milik pemerintah daerah adalah Bank-bank Pembangunan Daerah yang pendiriannya didasarkan pada Undang-undang No. 13 Tahun 1962. Dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank Pembangunan Daerah BPD tersebut harus memilih dan menetapkan badan hukumnya apakah menjadi perseroan terbatas, Koperasi, atau Perusahaan Daerah sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang tersebut di atas. Jumlah Bank Pembangunan Daerah BPD sampai dengan Mei 2010 mencapai 26 bank.

B. Penemuan dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007, SPSS 17.0 dan Amos 16 untuk dapat megolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel eksogen; inflasi, Nilai Tukar Kurs dan jumlah uang beredar M2. Sedangkan variabel endogen; DPK dan volume transaksi PUAB.

a. Analisis Deskriptif Variabel Inflasi

Menurut Sadono Sukirno 2004:27 inflasi adalah kenaikan harga- harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Menurut Boediono 2001:161 Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk naik secara umum dan terus menerus. 58 Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga-harga lain. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. Khalwaty, 2001:5. Data inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per bulan periode Januari 2005 - Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id . Tabel 4.1 Data Inflasi BULAN INFLASI 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 0.0061 0.0142 0.0052 0.0061 0.0076 0.0031 FEB 0.006 0.0149 0.0053 0.0062 0.0072 0.0032 MAR 0.0073 0.0131 0.0054 0.0068 0.0066 0.0029 APR 0.0068 0.0128 0.0058 0.0075 0.0061 0.0033 MEI 0.0062 0.013 0.005 0.0087 0.005 0.0035 JUN 0.0062 0.0129 0.0048 0.0092 0.003 0.0042 JUL 0.0065 0.0126 0.0051 0.0099 0.0023 - AGT 0.0069 0.0124 0.0054 0.0099 0.0023 - SEP 0.0076 0.0121 0.0058 0.0101 0.0024 - OKT 0.0149 0.0052 0.0057 0.0098 0.0021 - NOV 0.0153 0.0044 0.0056 0.0097 0.002 - DES 0.0143 0.0055 0.0055 0.0092 0.0023 - Sumber: Data diolah Tabel 4.1 menunjukkan fluktuasi tingkat inflasi periode Januari 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian ini tingkat inflasi terendah terjadi bulan November 2009 yaitu sebesar 0,002, sedangkan tingkat 59 inflasi tertinggi terjadi pada bulan November 2005 yaitu sebesar 0,0153. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut: Gambar 4.2 Inflasi Sumber: Data diolah

b. Analisis Deskriptif Variabel Nilai Tukar Kurs

Menurut Adiwarman A. Karim 2006:157 exchange rates nilai tukar uang atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan quatation harga pasar dari mata uang asing foreign currency dalam harga mata uang domestik domestik currency atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Apabila kurs riil tinggi, barang-barang dari luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik menjadi lebih mahal, begitu pun sebaliknya, Prof. Gregory Mankiw 2006:130. 60 Data nilai tukar yang digunakan adalah data bulanan nilai tukar periode Januari 2005 – Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id . Tabel 4.2 Data Nilai Tukar Kurs BULAN Nilai Tukar Rp 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 9165 9395 9090 9291 11355 9365 FEB 9260 9230 9160 9051 11980 9335 MAR 9480 9075 9118 9217 11575 9115 APR 9570 8775 9083 9234 10713 9012 MEI 9495 9220 8828 9318 10340 9180 JUN 9713 9300 9054 9225 10225 9083 JUL 9819 9070 9186 9118 9920 - AGT 10240 9100 9410 9153 10060 - SEP 10310 9235 9137 9378 9681 - OKT 10090 9110 9103 10995 9545 - NOV 10035 9165 9376 12151 9480 - DES 9830 9020 9419 10950 9400 - Sumber: Data diolah Tabel 4.2 menunjukkan fluktuasi nilai tukar Rp pada periode Januari 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian ini, nilai tukar Rp terendah terjadi pada bulan Mei 2007 yaitu sebesar Rp. 8.828,-, sedangkan nilai tukar Rp tertinggi terjadi pada bulan November 2008 yaitu sebesar Rp. 12.151,-. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut. 61 Gambar 4.3 Grafik Nilai Tukar Kurs Sumber: Data diolah

c. Analisis Deskriptif Variabel Tingkat Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan atas utang yang memiliki jangka waktu pendek antara 1-3 bulan dengan sistem diskontobunga. Sertifikat Bank Indonesia merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme BI rate suku bunga BI, yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Data suku bunga SBI 62 yang digunakan adalah perkembangan suku bunga SBI 1 bulan periode Januari 2005 – Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id . Tabel 4.3 Data Suku Bunga SBI BULAN Suku Bunga SBI 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 0.0062 0.0106 0.0079 0.0067 0.0079 0.0054 FEB 0.0062 0.0106 0.0077 0.0066 0.0073 0.0053 MAR 0.0062 0.0106 0.0075 0.0066 0.0068 0.0052 APR 0.0064 0.0106 0.0075 0.0067 0.0063 0.0052 MEI 0.0066 0.0104 0.0073 0.0069 0.006 0.0053 JUN 0.0069 0.0104 0.0071 0.0073 0.0058 0.0052 JUL 0.0071 0.0102 0.0069 0.0077 0.0056 - AGT 0.008 0.0098 0.0069 0.0077 0.0055 - SEP 0.0083 0.0094 0.0069 0.0081 0.0054 - OKT 0.0092 0.009 0.0069 0.0092 0.0054 - NOV 0.0102 0.0085 0.0069 0.0094 0.0054 - DES 0.0106 0.0081 0.0067 0.009 0.0054 - Sumber: Data diolah Tabel 4.3 menunjukkan fluktuasi tingkat suku bunga SBI pada periode Januari 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian ini, tingkat suku bunga SBI terendah terjadi pada bulan Maret, April dan Juni 2010 yaitu sebesar 0,0052, sedangkan tingkat suku bunga SBI tertinggi terjadi pada bulan Desember 2005 dan Januari, Februari, Maret dan April 2006 yaitu sebesar 0,0106. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut: 63 Gambar 4.4 Grafik Suku Bunga SBI Sumber: Data diolah

d. Analisis Deskriptif Variabel Jumlah Uang Beredar M2

Uang beredar yang umum digunakan di Indonesia dapat digunakan dalam dua kategori yaitu uang beredar dalam arti sempit atau narrow money M1 dan uang beredar dalam arti luas atau broad money M2. M1 terdiri atas uang kartal yang beredar dimasyarakat tidak termasuk uang kartal yang ada dibank ditambah dengan uang giral. M2 merupakan penjumlahan dari M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi quasi money, menurut Dahlan Siamat, 2005:93. Jumlah uang yang beredar ini selalu dikendalikan jumlahnya oleh Bank Sentral atau Otoritas Moneter agar tidak melebihi kebutuhan perekonomian. Data jumlah uang beredar yang digunakan adalah data bulanan jumlah uang beredar periode Januari 2005 – Juni 2010. Data tersebut 64 diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia SEKI pada situs www.bi.go.id Tabel 4.4 Data Jumlah Uang Beredar M2 BULAN Jumlah Uang Beredar dalam Milyaran Rupiah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 1017491 1194939 1367957 1596565 1874145 2073860 FEB 1014377 1197771 1369244 1603750 1900208 2066481 MAR 1022703 1198748 1379237 1594390 1916752 2111350 APR 1046655 1197122 1385715 1611691 1912623 2115125 MEI 1049516 1241866 1396069 1641733 1927070 2142339 JUN 1076526 1257785 1454578 1703381 1977532 2230237 JUL 1092206 1252815 1474769 1686050 1960950 - AGT 1119102 1274084 1493051 1682811 1995294 - SEP 1154052 1294745 1516884 1778139 2018294 - OKT 1168841 1329426 1533845 1812490 2021517 - NOV 1169085 1341940 1559569 1851023 2062206 - DES 1202763 1382493 1649663 1895839 2141384 - Sumber: Data diolah Tabel 4.4 menunjukkan fluktuasi jumlah uang beredar pada periode Januari 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian ini, jumlah uang beredar terendah terjadi pada bulan Januari 2005 yaitu sebesar Rp. 1.017.491,- milyar, sedangkan jumlah uang beredar tertinggi terjadi pada bulan Juni 2010 yaitu sebesar Rp. 2.230.237,- milyar. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut. 65 Gambar 4.5 Grafik Jumlah Uang Beredar M2 Sumber: Data diolah

e. Analisis Deskriptif Variabel Dana Pihak Ketiga DPK

Menurut Slamet Riyadi 2006:79 Dana Pihak Ketiga DPK adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat. Data Dana Pihak Ketiga DPK yang digunakan adalah jumlah penghimpunan DPK pada Bank Pembangunan Daerah BPD periode Januari 2005 – Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia SPI pada situs www.bi.go.id . 66 Tabel 4.5 Data Dana Pihak Ketiga DPK BULAN DPK dalam Milyaran Rupiah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 60338 87338 124011 127864 151045 160376 FEB 61774 92143 129630 135187 155017 164539 MAR 63904 96396 134873 141028 166111 181181 APR 62461 100825 137451 140927 172660 184041 MEI 63145 115291 138051 148815 171724 183098 JUN 69672 117107 140308 144359 171573 198673 JUL 73653 114775 145782 147245 169456 - AGT 78208 125450 152525 146383 173696 - SEP 77658 125549 153631 159201 173873 - OKT 73336 127647 150537 166004 175135 - NOV 77554 127796 151479 162210 168015 - DES 85283 129141 134287 143262 152251 - Sumber: Data diolah Tabel 4.5 menunjukkan perkembangan jumlah DPK pada Bank Pembangunan Daerah BPD periode Januari 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian ini, jumlah DPK terendah terjadi pada bulan Januari 2005 yaitu sebesar Rp 60.338,- milyar, sedangkan jumlah DPK tertinggi terjadi pada bulan Juni 2010 yaitu sebesar Rp 198.763,- milyar. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut. 67 Gambar 4.6 Grafik Dana Pihak Ketiga DPK Sumber: Data diolah

f. Analisis Deskriptif Variabel Volume Transaksi Pasar Uang Antar

Bank PUAB Pasar uang antar bank atau sering disebut interbank call money market atau sering disingkat dengan call money, merupakan sumber yang paling cepat untuk memperoleh dana bagi bank. Sumber dana PUAB ini sering digunakan bagi bank-bank yang sedang mengalami kekalahan kliring, yaitu suatu keadaan dimana jumlah tagihan yang masuk lebih besar dibandingkan tagihan keluar, menurut Dahlan Siamat 2005:303. Data volume transaksi PUAB yang digunakan adalah volume transaksi PUAB periode Januari 2005 – Juni 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia SEKI pada situs www.bi.go.id 68 Tabel 4.6 Data Volume Transaksi PUAB BULAN Volume Transaksi PUAB dalam Milyaran Rupiah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 JAN 120685 151683 243302 342519 301488 101299 FEB 113979 158793 233463 150616 161603 124915 MAR 122723 185813 304700 596200 323086 335669 APR 122490 145153 233776 360650 205518 257000 MEI 119705 185141 252704 359267 178027 24551 JUN 142040 158535 243641 313608 80427 160901 JUL 130043 173439 264821 562135 148067 - AGT 124818 174509 251285 565389 66088 - SEP 118103 186483 260787 333200 61365 - OKT 170506 167942 199923 251245 149915 - NOV 94531 179248 240313 152048 47000 - DES 140032 214313 206030 162640 135361 - Sumber: Data diolah Tabel 4.6 menunjukkan fluktuasi volume transaksi PUAB pada periode Januari 2005 - Juni 2010. Pada masa penelitian, volume transaksi PUAB terendah terjadi pada bulan Mei 2010 yaitu sebesar Rp 24.551,- milyar, sedangkan volume transaksi PUAB tertinggi terjadi pada Maret 2008 yaitu sebesar Rp 596.200,- milyar. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif, data tersebut dapat kita lihat melalui grafik sebagai berikut: 69 Gambar 4.7 Grafik Volume Transaksi PUAB Sumber: Data diolah 2. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Jumlah Uang Beredar M2 dan Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga DPK serta Implikasinya terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Pada Bank Pembangunan Daerah BPD Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur yang pertama menganalisis pengaruh inflasi, Nilai Tukar Kurs, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar M2 sebagai variabel eksogen terhadap Dana Pihak Ketiga DPK sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis pengaruh inflasi, Nilai Tukar Kurs, suku bunga SBI, jumlah uang beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK sebagai variabel eksogen terhadap volume transaksi PUAB sebagai variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut. 70 Gambar 4.8 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan Sumber: Data diolah

a. Analisis Korelasi

Korelasi antara Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Korelasi Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas Inflasi - - M2 -0.543 0.000 M2 - - Kurs 0.266 0.038 M2 - - SBI -0.578 0.000 Inflasi - - Kurs 0.057 0.644 Kurs - - SBI 0.049 0.692 Inflasi - - SBI 0.890 0.000 Sumber: Data diolah INFLASI KURS SBI M2 .89 DPK .28 PUAB -.54 .27 -.58 .05 .06 .89 -.31 -.15 .41 1.03 .89 -1.03 1.26 -.05 -.78 e1 e2 71 1 Korelasi antara Inflasi terhadap Jumlah Uang Beredar M2 Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel Inflasi terhadap Jumlah Uang Beredar M2. Untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Ha : Ada hubungan korelasi yang signifikan antara dua variabel. Pengujian berdasarkan signifikan: • Jika probabilitas 0,05 maka H diterima • Jika probabilitas 0,05 maka H ditolak Korelasi sebesar -0,543 mempunyai maksud hubungan antara variabel inflasi terhadap jumlah uang beredar kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan inflasi, maka jumlah uang beredar akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan. 72 2 Korelasi antara Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Nilai Tukar Kurs Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel jumlah uang beredar M2 terhadap Nilai Tukar Kurs sebesar 0,266. Korelasi sebesar 0,266 mempunyai maksud hubungan antara variabel jumlah uang beredar M2 terhadap Nilai Tukar Kurs cukup kuat dan searah. Searah artinya jika jumlah uang beredar M2 mengalami kenaikan maka Nilai Tukar Kurs juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,038 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan. 3 Korelasi antara Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Suku Bunga SBI Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel jumlah uang beredar M2 terhadap suku bunga SBI sebesar -0,578. Korelasi sebesar -0,578 mempunyai maksud hubungan antara variabel jumlah uang beredar M2 terhadap suku bunga SBI kuat dan berlawanan. Berlawanan artinya apabila terjadi kenaikan jumlah uang beredar M2 maka tingkat suku bunga SBI akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 0,05 maka telah 73 cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan. 4 Korelasi antara Inflasi terhadap Nilai Tukar Kurs Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel inflasi terhadap Nilai Tukar Kurs sebesar 0,057. Korelasi sebesar 0,057 mempunyai maksud hubungan antara inflasi terhadap variabel Nilai Tukar Kurs sangat lemah dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi maka Nilai Tukar Kurs juga akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,644 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 5 Korelasi antara Nilai Tukar Kurs terhadap Suku Bunga SBI Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel Nilai Tukar Kurs terhadap suku bunga SBI sebesar 0,049. Korelasi sebesar 0,049 mempunyai maksud hubungan antara variabel Nilai Tukar Kurs terhadap suku bunga SBI sangat lemah dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan Nilai Tukar Kurs maka suku bunga SBI juga akan mengalami peningkatan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,692 0,05 maka tidak cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi tidak signifikan. 74 6 Korelasi antara Inflasi terhadap Suku Bunga SBI Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara variabel inflasi terhadap suku bunga SBI sebesar 0,890. Korelasi sebesar 0,890 mempunyai maksud hubungan antara variabel inflasi dan suku bunga SBI sangat kuat dan searah. Searah artinya apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi, maka suku bunga SBI juga akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai probabilitas sebesar 0,000 0,05 maka telah cukup bukti untuk menolak Ho dan menerima Ha sehingga korelasi signifikan.

b. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga

SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Gambar hasil analisis diagram jalur Substruktur pertama adalah: Gambar 4.9 Diagram Jalur Substruktur I Sumber : Output AMOS 16 INFLASI KURS SBI M2 DPK -.54 .27 -.58 .05 .06 .89 -.31 -.15 .41 1.03 e1 .89 75 Analisis jalur substruktur yang pertama adalah menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability lihat lampiran. Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16 adalah sebagai berikut. Tabel 4.8 Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI dan M2 terhadap DPK Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - DPK -0.308 0.000 0.891 Kurs - - DPK -0.145 0.000 SBI - - DPK 0.412 0.000 M2 - - DPK 1.029 0.000 Sumber : Data diolah Untuk melihat pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 secara gabungan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK, kita dapat melihat hasil perhitungan pada tabel 4.8 khususnya angka R square. Besarnya angka R square r 2 adalah 0,891. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel Inflasi, Nilai 76 Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 secara gabungan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK dengan cara menghitung koefisien determinasi KD dengan menggunakan rumus berikut: KD = r 2 x 100 KD = 0,891x 100 KD = 89,1 Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK secara simultan adalah 89,1, sedangkan sisanya sebesar 10,9 100-89,1 dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 adalah sebesar 89,1, sementara pengaruh yang disebabkan oleh variabel-variebel lain di luar model ini adalah sebesar 10,9. Untuk melihat besarnya pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.8, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 77 1 Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan dana pihak ketiga DPK, dapat melakukan langkah- langkah analisis sebagai berikut: Ketentuan Hipotesis: Ho : Tidak ada hubungan linier antara Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Ha : Ada hubungan linier antara Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Dengan kriteria sebagai berikut: • Jika probabilitas penelitian 0,05 maka H ditolak dan Ha diterima. • Jika probabilitas penelitian 0,05 maka H diterima dan Ha ditolak. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga DPK sebesar -0.308 atau -30,8. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga DPK akan mengalami 78 penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patria Yunita 2007 bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap dana pihak ketiga. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi, maka Dana Pihak Ketiga akan mengalami penurunan diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi negara. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Rossar Maries 2008:65 yang menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan dari inflasi adalah berkurangnya pendapatan riil masyarakat yang diakibatkan turunnya nilai riil uang. Dengan turunnya nilai riill uang tersebut mengakibatkan pendapatan riil yang diperoleh menjadi berkurang. Berkurangnya pendapatan yang diperoleh mengakibatkan kemampuan nasabah untuk menabung atau untuk menyimpan uangnya di bank menjadi turun, karena pendapatan yang diperoleh habis digunakan untuk konsumsi. 2 Pengaruh Antara Variabel Nilai Tukar Kurs Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Nilai Tukar Kurs dengan Dana 79 Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh Nilai Tukar Kurs dengan Dana Pihak Ketiga DPK sebesar -0.145 atau -14,5. Nilai Tukar Kurs memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila nilai tukar mengalami kenaikan, maka jumlah DPK akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darna 2006:80 bahwa nilai tukar exchange rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah DPK. Menurutnya, depresiasi nilai tukar diikuti dengan kenaikan tingat bunga yang akan berpengaruh langsung terhadap menurunnya kegiatan ekonomi di sektor riil yang merupakan sektor utama bagi penyaluran dana perbankan syariah. Selain itu, kenaikan suku bunga dapat mendorong para nasabah kelompok rasional pada perbankan syariah untuk menarik dana simpanannya untuk dipindahkan ke bank konvesional. Alasannya adalah dengan tingkat bunga yang tinggi dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi secara tajam, tingkat bagi hasil perbankan syariah tidak mungkin dapat bersaing dengan tingkat bunga bank konvensional. Sehingga saat rupiah terdepresiasi akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan jumlah DPK bank konvensional. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Pariyo 2004 apabila Rupiah mengalami depresiasi penurunan nilai mata uang dalam negeriRupiah terhadap mata uang luar negeriUSD, maka DPK mengalami 80 kenaikan, sebaliknya jika Rupiah mengalami Apresiasi maka DPK akan mengalami penurunan. 3 Pengaruh Antara Suku Bunga SBI Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga DPK sebesar 0.412 atau 41,2. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan. Teorinya, tingkat suku bunga SBI mempengaruhi perbankan konvensional dalam menentukan tingkat bunga simpanan dan kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku simpanan dan kredit yang ditawarkan oleh bank juga akan semakin tinggi. Pada umumnya, nasabah bank di Indonesia sangat tertarik terhadap suku bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank. Saat suku bunga simpanan tinggi, para nasabah lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu, jumlah DPK bank juga mengalami peningkatan. Teori ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ponco 2006 dalam Ilman Rahdiyat 2009:92 bahwa dari sisi konsumen 81 deposan meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga DPK perbankan meningkat. 4 Pengaruh Antara Jumlah Uang Beredar M2 Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK sebesar atau 1,029 atau 102,9. Jumlah Uang Beredar M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila Jumlah Uang Beredar M2 mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga DPK juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossar Maries 2008:78 bahwa jumlah M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap DPK. Ini berarti apabila jumlah M2 mengalami peningkatan menyebabkan jumlah DPK yang dihimpun juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan jumlah M2, memberikan tambahan dana segar bagi perbankan nasional secara umum. Peningkatan jumlah M2 juga menandakan kenaikan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi 82 pada deposito berjangka. Maka jumlah DPK meningkat seiring dengan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukann investasi pada deposito berjangka di bank.

c. Analisis Jalur Pengaruh Variabel Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku

Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Adapun gambar hasil analisis diagram jalur Substruktur Kedua adalah sebagai berikut: Gambar 4.10 Diagram Jalur Substruktur II Sumber : Output AMOS 16 Analisis jalur sub struktur yang kedua adalah menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2, dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB baik secara simultan INFLASI KURS SBI M2 DPK .28 PUAB -.54 .27 -.58 .05 .06 .89 .89 -1.03 1.26 -.05 -.78 e2 83 maupun secara parsial. Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability lihat pada lampiran . Adapun Ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan Software AMOS 16 adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI, M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - PUAB 0.891 0.000 0.281 Kurs - - PUAB -0.048 0.694 SBI - - PUAB -0.782 0.004 M2 - - PUAB -1.028 0.004 DPK - - PUAB 1.262 0.000 Sumber : Data diolah Untuk melihat pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB secara gabungan dapat dilihat pada tabel 4.9 kolom R Square. Besarnya angka R square r 2 adalah sebesar 0,281. Angka tersebut menjelaskan bahwa pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB secara 84 simultan adalah 28,1 0,281 x 100, sedangkan sisanya sebesar 71,9 100 - 28,1 dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar 28,1, sementara pengaruh 71,9 disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini. Untuk melihat besarnya pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB secara parsial, digunakan kolom estimasi pada tabel 4.9, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan kolom probabilitas. 1 Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Besarnya pengaruh Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar 0,891 atau 89,1. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Artinya, 85 apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tony Hidayat 2007:112 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara inflasi dan PUAS. Dampak dari kenaikan inflasi salah satunya adalah menurunkan pendapatan riil masyarakat. Menurunnya pendapatan riil masyarakat menyebabkan Non Performing Financing NPF bank meningkat. Sehingga, dalam hal ini perilaku perbankan cenderung risk averse dengan menaruh kelebihan likuiditasnya di pasar uang antar bank, dari pada menyalurkannnya ke kredit saat tingkat inflasi meningkat. Di sisi lain, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga kredit. Saat tingkat suku bunga kredit naik, akan mengurangi minat masyarakat untuk mengajukan kredit kepada bank. Sehingga bank akan cenderung menaruh kelebihan likuditasnya di pasar uang antar bank dari pada menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat saat tingkat inflasi tinggi. 2 Pengaruh antara variabel Nilai Tukar Kurs terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0.694 0,05. Maka tidak cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, tidak ada hubungan linier antara variabel Nilai Tukar Kurs 86 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Besarnya pengaruh Nilai Tukar Kurs terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar -0,048 atau -4,8. Nilai Tukar Kurs memiliki pengaruh yang tidak signifikan dan negatif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Artinya, tidak ada hubungan antara Nilai Tukar Kurs terhadap Volume Transaksi PUAB. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eep Syaefullah Fatah 2010:81 bahwa nilai tukar rupiah tidak signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAS. Secara teori, nilai tukar rupiah tidak berhubungan secara langsung dengan transaksi yang terjadi di pasar uang antar bank. Fungsi dari pasar uang antar bank adalah untuk memfasilitasi bank-bank dalam memlihara likuiditasnya. Salah satu faktor utama bangkrutnya suatu bank bukanlah karena kerugian yang dideritanya, melainkan karena bank tidak mampu dalam mengelola likuiditasnya. 3 Pengaruh Antara Variabel Suku Bunga SBI Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0.004 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Besarnya pengaruh 87 Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar -0,782 atau -78,2. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Artinya, apabila suku bunga SBI meningkat maka volume transaksi PUAB akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulmi 2002:62 bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Transaksi keuangan yang terjadi di pasar uang antar bank PUAB lebih banyak digunakan untuk memanfaatkan kelebihan atau menutupi kekurangan likuiditas. Alternative penanam dalam PUAB merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, karena selain untuk tujuan likuiditas, juga harus mempertimbangkan tingkat resiko dan tingkat income yang akan diperoleh dari transaksi tersebut. Apabila suku bunga PUAB lebih tinggi dari suku bunga SBI, maka bank-bank lebih cenderung untuk menempatkan dananya di PUAB. Sebaliknya, apabila suku bunga SBI lebih tinggi dari suku bunga PUAB, bank-bank lebih cenderung menempatkan dananya di SBI. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Zainuddin H. Nasution 2002:80 bahwa suku bunga akan naik sebagai respon dari melemahnya nilai tukar rupiah. Kecenderungan suku bunga tercermin dari naiknya suku bunga SBI. Meningkatnya suku bunga SBI, berdampak pada naiknya suku bunga jangka pendek seperti PUAB. Saat suku bunga 88 PUAB mengalami kenaikan, maka pihak bank yang kelebihan dana kredior akan menempatkan dananya di pasar uang antar bank, guna memperoleh pendapatan daripada membiarkan dananya menganggur idle fund. 4 Pengaruh Antara Variabel Jumlah Uang Beredar M2 Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,004 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar -1,028 atau -102,8. Jumlah Uang Beredar M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan Jumlah Uang Beredar M2, maka Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Menurut teori Sadono Sukirno 2005:233 salah satu kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dalam mengatur jumlah uang yang beredar adalah dengan operasi pasar terbuka, yaitu Bank Sentral membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah uang yang beredar dengan cara melakukan jual beli surat-surat berharga. Pada waktu 89 perekonomian sedang mengalami resesi, untuk mendorong kegiatan ekonomi, maka uang beredar perlu ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-surat berharga. Uang beredar akan bertambah karena apabila Bank Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu, maka cadangan pada bank-bank akan bertambah tinggi. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut mereka dapat memberi pinjaman lebih banyak kepada nasabah. 5 Pengaruh Antara Variabel Dana Pihak Ketiga DPK Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Dana Pihak Ketiga DPK dengan Volume Transaksi PUAB. Besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga DPK dengan Volume Transaksi PUAB sebesar 1,262 atau 126,2. Dana Pihak Ketiga DPK memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK, maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan teori Selamet Riyadi 2006:26 bahwa semua sumber dana yang diperoleh dari Simpanan Giro, Tabungan dan Deposito akan dikumpulkan kemudian dialokasikan berurutan sesuai dengan 90 kebutuhannya. Mula-mula dari Primary Reserve, Secondary Reserve kemudian penempatan pada Inter Bank Money Market Pasar Uang Antar Bank. Menurut Dahlan Siamat 2005:441 salah satu fungsi adanya pasar uang antar bank adalah untuk menjembatani adanya kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran dana. Secara teori, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya DPK sehingga menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Bank akan menaruh likuiditasnya di pasar uang antar bank saat terdapat kelebihan likuiditas guna memperoleh pendapatan lebih daripada membiarkan dananya menganggur idle fund. Rangkuman seluruh pengujian pengaruh antar variabel eksogen dan endogen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 4.10 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan Inflasi DPK -0.308 0.000 Signifikan Kurs DPK -0.145 0.000 Signifikan SBI DPK 0.412 0.000 Signifikan M2 DPK 1.029 0.000 Signifikan Inflasi PUAB 0.891 0.000 Signifikan Kurs PUAB -0.048 0.694 Tidak Signifikan SBI PUAB -0.782 0.004 Signifikan M2 PUAB 1.028 0.004 Signifikan DPK PUAB 1.262 0.000 Signifikan Sumber : Data diolah 91

d. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit

Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model Goodness of Fit sebagai berikut. Tabel 4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Inflasi, Kurs, SBI dan M2 terhadap DPK serta Implikasinya terhadap Volume Transaksi PUAB Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali, 2008 Hasil Keterangan Absolut Fit Prob. 2 χ Tidak signifikan p 0.05 - Model tidak cocok 2 χ df ≤ 5 2 - - RMSEA 0.1 0.05 0.01 0.05 ≤ ≤ x 0.08 0.545 Poor Fit GFI ≥ 0.9 1 Perfect Fit Incremental Fit AGFI ≥ 0.9 - - TLI ≥ 0.9 - - NFI ≥ 0.9 1 Perfect Fit Parsimonious Fit PNFI 0-1.0 Poor Fit PGFI 0-1.0 Poor Fit Sumber : Data diolah Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak Terdefinisi maka pengujian tersebut dianggap kurang Fit. Hal ini disebabkan dalam model tersebut masih ada pengaruh antar variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis jalur model trimming. Analisis Jalur Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila koefisien betanya eksogen tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti menghilangkan salah satu jalur panah 92 yang memiliki koefisien betanya tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman hasil trimming model dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Modifikasi Indeks Goodness of Fit Cut-Off Value Hasil Uji Sebelum Trimming Trimming I Absolut Fit Prob. 2 χ Tidak signifikan p 0.05 - 0.694 Df 1 2 χ df ≤ 5 2 - 0.154 RMSEA 0.1 0.05 0.01 0.05 ≤ ≤ x 0.08 0.545 0.000 GFI ≥ 0.9 1 0.999 Incremental Fit AGFI ≥ 0.9 - 0.983 TLI ≥ 0.9 - 1.044 NFI ≥ 0.9 1 0.999 Parsimonious Fit PNFI 0-1.0 0.067 PGFI 0-1.0 0.048 Sumber: Data diolah Pada trimming pertama, jalur panah Nilai Tukar Kurs terhadap Dana Pihak Ketiga DPK dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,694 0,05 tidak signifikan. Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan menghilangkan jalur panah Nilai Tukar Kurs terhadap Dana Pihak Ketiga DPK, diperoleh indeks kesesuaian model yang cukup baik dan sudah tidak menunjukkan probabilitas yang lebih dari 0,05. Dari 93 modifikasi pertama, maka dapat diperoleh hasil perhitungan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Pengaruh antar Variabel Setelah Trimming Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan Inflasi - - DPK -0.308 0.000 Signifikan Kurs - - DPK -0.145 0.000 Signifikan SBI - - DPK 0.412 0.000 Signifikan M2 - - DPK 1.029 0.000 Signifikan Inflasi - - PUAB 0.901 0.000 Signifikan SBI - - PUAB -0.809 0.002 Signifikan M2 - - PUAB -1.095 0.000 Signifikan DPK - - PUAB 1.310 0.000 Signifikan Sumber: Data diolah Dikarenakan terjadi trimming yaitu dengan membuang bagian jalur yang tidak signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 terhadap DPK. 2. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB.

3. Analisis Jalur Setelah Trimming

Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 2 dua sub struktur. Yang pertama adalah menganalisis pengaruh antara pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 terhadap DPK 94 baik secara simultan maupun parsial. Yang kedua menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil perhitungan setelah trimming dengan menggunakan AMOS 16, maka dapat digambarkan diagram jalur setelah trimming sebagai berikut. Gambar 4.11 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming Sumber : Output Amos 16 Tabel 4.14 Hasil Korelasi antara Inflasi, Kurs, SBI dan M2 setelah Trimming Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas Inflasi - - M2 -0.543 0.000 M2 - - Kurs 0.266 0.038 M2 - - SBI -0.578 0.000 Inflasi - - SBI 0.890 0.000 Sumber : Data diolah INFLASI KURS SBI M2 .89 DPK .28 PUAB -.54 .27 -.58 .89 -.31 -.15 .41 1.03 .90 -1.10 1.31 -.81 e1 e2 95 Korelasi antara Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 kelompok Bank Pembangunan Daerah BPD di Indonesia tidak berbeda dengan analisis korelasi sebelum trimming.

a. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga

SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Secara Simultan dan Parsial Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur pertama adalah sebagai berikut. Gambar 4.12 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming Sumber : Output Amos 16 Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut. INFLASI KURS SBI M2 .89 DPK -.54 .27 -.58 .89 -.31 -.15 .41 1.03 e1 96 Tabel 4.15 Hasil Uji Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI dan M2 terhadap DPK Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - DPK -0.308 0.000 0.891 Kurs - - DPK -0.145 0.000 SBI - - DPK 0.412 0.000 M2 - - DPK 1.029 0.000 Sumber : Data diolah Besarnya pengaruh variabel Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK secara simultan adalah 89,1, sedangkan sisanya sebesar 10,9 100- 89,1 dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model ini. 1 Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh Inflasi dengan Dana Pihak Ketiga DPK sebesar -0.308 atau -30,8. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga DPK akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patria Yunita 2007 bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap dana pihak ketiga. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi, maka Dana 97 Pihak Ketiga akan mengalami penurunan diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Selain tingkat suku bunga, besarnya saving masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi ekonomi negara. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Rossar Maries 2008:65 yang menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan dari inflasi adalah berkurangnya pendapatan riil masyarakat yang diakibatkan turunnya nilai riil uang. Dengan turunnya nilai riill uang tersebut mengakibatkan pendapatan riil yang diperoleh menjadi berkurang. Berkurangnya pendapatan yang diperoleh mengakibatkan kemampuan nasabah untuk menabung atau untuk menyimpan uangnya di bank menjadi turun, karena pendapatan yang diperoleh habis digunakan untuk konsumsi. 2 Pengaruh Antara Variabel Nilai Tukar Kurs Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Nilai Tukar Kurs dengan Dana Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh Nilai Tukar Kurs dengan Dana Pihak Ketiga DPK sebesar -0.145 atau -14,5. Nilai Tukar Kurs memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila nilai tukar mengalami kenaikan, maka jumlah DPK akan mengalami 98 penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Darna 2006:80 bahwa nilai tukar exchange rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah DPK. Menurutnya, depresiasi nilai tukar diikuti dengan kenaikan tingat bunga yang akan berpengaruh langsung terhadap menurunnya kegiatan ekonomi di sektor riil yang merupakan sektor utama bagi penyaluran dana perbankan syariah. Selain itu, kenaikan suku bunga dapat mendorong para nasabah kelompok rasional pada perbankan syariah untuk menarik dana simpanannya untuk dipindahkan ke bank konvesional. Alasannya adalah dengan tingkat bunga yang tinggi dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi secara tajam, tingkat bagi hasil perbankan syariah tidak mungkin dapat bersaing dengan tingkat bunga bank konvensional. Sehingga saat rupiah terdepresiasi akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan jumlah DPK bank konvensional. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Pariyo 2004 apabila Rupiah mengalami depresiasi penurunan nilai mata uang dalam negeriRupiah terhadap mata uang luar negeriUSD, maka DPK mengalami kenaikan, sebaliknya jika Rupiah mengalami Apresiasi maka DPK akan mengalami penurunan. 99 3 Pengaruh Antara Suku Bunga SBI Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh suku bunga SBI dengan Dana Pihak Ketiga DPK sebesar 0.412 atau 41,2. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila suku bunga SBI mengalami kenaikan, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan. Teorinya, tingkat suku bunga SBI mempengaruhi perbankan konvensional dalam menentukan tingkat bunga simpanan dan kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku simpanan dan kredit yang ditawarkan oleh bank juga akan semakin tinggi. Pada umumnya, nasabah bank di Indonesia sangat tertarik terhadap suku bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank. Saat suku bunga simpanan tinggi, para nasabah lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu, jumlah DPK bank juga mengalami peningkatan. Teori ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ponco 2006 dalam Ilman Rahdiyat 2009:92 bahwa dari sisi konsumen deposan meningkatnya suku bunga akan menyebabkan dana pihak ketiga DPK perbankan meningkat. 100 4 Pengaruh Antara Jumlah Uang Beredar M2 Terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK sebesar atau 1,029 atau 102,9. Jumlah Uang Beredar M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Dana Pihak Ketiga DPK. Artinya, apabila Jumlah Uang Beredar M2 mengalami kenaikan, maka jumlah Dana Pihak Ketiga DPK juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossar Maries 2008:78 bahwa jumlah M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap DPK. Ini berarti apabila jumlah M2 mengalami peningkatan menyebabkan jumlah DPK yang dihimpun juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan jumlah M2, memberikan tambahan dana segar bagi perbankan nasional secara umum. Peningkatan jumlah M2 juga menandakan kenaikan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi pada deposito berjangka. Maka jumlah DPK meningkat seiring 101 dengan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukann investasi pada deposito berjangka di bank.

b. Analisis Jalur Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga

SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Secara Simultan dan Parsial Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur kedua adalah sebagai berikut. Gambar 4.13 Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming Sumber : Output Amos 16 Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam bentuk ringkasan tabel sebagai berikut. INFLASI SBI M2 DPK .28 PUAB -.54 -.58 .89 .90 -1.10 1.31 -.81 e2 102 Tabel 4.16 Hasil Uji Pengaruh Inflasi, SBI, M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi PUAB Pengaruh antar variable Estimasi Probabilitas R Square Inflasi - - PUAB 0.901 0.000 0.279 SBI - - PUAB -0.809 0.002 M2 - - PUAB -1.095 0.000 DPK - - PUAB 1.310 0.000 Sumber : Data diolah Besarnya pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB secara simultan adalah 27,9, sedangkan sisanya sebesar 72,1 100-27,9 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model ini. Besarnya pengaruh Inflasi terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 0,901 atau 90,1, pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -0,809 atau -80,9, pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -1,095 atau -109,5, dan pengaruh Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 1,310 atau 131. 1 Pengaruh Pengaruh Antara Variabel Inflasi Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Besarnya pengaruh Inflasi 103 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar 0,891 atau 89,1. Inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Artinya, apabila Inflasi mengalami kenaikan, maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tony Hidayat 2007:112 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara inflasi dan PUAS. Dampak dari kenaikan inflasi salah satunya adalah menurunkan pendapatan riil masyarakat. Menurunnya pendapatan riil masyarakat menyebabkan Non Performing Financing NPF bank meningkat. Sehingga, dalam hal ini perilaku perbankan cenderung risk averse dengan menaruh kelebihan likuiditasnya di pasar uang antar bank, dari pada menyalurkannnya ke kredit saat tingkat inflasi meningkat. Di sisi lain, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga kredit. Saat tingkat suku bunga kredit naik, akan mengurangi minat masyarakat untuk mengajukan kredit kepada bank. Sehingga bank akan cenderung menaruh kelebihan likuditasnya di pasar uang antar bank dari pada menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat saat tingkat inflasi tinggi. 104 2 Pengaruh Antara Variabel Suku Bunga SBI Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0.004 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Besarnya pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar -0,782 atau -78,2. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Artinya, apabila suku bunga SBI meningkat maka volume transaksi PUAB akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulmi 2002:62 bahwa suku bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Transaksi keuangan yang terjadi di pasar uang antar bank PUAB lebih banyak digunakan untuk memanfaatkan kelebihan atau menutupi kekurangan likuiditas. Alternative penanam dalam PUAB merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, karena selain untuk tujuan likuiditas, juga harus mempertimbangkan tingkat resiko dan tingkat income yang akan diperoleh dari transaksi tersebut. Apabila suku bunga PUAB lebih tinggi dari suku bunga SBI, maka bank-bank lebih cenderung untuk menempatkan dananya di PUAB. Sebaliknya, apabila suku bunga SBI lebih tinggi dari suku bunga PUAB, bank-bank lebih 105 cenderung menempatkan dananya di SBI. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Zainuddin H. Nasution 2002:80 bahwa suku bunga akan naik sebagai respon dari melemahnya nilai tukar rupiah. Kecenderungan suku bunga tercermin dari naiknya suku bunga SBI. Meningkatnya suku bunga SBI, berdampak pada naiknya suku bunga jangka pendek seperti PUAB. Saat suku bunga PUAB mengalami kenaikan, maka pihak bank yang kelebihan dana kredior akan menempatkan dananya di pasar uang antar bank, guna memperoleh pendapatan daripada membiarkan dananya menganggur idle fund. 3 Pengaruh Antara Variabel Jumlah Uang Beredar M2 Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,004 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Besarnya pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar -1,028 atau -102,8. Jumlah Uang Beredar M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan Jumlah Uang Beredar M2, maka Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB 106 akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Menurut teori Sadono Sukirno 2005:233 salah satu kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dalam mengatur jumlah uang yang beredar adalah dengan operasi pasar terbuka, yaitu Bank Sentral membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah uang yang beredar dengan cara melakukan jual beli surat-surat berharga. Pada waktu perekonomian sedang mengalami resesi, untuk mendorong kegiatan ekonomi, maka uang beredar perlu ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-surat berharga. Uang beredar akan bertambah karena apabila Bank Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu, maka cadangan pada bank-bank akan bertambah tinggi. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut mereka dapat memberi pinjaman lebih banyak kepada nasabah. 4 Pengaruh Antara Variabel Dana Pihak Ketiga DPK Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,000 0,05. Maka telah cukup data untuk menolak Ho dan menerima Ha. Artinya, ada hubungan linier antara variabel Dana Pihak Ketiga DPK dengan Volume Transaksi PUAB. Besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga DPK dengan Volume Transaksi PUAB sebesar 1,262 atau 126,2. 107 Dana Pihak Ketiga DPK memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK, maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan teori Selamet Riyadi 2006:26 bahwa semua sumber dana yang diperoleh dari Simpanan Giro, Tabungan dan Deposito akan dikumpulkan kemudian dialokasikan berurutan sesuai dengan kebutuhannya. Mula-mula dari Primary Reserve, Secondary Reserve kemudian penempatan pada Inter Bank Money Market Pasar Uang Antar Bank. Menurut Dahlan Siamat 2005:441 salah satu fungsi adanya pasar uang antar bank adalah untuk menjembatani adanya kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran dana. Secara teori, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya DPK sehingga menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Bank akan menaruh likuiditasnya di pasar uang antar bank saat terdapat kelebihan likuiditas guna memperoleh pendapatan lebih daripada membiarkan dananya menganggur idle fund. 108

c. Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit Setelah Trimming

Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau belum, maka dilakukan uji kesesuaian model Goodness of Fit sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming Sumber : Data diolah Dilihat dari nilai chi-square sebesar 0.154 dengan probabilitas 0,694 yang jauh diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa data empiris sesuai dengan model. Begitu juga apabila dilihat dari kriteria fit lainnya seperti CMINDF 2 χ df sebesar 0,154 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik karena berada dibawah 2. Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan Imam Ghozali, 2008 Hasil Keterangan Absolut Fit 2 χ prob. Tidak signifikan p 0.05 0.1540.694 Model cocok Df 1 2 χ df ≤ 5 2 0.154 Good fit RMSEA 0.1 0.05 0.01 0.05 ≤ ≤ x 0.08 0.000 Good fit GFI 0.9 0.999 Good fit Incremental Fit AGFI ≥ 0.9 0.983 Good fit TLI ≥ 0.9 1.044 Good fit NFI ≥ 0.9 0.999 Good fit Parsimonious Fit PNFI 0-1.0 0.067 Lebih besar lebih baik PGFI 0-1.0 0.048 Lebih besar lebih baik 109 Begitu juga apabila dilihat dari krteria fit lainnya seperti GFI, TLI, NFI, AGFI yang berada di atas 0,90 yang dapat disimpulkan bahwa model sangat baik. Nilai PNFI dan PGFI masih relatif kecil yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan model yang signifikan. Menurut Imam Ghozali 2008:71 apabila salah satu kriteria tidak fit maka dapat melihat kriteria fit yang lainnya.

d. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung melalui Dana Pihak Ketiga DPK ; Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB serta melaui Dana Pihak Ketiga DPK dan Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB dan pengaruh total dari Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB dapat dilihat pada tabel dan uraian sebagai berikut: i. Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Inflasi memiliki pengaruh langsungpengaruh total terhadap DPK sebesar -0,308. ii. Pengaruh antara Inflasi terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Inflasi memiliki pengaruh langsung pada Volume Transaksi PUAB sebesar 0,901. Pengaruh tidak langsung Inflasi terhadap Volume Transaksi PUAB melalui DPK sebesar -0,403 -0,308 x 1,310 . 110 Pengaruh Total Inflasi terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 0,498 0,901 + -0,403. iii. Pengaruh Nilai Tukar Kurs terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Kurs memiliki pengaruh langsungpengaruh total terhadap DPK sebesar -0,145. iv. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Suku Bunga SBI memiliki pengaruh langsungpengaruh total pada DPK sebesar 0,412. v. Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB Suku Bunga SBI memiliki pengaruh langsung terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -0,809. Pengaruh tidak langsung Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi PUAB melalui DPK sebesar 0,54 0,412 x 1,310 . Pengaruh Total Suku Bunga SBI terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar -0,269 -0.809 + 0,54. vi. Pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK Jumlah Uang Beredar M2 memiliki pengaruh langsungpengaruh total terhadap DPK sebesar 1,029. vii. Pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB 111 Jumlah Uang Beredar M2 memiliki pengaruh langsung terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar -1,095. Pengaruh tidak langsung Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi PUAB melalui DPK sebesar 1,348 1,029 x 1,310 . Pengaruh Total Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB sebesar 0,253 -1,095 + 1,348. viii. Pengaruh Dana Pihak Ketiga DPK terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB DPK memiliki pengaruh langsungpengaruh total terhadap Volume Transaksi PUAB sebesar 1,310. Tabel 4.18 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang Inflasi X 1 , Kurs X 2 , SBI X 3 , M2 X 4 , dan DPK Y terhadap PUAB Z Pengaruh variabel Pengaruh Kausal Langsung Tidak Langsung Total Melalui Y X 1 → Y -0.308 - -0.308 X 1 → Z 0.901 -0.403 0.498 X 2 → Y -0.145 - -0.145 X 3 → Y 0.412 - 0.412 X 3 → Z -0.809 0.54 -0.269 X 4 → Y 1.029 - 1.029 X 4 → Z -1.095 1.348 0.253 Y → Z 1.310 - 1.310 Sumber : Data diolah 112

3. Interpretasi Hasil

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun persamaan path analysis setelah trimming sebagai berikut : 1. Persamaan Sub Struktur I DPK = -0,308 Inflasi – 0,145 Kurs + 0,412 SBI + 1,029 M2 + 0,109 1 ε ; R square = 0,891 Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel Inflasi, Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar M2 berpengaruh signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK pada Bank Pembangunan Daerah BPD. Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Inflasi memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap DPK pada Bank Pembangunan Daerah BPD. Artinya, apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi, maka jumlah DPK akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patria Yunita 2007 bahwa inflasi memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap dana pihak ketiga. Ini berarti apabila terjadi peningkatan inflasi, maka Dana Pihak Ketiga akan mengalami penurunan diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Nilai Tukar Kurs memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga DPK pada Bank Pembangunan Daerah BPD. Hasil ini sesuai dengan penelitian Darna 2006:80 bahwa nilai tukar exchange rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah 113 DPK. Menurutnya, depresiasi nilai tukar diikuti dengan kenaikan tingat bunga yang akan berpengaruh langsung terhadap menurunnya kegiatan ekonomi di sektor riil yang merupakan sektor utama bagi penyaluran dana perbankan syariah. Selain itu, kenaikan suku bunga dapat mendorong para nasabah kelompok rasional pada perbankan syariah untuk menarik dana simpanannya untuk dipindahkan ke bank konvesional. Alasannya adalah dengan tingkat bunga yang tinggi dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi secara tajam, tingkat bagi hasil perbankan syariah tidak mungkin dapat bersaing dengan tingkat bunga bank konvensional. Sehingga saat rupiah terdepresiasi akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan jumlah DPK bank konvensional. Suku Bunga SBI memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah DPK Bank Pembangunan Daerah BPD. Artinya, apabila Suku Bunga SBI mengalami kenaikan, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamid Ponco 2006 dalam Ilman Rahdiyat 2009:92 bahwa suku bunga SBI berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah DPK. Tingkat suku bunga SBI mempengaruhi perbankan konvensional dalam menentukan tingkat bunga simpanan dan kredit. Semakin tinggi tingkat suku bunga SBI maka tingkat suku simpanan dan kredit yang ditawarkan oleh bank juga akan semakin tinggi. Pada umumnya, nasabah bank di Indonesia sangat tertarik terhadap suku bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank. Saat suku bunga simpanan tinggi, para nasabah 114 lebih memilih untuk menyimpan uangnya di bank. Oleh karena itu, jumlah DPK bank juga mengalami peningkatan. Jumlah Uang Beredar M2 miliki pengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah DPK. Artinya, apabila terjadi kenaikan jumlah M2, maka jumlah DPK juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya . Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossar Maries 2008:78 bahwa jumlah M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap DPK. Ini berarti apabila jumlah M2 mengalami peningkatan menyebabkan jumlah DPK yang dihimpun juga mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan jumlah M2, memberikan tambahan dana segar bagi perbankan nasional secara umum. Peningkatan jumlah M2 juga menandakan kenaikan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi pada deposito berjangka. Maka jumlah DPK meningkat seiring dengan minat dan kepercayaan masyarakat untuk menabung atau melakukann investasi pada deposito berjangka di bank. 2. Persamaan Sub Struktur II PUAB = 0,901 Inflasi – 0,809 SBI – 1,095 M2 + 1,310 DPK + 0,721 2 ε ; R square = 0,279 Hasil pengujian setalah trimming secara simultan, diketahui variabel Inflasi, Nilai Tukar Kurs, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar M2 dan Dana Pihak Ketiga DPK berpengaruh signifikan terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. 115 Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Inflasi memiliki pengaruh signifikan dan positif pada Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan tingkat inflasi, maka Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tony Hidayat 2007:112 bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara inflasi dan PUAS. Dampak dari kenaikan inflasi salah satunya adalah menurunkan pendapatan riil masyarakat. Menurunnya pendapatan riil masyarakat menyebabkan Non Performing Financing NPF bank meningkat. Sehingga, dalam hal ini perilaku perbankan cenderung risk averse dengan menaruh kelebihan likuiditasnya di pasar uang antar bank, dari pada menyalurkannnya ke kredit saat tingkat inflasi meningkat. Di sisi lain, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga kredit. Saat tingkat suku bunga kredit naik, akan mengurangi minat masyarakat untuk mengajukan kredit kepada bank. Sehingga bank akan cenderung menaruh kelebihan likuditasnya di pasar uang antar bank dari pada menyalurkannya dalam bentuk kredit kepada masyarakat saat tingkat inflasi tinggi. Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Artinya, apabila suku bunga SBI meningkat maka volume transaksi PUAB akan menurun. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulmi 2002:62 bahwa suku bunga 116 SBI memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap volume transaksi PUAB. Transaksi keuangan yang terjadi di pasar uang antar bank PUAB lebih banyak digunakan untuk memanfaatkan kelebihan atau menutupi kekurangan likuiditas. Alternative penanam dalam PUAB merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, karena selain untuk tujuan likuiditas, juga harus mempertimbangkan tingkat resiko dan tingkat income yang akan diperoleh dari transaksi tersebut. Apabila suku bunga PUAB lebih tinggi dari suku bunga SBI, maka bank-bank lebih cenderung untuk menempatkan dananya di PUAB. Sebaliknya, apabila suku bunga SBI lebih tinggi dari suku bunga PUAB, bank-bank lebih cenderung menempatkan dananya di SBI. Jumlah Uang Beredar M2 memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan Jumlah Uang Beredar M2, maka Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB akan mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Menurut teori Sadono Sukirno 2005:233 salah satu kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah dalam mengatur jumlah uang yang beredar adalah dengan operasi pasar terbuka, yaitu Bank Sentral membuat perubahan-perubahan ke atas jumlah uang yang beredar dengan cara melakukan jual beli surat-surat berharga. Pada waktu perekonomian sedang mengalami resesi, untuk mendorong kegiatan ekonomi, maka uang beredar perlu ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-surat berharga. 117 Uang beredar akan bertambah karena apabila Bank Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu, maka cadangan pada bank-bank akan bertambah tinggi. Dengan adanya kelebihan cadangan tersebut mereka dapat memberi pinjaman lebih banyak kepada nasabah. Dana Pihak Ketiga DPK memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Volume Transaksi PUAB. Artinya, apabila terjadi kenaikan terhadap Dana Pihak Ketiga DPK, maka volume transaksi PUAB juga akan mengalami kenaikan. Hasil ini sesuai dengan teori Dahlan Siamat 2005:441 bahwa salah satu fungsi adanya pasar uang antar bank adalah untuk menjembatani adanya kesenjangan antara penerimaan dan pengeluaran dana. Secara teori, kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya DPK sehingga menyebabkan likuiditas perbankan meningkat. Bank akan menaruh likuiditasnya di pasar uang antar bank saat terdapat kelebihan likuiditas guna memperoleh pendapatan lebih daripada membiarkan dananya menganggur idle fund. 118

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh dana yang dihimpun , suku bunga SBI dan suku bunga SBPU terhadap penyaluran kredit bank umum milik negara tahun 1990.I-1997.IV

0 15 74

Analisis pengaruh inflasi, DPK dan tingkat suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja : studi kasus pada bank persero

2 38 111

Analisis pengaruh nilai tukar, kridit, suku bunga SBI, Inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar (m2) di Indonesia

0 3 157

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar (M2) dan inflasi terhadap jumlah tabungan di Indonesia

6 31 167

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar, suku bunga, harga minyak dan harga emas terhadap return saham (studi pada pasar modal Indonesia)

0 9 142

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (KURS), suku bunga SBI dan jumlah berdar (M2) terhadap dan pihak ketiga DPK) serta implikasinya terhadap volume transaksi pasar uang antara bank (PUAB)

2 17 152

Analisis kurs, jumlah uang beredar, dan suku bunga SBI terhadap inflasi di Indonesia periode 2001-2010

1 4 136

Analisis pengaruh tingkat inflasi SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

0 11 115