Hambatan komunikasi dan penggunaan teknologi komunikasi Keluarga TKI

adik informan meungungkapkan bahwa ada pria yang menyukai dirinya. Sumber : Hasil Penelitian 2015

4.1.5 Hambatan komunikasi dan penggunaan teknologi komunikasi Keluarga TKI

Berdasarkan tujuan penelitian, tentu saja di balik penggunaan teknologi komunikasi dan komunikasi antarpribadi tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang membuat proses penyampaian pesan menjadi terhambat. Berdasarkan proses pengamatan dan wawancara, peneliti menemukan beberapa hambatan- hambatan dalam penggunaan teknologi komunikasi dan komunikasi antarpribadi yang dirasakan keluarga TKI. Hambatan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Informan I tidak merasakan hambatan dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi berjalan dengan baik. Hambatan yang terjadi berhubungan dengan tidak ketersediaan waktu isteri informan untuk menelepon. Kesibukkan dalam bekerja juga menjadikan isteri informan beberapa kali tidak dapat menelepon. Berhubungan biaya yang dikeluarkan, informan maupun isteri tidak mempermasalahkan hal tersebut, isteri informan dapat menjangkau biaya tersebut. Informan I juga mengatakan bahwa dirinya tidak merasakan hambatan dalam penggunaan teknologi komunikasi handphone. Informan I dapat menggunakan teknologi komunikasi tersebut dengan baik. Hanya saja dalam beberapa hal, informan merasa tidak mengerti menggunakan handphone tersebut. Misalnya, informan I tidak mengetahui bagaimana menemukan catatan nomor panggilan masuk dan berdasarkan pengakuan informan. informan I tidak dapat membaca sms dikarenakan terhambat pada masalah penglihatan. “Tak ada hambatan cuman kadang-kadang namanya juga bekerja, kadang tidak ada waktu untuk menelepon, punya kesibukan masing- masing, Wak pun kadang kerjanya juga, tapi bisa Wak teleponan hampr tiap malam.” Universitas Sumatera Utara Informan I juga berharap pada isteri dan anaknya yang bekerja di Malaysia untuk selalu sehat disana. Informan I juga berharap untuk selalu bekerja dengan baik sehingga akan berhasil dan memperbaiki kehidupan ketika kembali ke Indonesia. “Ya..harapan Wak semoga orang itu isteri dan anak sehat- sehat disana, untuk Feri anak kerja bagus- bagus, kan ada anak isterinya, sudah tau hidup disini susah, kerja bagus-bagus disana, Wak selalu bilang itu sama dia anak, kalau Wak ini narik becak pun dah cukup makan satu hari, cuman sendiriannya.” Sama hal dengan informan informan I, Informan II juga tidak mengalami hambatan dalam komunikasi. Hambatan hanya terjadi ketika anaknya tidak dapat menelepon karena kelelahan bekerja, sibuk dalam bekerja sehingga waktu untuk menelepon tidak ada. Namun, informan II dapat memahami hal tersebut. Informan II juga dapat menggunakan teknologi komunikasi dengan baik. Teknologi komunikasi handphone sudah menjadi alat yang digunakan sehari-hari. “Waktu yang terbatas terkadang menghambat anak Ibu tidak dapat menelepon kemari, kadang anak-anaknya ini nanya, tapi Ibu coba memberikan pengertian kalau mama mereka sedang istirahat atau sibuk bekerja di Malaysia. Kalau nelepon pake handphone saja karena kan udah dipake setiap hari, jadi udah ngerti.” Informan III mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi yang terjalin mengalami hambatan. Komunikasi antara keduanya terhambat karena informan mengalami sedikit masalah pada pendengaran sehingga dalam menggunakan media komunikasi handphone menjadi terhambat. Selain itu, sebagai tenaga kerja yang bekerja di Negara orang, waktu untuk berkomunikasi tidak sebebas ketika berada di Indonesia. Dikarenakan oleh kesibukkan serta menghargai jam istrahat dari anaknya tersebut, komunikasi harus terhambat beberapa saat. Informan III mengaku bahwa anaknya harus menguatkan suara ketika berkomunikasi dengan dirinya. Keterbatasan tersebut membuat pesan yang disampaikan oleh anaknya tidak diterima dengan baik oleh Alang Ijah. Akibat dari hal ini adalah komunikasi menjadi tidak menjadi tersambung satu sama lain. Universitas Sumatera Utara Alang Ijah juga merasa bahwa komunikasi melalui telepon tidak sebaik komunikasi secara tatap muka dalam hal penyampaian pesan. “Tidak ada, tapi macam ada yang kurang antara ngomong lihat mukanya sama pake telepon, kalau di telepon cuman bisa dengar suaranya saja, biasanya kan bisa lihat mukanya kalau di rumah, bisa dengar suaranya, bisa lihat apa yang dia anak buat, ada yang kurang lah, tapi syukur juga kan masih ada handphone, masih bisa tahu kabarnya disana, terkadang, Alang kan kurang jelas dengar di handphone itu jadi terkadang bisa nggak nyambung apa yang Alang jawab sama yang anak Alang Tanya, kalau udah begitu lucu kan tertawa tapi lancar, sering dia anak nelepon. Kadang pun Mala gak bisa nelepon karena letih habis kerja, jadi nunggu lah kalau mau ngomong, sampai ada waktu untuk nelepon.” Informan III juga menyampaikan harapan terhadap anaknya yang bekerja di Malaysia. Informan berharap anaknya tersebut untuk bekerja dengan baik serta bagi dirinya kesehatan anaknya tersebut menjadi hal yang paling penting. “Baik- baik dia anak disana, kalau memang tidak kuat lagi kerja, pulang lah jangan dipaksakan kali, yang penting sehat disana.” Informan IV tidak mengalami hambatan dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi berjalan dengan baik. Ibu Soraya merasa bahwa komunikasi secara langsung dengan komunikasi menggunakan perantara media handphone. Namun, informan IV juga bersyukur dengan adanya handphone, karena melalui alat tersebut informan dapat berkomunikasi dengan adiknya di Malaysia. Informan IV mengatakan bahwa komunikasi terhambat karena kesibukkan adik informan bekerja di Malaysia. Kesibukkan tersebut berdampak pada tidak adanya waktu yang tersedia untuk menelepon. Sehingga komunikasi hanya dapat dilakukan hanya beberapa kali dalam satu minggu. Berdasarkan hasil wawancara, Informan IV sangat baik dalam menggunakan teknologi komunikasi seperti handphone. Handphone sudah menjadi kebutuhan diri informan untuk berkomunikasi jarak jauh sehari-hari. Sehingga, dalam penggunaan teknologi komunikasi, informan IV tidak Universitas Sumatera Utara mengalami hambatan yang berarti. Disamping itu, informan IV juga memberikan harapan untuk adiknya untuk selalu sehat disana, bekerja dengan baik, dan selalu dapat menjaga diri. “Bedalah rasanya, kalau ngomong langsung kan dapat kita lihat wajahnya, kalau pake telepon cuman suaranya yang bisa didengar, agak- agak khawatir kita kan, tapi gak apa- apalah, setiap telepon Ibu selalu bilang sama dia adik, baik- baik kau disana, kerja bagus- bagus, itu sudah membuat lega sedikit.tapi kadang-kadang susah kali dia adik nelepon, letih katanya pulang kerja. Ibu pun pernah nanya, gak mahal pulsa untuk nelepon ke sini Jam? Tidak Kak, katanya. Sepuluh ringgit bisa setengah jam nelepon Kak, katanya. Harapan Ibu supaya dia adik baik- baik disana, bekerja yang bagus karena itu kan Negara orang, yang penting bisalah dia adik menjaga dirinya sendiri.” Tabel 4.3 Klasifikasi Hambatan Komunikasi dan Hambatan Penggunaan Teknologi Komunikasi Informan Hambatan Komunikasi Hambatan Penggunaan Teknologi Komunikasi Zulkifli Hambatan berkaitan dengan waktu, kesibukkan kerja satu sama lain. Namun, informan dan isteri dapat berkomunikasi hampir setiap malam Terkadang terjadi miskomunikasi akibat dari perbedaan pendapat dan persepsi antara informan dan TKI mengenai satu masalah yang terjadi. Informan memberikan contoh masalah hutang isteri informan dan Tidak ada, dapat menggunakan handphone dengan baik. informan mengalami sedikit masalah dalam melihat melihat catatatn panggilan masuk di handphone tersebut. Selain hal tersebut, informan tidak mengaami hambatan yang berarti lainnya. Universitas Sumatera Utara tetangganya Rismawati Tidak adanya waktu untuk menelepon menjadi hambatan berkomunikasi satu sama lain. Sehabis kerja biasanya anak informan akan langsung beristirahat sehingga komunikasi hanya dilakukan beberapa kali saja dalam seminggu Tidak ada, dapat menggunakan handphone dengan baik Siti Khadijah Terkadang terjadi miskomunikasi antara informan dan TKI. Hal ini diakibatkan oleh adanya sedikit gangguan pendengaran informan sehingga perbincangan dilakukan dengan suara keras serta akibat dari panggilan masuk TKI yang tidak diangkat beberapa kali yang membuat TKI marah. Waktu dan kesibukkan kerja anak informan juga menjadi hambatan dalam komunikasi sehingga komunikasi tidak dapat dilakukan sebebas mungkin Tidak mengerti menggunakan Handphone buta Teknologi Universitas Sumatera Utara Soraya Sama dengan ketiga informan lainnya, tidak adanya waktu akibat dari kesibukkan adik informan untuk bekerja menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi. informan maupun adik informan akan menjadi jarang untuk menelepon satu sama lain. Tidak ada, dapat menggunakan Handphone dengan baik Sumber : Hasil Penelitian 2015 Informan tambahan Menguji Keabsahan data dapat dilakukan dengan mengggunakan metode triangulasi data. Triangulasi sumber merupakan salah satu dari tiga metode dalam triangulasi data yang digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, sehingga peneliti merasa beberapa informan tambahan sangat dibutuhkan. Informan tambahan dalam sebuah penelitian juga berperan penting dalam hal membandingkan memverifikasi data guna menentukan keabsahan data yang telah peneliti peroleh dari keempat informan utama di desa stabat lama. Kegiatan verifikasi ini merupakan sesuatu yang dilakukan dalam penelitian untuk menentukan validitas data informasi yang telah peneliti peroleh dalam penelitian. Peneliti menggunakan informan tambahan yaitu anggota keluarga lain TKI yang dianggap memiliki kedekatan lebih dengan TKI. Melalui informan tambahan ini peneliti dapat menentukan derajat kepercayaan informasi yang telah peneliti peroleh. Adapun informan tambahan adalah sebagai berikut : Informan tambahan peneliti yang pertama adalah Bapak Zainal Abidin. Informan adalah suami dari informan utama Rismawati. Pria dengan janggut dan rambut putih ini dalam kesehariannya bekerja di kebun milliknya untuk Universitas Sumatera Utara mengambil getah pohon karet. Pria berusia 55 tahun ini tinggal bersama istri dan kedua cucunya. Sebelum melakukan wawancara dengan informan, peneliti terlebih dahulu mencari tahu waktu luang dari informan melalui istri informan. awalnya informan sedikit enggan untuk diwawancarai karena sebelumnya beliau tahu bahwa istri telah diwawanacarai dan pria bertubuh gemuk ini menyuruh peneliti menyamakan jawaban dirinya dengan istrinya. Peneliti pun memastikan dan menyakinkan informan bahwa wawancara ini dilakukan kembali untuk mengecek dan memverifikasi ulang data- data yang telah didapatkan dari informan sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara, informan mengatakan bahwa hubungan komunikasi dengan anaknya terdapat jarak. Hubungan informan dengan TKI tidak sedekat hubungan TKI dengan istri. Menurut informan, anaknya lebih banyak menyatakan keluh kesahnya kepada istrinya. Namun, hubungan komunikasi yang terjalin cukup baik dan lancar. Intensitas komunikasi informan dan anaknya juga pun sangat rendah. Informan mengatakan bahwa hubungan anaknya tersebut lebih dekat dengan isterinya daripada dengan dirinya. Sama halnya dengan informan II, komunikasi yang dilakukan menggunakan media teknologi komunikasi handphone. Informan hanya mengetahui handphone sebagai alat satu-satunya yang digunakan untuk berkomunikasi. Handphone yang dimiiki informan berbeda dengan milik isterinya, berdasarkan pengamatan peneliti, handphone tersebut memiliki gambaran sebagai berikut, berwarna hitam, kecil kira-kira memiliki ukuran satu genggamam tangan, dan bermerk Nokia dengan harga Rp. 500 ribuan. Menurut penuturan informan sambil mengingat-ingat nama media komunikasi tertentu, menyebutkan media sosial facebook. Nama media baru ini ia dengar melalui cucunya yang meminta dirinya untuk menggunakan media tersebut. “ Kalau sama Bapak jarang ngomong, kadang-kadang aja kalau ada yang mau diomongkan, biasanya kalau nelepon ngomongnya sama Ibu dan anak- anaknya saja, kalau sama Bapak cuman sekadarnya saja, tapi komunikasi Bapak dengan anak Bapak Novit TKI itu lancar. Mungkin karena Novit itu lebih dekat sama Ibu jadi ngomong apapun pasti ke Ibu dulu, Bapak cuman sekedarnya saja, Bapak lebih keras mungkin sama Universitas Sumatera Utara semua anak Bapak, dia anak agak takut sama Bapak, lagi pun dia TKI anak perempuan lebih dekat sama Ibunya dari dulu. Dua anak dia TKI pun Ibu yang lebih banyak jaga, paling kalau Bapak cuman ngantarkan orang itu sekolah, ngaji, kalau apa-apa maunya semuanya sama Ibu urusannya. Bapak kerjanya cuman pigi ke ladang tertawa. Pake handphone lah, biasanya kan cuman pake hp ngomong ke Malaysia sana. Kalau pake yang lain, apa namanya itu sekarang, si Karina cucu sering kali, Tok buat facebook Tok katanya, Bapak hp saja tidak tamat makenya, kurang tahu Bapak pake hp itu, cuman tahu angkat telepon, buat sama baca sms, lain gak tahu lagi tertawa.” Informan juga mengatakan bahwa dengan intensitas komunikasi yang rendah, informan mengaku bahwa dirinya mengalami sedikit hambatan dalam komunikasi. Informan menyebutkan bahwa anaknya tersebut jarang menelepon dan sulit untuk dihubungi. Jika menelepon pun, informan pun akan jarang untuk berbicara dengan anaknya tersebut. Kedua anak TKI sering menanyakan mengapa ibu mereka jarang untuk menelepon. Informan pun biasanya memberikan pengertian kepada kedua cucunya tersebut bahwa ibu mereka akan menelepon sebentar lagi. Informan memahami bahwa karena kesibukan dalam bekerja dan tidak adanya waktu luang, komunikasi TKI dengan kedua cucunya menjadi terhambat. Hambatan dalam penggunaan teknologi komunikasi juga tidak dialami oleh informan. Informan dapat menggunakan teknologi komunikasi handphone dengan baik. informan mengaku, melalui komunikasi tersebut, dirinya bersikap keras terhadap anaknya tersebut dan selalu memberikan nasihat untuk kebaikan anaknya disana. “Sebentar lagi ibumu telepon, Bapak bilang sama Karina itu, kalau dia tiba-tiba rindu nanya kenapa jarang sekali ibu mereka untuk menelepon,Bapak bilang kan sama mereka, ibu lagi kerja disana cari uang untuk kalian , sebentar lagi nelepon itu. Kalau Bapak pake hp ini bisalah, kalau Bapak nelepon selalu Bapak kerasin dia TKI, dia kan udah pisah sama suaminya, jadi betul- betul kerja disana, dia TKI kan punya anak dua, harus Bapak kerasin, Novit TKI anak Bapak itu ada sedikit bandal- bandalnya tertawa, kau punya anak, jadi betul- betul kerja disana kata Bapak.” Informan tambahan peneliti yang kedua adalah Ernawati. Ernawati adalah anak dari informan utama Siti Khadijah. Perempuan berumur 20 tahun ini Universitas Sumatera Utara memiliki tubuh kecil dan berambut kering, tingginya sekitar 150 cm. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama Siti Khadijah, informan Ernawati sering melakukan komunikasi dengan TKI. Komunikasi yang dilakukan Ernawati dengan TKI sangat lancar. Selain dengan Ibu TKI, orang yang sering berkomunikasi dengan TKI adalah Erna. Informan menuturkan komunikasi antara dirinya dengan kakaknya berjalan lancar. Intensitas komunikasi yang dilakukan dua sampai tiga kali dalam satu minggu. Komunikasi dilakukan menggunakan handphone, menurut peneliti, handphone yang digunakan oleh informan termasuk kepada handphone pintar dengan sistem android yang berkembang saat ini. Gambaran handphone tersebut adalah bermerk Samsung, berwarna putih dengan model touch screen, dual SIM. dengan ukuran panjang kira-kira 120 mm, ukuran layar kira-kira 4 inci dan dengan harga Rp. 1 jutaan. Biasanya informan akan membawa handphone tersebut saat bekerja. Jika demikian, informan mengatakan apabila kakaknya tersebut menelepon dan ingin berbicara dengan informan utama III Ibu mereka, informan akan menyuruh kakaknya tersebut untuk menelepon kembali pada malam harinya. Informan mengatakan bahwa komunikasi lebih banyak dilakukan melalui handphone daripada menggunakan media yang lain. Informan juga terkadang menggunakan media sosial facebook untuk berkomunikasi dengan kakaknya tersebut. informan menambahkan bahwa tidak selalu dapat berkomunikasi melalui facebook, menurutnya kakaknya tersebut tidak selalu aktif dengan facebooknya sehingga aktivitas chat tidak dapat dilakukan secara sering. informan mengatakan walaupun tidak selalu dapat berkomunikasi melalui facebook, dirinya merasa terbantu karena dapat melihat kakaknya tersebut melalui foto-foto walaupun tidak secara langsung. Informan menambahkan biasanya hal yang dikomunikasikan antara dirinya dengan kakaknya berkakitan dengan pekerjaan kakaknya, keadaaan kakaknya, semuanya membicarakan hal-hal yang menyenangkan. Terkadang informan menggunakan bahasa melayu Malaysia dalam berkomunikasi dengan kakaknya tersebut, menurutnya walaupun dirinya bersuku melayu, bahasa yang digunakan sedikit berbeda dan terkesan lucu. Universitas Sumatera Utara “Komunikasinya lancar, Bang, seminggu dua tiga kali kak Mala telepon, memang biasanya kalau telepon ke hp Erna, kan di rumah hp cuman satu, mamak Erna bukan tahu pake hp, jadi kalau kak Mala telepon, Erna dulu lah yang jawab, jadi kalau Erna lagi kerja, Kak Mala telepon mau ngomong sama mamak nanti malamnya baru Kak Mala telepon lagi, tapi kadang- kadang hpnya Erna tinggal atau kadang- kadang Erna dapat shift sore sampai malam, baru nanti kalau Kak Mala nelepon bisa langsung ngomong sama mamak. Selain melalui telepon, Erna juga punya facebook jadi bisa ngomong sama Kak Mala melalui facebook. Itu pun kalau Kak Mala lagi aktif di facebook, dia kan gak selalu aktif kan, paling pake facebook itu untuk lihat- lihat foto-fotonya, biar enggak cemas kali. Mamak itu kalau berkurang aja jadwal Kak Mala telepon, langsung nanya- nanya cemas, kenapa gak nelepon- nelepon Kak Mala, nanti kenapa- kenapa Kakakmu disana, macam- macamlah pikiran mamak Erna itu. Kalau ngomong sama Erna biasanya ngomongi bagaimana dia kerja disana, macam mana kerjanya, enak atau tidak, capek atau tidak, seputar itu, kadang- kadang ngomongnya coba pake bahasa melayu Malaysia, nanti ketawa- ketawa itu kan gak pernah pake bahasa itu lucu jadinya, termasuk lama juga kalau ngomong tapi lebih lama kalu ngomong sama mamak, kalau cerita sedih- sedih gak pernah, paling kalau udah raya nanti, nangis- nangisan kami di telepon. Paling ya gitulah Bang, yang sering ngomong sama Kak Mala, Erna sama mamak. Kalau Abah jarang ngomong sama Kak Mala, malas katanya kalau nanti Abah ditawari ngomong sama Kak Mala, tapi Abah tahu apa yang biasanya kami omongin di hp sama Kak Mala.” Bagi diri informan, hambatan komunikasi maupun penggunaan teknologi komunikasi tidak dirasakan cukup berarti. Informan mengerti bagaimana jika bekerja di Malaysia. Semua bekerja secara cepat dan tepat waktu. Sama halnya dengan beberapa informan yang lain, waktu komunikasi yang sedikit menjadi hambatan dalam komunikasi. Sama dengan penuturan informan utama III, informan juga menceritakan bagaimana keterbatasan dalam pendengaran ibunya dapat menghambat komunikasi antara ibu dan kakaknya. informan juga Universitas Sumatera Utara menjelasakan bagaimana di suatu hari kakanya tersebut marah-marah akibat dari beberapa panggilan tidak diterima. Menurutnya hal tersebut wajar terjadi karena untuk mendapatkan waktu yang tepat, dua kali seminggu untuk menelepon ke Indonesia memang sangat sulit, disamping kakaknya tersebut lelah, waktu dan biaya juga menjadi pertimbangan untuk menelepon melepas rindu. “Hambatan komunikasi itulah Bang, bukan setiap hari bisa Kakak nelepon, ada waktunya kalau mau nelepon kesini, kalau sama Erna ngomong ya lancar- lancar aja, tapi kalau sama mamak baru lah, suara mamak itu bisa kedengaran keluar rumah, mamak kan ada sedikit masalah dengan pendegarannya, kadang- kadang jadi gak nyambung ngomong di hp bikin lucu dengarnya, terus suara Kak Mala di hp itu dah keras, masih kecil katanya tertawa, apalagi nanti kalau udah di loud speaker kan agak sedikit pecah suaranya makin gak kedengaran, kalau marah kayak salahpaham gitu pernah, gara–gara Erna silentkan suara hpnya dan lupa untuk membalikan ke normal lagi, jadi adalah sepuluh kali panggilan tidak terjawab dari Kak Mala, jadi Kak Mala marah- marah, katanya udahlah dia susah untuk nelepon kesini, karena dia kerja kan, gak diangkat- angkat pula hpnya, panjang lebar lah Kak Mala marah. Kalau hambatan lain gak ada, Bang, kalau komunikasi kan cuman pake hp sama melalui facebook jadi gak ada hambatan karena kan udah tahu makenya.” Informan tambahan peneliti yang ketiga adalah Raudatul Akmalia. Siswa kelas tiga SMP ini merupakan anak dari informan utama Soraya. Penetapan Raudatul sebagai informan tambahan karena berdasarkan pengamatan peneliti, informan Raudatul sangat dekat dengan TKI. Gadis berumur 15 belas tahun ini memiliki tinggi sekitar 150 cm dan berambut panjang. Sama seperti anak sekolah lain, rutinitas Lia setiap harinya adalah bersekolah dan sepulang dari sekolah, Lia mempunyai tugas untuk menggantikan mama dan bapak menjaga kedai. Informan merupakan anak yang mudah untuk diajak mengobrol. Di tengah kesibukkan menjaga kedai. Informan mengatakan bahwa komunikasi yang terjadi antara dirinya dengan Ibunya TKI cukup sering. Informan menuturkan, jika komunikasi lebih banyak dilakukan oleh mamanya. Infoman menambahkan jika mamanya menelepon maka dirinya juga akan menelepon. Sama dengan penjelasan informan tambahan II, informan juga termasuk anak yang menggunakan media sosial facebook untuk berkomunikasi dengan Ibunya di Universitas Sumatera Utara Malaysia. Informan mengatakan bahwa penggunaan media facebook hanya sebatas mengirim message dan melihat foto-foto ibunya tersebut. Informan menambahkan jika diri informan menggunakan handphone yang digunakan oleh mamanya untuk menghubungi Ibunya di Malaysia sedangkan penggunaan media komunikasi sosial facebook dilakukan informan menggunakan tablet yang informan miliki. Selain itu, informan juga mempunyai handphone untuk berkomunikasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, tablet yang informan miliki berwarna hitam, bermerk Advan barca, dengan lebar layar kira-kira 7 inci, dan panjang 180 mm dengan harga Rp. 800 ribuan. Sedangkan handphone informan bermerk Nokia asha, berwarna merah, dengan panjang kira-kira 100 mm dengan harga Rp. 400 ribuan. Komunikasi lebih lama dan sering menggunakan teknologi komunikasi handphone. “ Kalau komunikasi sama Ibu TKI lancar, Lia ngomong sama Ibu TKI itu kalau mamak udah siap ngomong sama Ibu TKI, itu pun kalau pulsa Ibu TKI masih ada, Ibu TKI biasanya nelepon tiga sampai empat kali dalam seminggu, kalau sekarang udah agak berkurang, dua sampai tiga kali seminggu, tapi kalau mamak telepon Lia pasti nelepon juga sama Ibu, malam biasanya Ibu TKI telepon, Ibu TKI biasanya lama ngomong sama mamak, adalah sampai tiga puluh menit. Biasanya Lia facebook-kan sama Ibu TKI malam, Lia kan punya tablet ini, dari facebook kan bisa lihat foto- foto Ibu TKI, kek mana dia kerja, kawan- kawannya. Biasanya Lia nanya kabar Ibu TKI kek mana, enak gak kerjanya, tapi Lia lebih sering ngomentari status sama foto- fotonya di facebook, kalau ngomong lebih sering di hp, kan gak selalu aktif Ibu TKI di facebook untuk chat, mamak biasanya itu kepo mau lihat foto- foto Ibu di facebook, ya.. Lia bukakanlah, mamak mana tau pake facebook, dah Lia ajari pun gak ngerti- ngerti mamak.” Untuk komunikasi, informan mengaku tidak mengalami begitu banyak hambatan. Informan mengatakan dirinya dengan Ibunya tersebut sering saling mengomentari dan mengejek foto-foto yang ditampilkan di facebook. Menurut informan, hal tersebut sering terjadi. Hal ini membuat komunikasi menjadi menyenangkan. Begitu pula dengan penggunaan teknologi komunikasi handphone. Informan termasuk pada anak yang mengikuti perkembangan handphone dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Hambatan komunikasi hanya pada waktu Ibunya TKI yang tidak begitu banyak untuk Universitas Sumatera Utara membicarakan ini dan itu. Informan juga mengerti bahwa Ibunya TKI tersebut bekerja di Malaysia sehingga banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan istirahat. “Ibu kan tidak setiap hari nelepon jadi komunikasi juga sedikit, tapi walaupun gitu Lia masih bisa ngomong meski gak puas, biasanya Lia minta dibeliin ini itu sama Ibu disana, mintain duit Ibu TKI Lia sering tertawa malu, biarin Lia mintain aja, Ibu TKI kan banyak duitnya. Gak pernah, malah kalau ngomong sama Lia, ketawa- ketawa kami di telepon, gak pernah sampai marah- marah, Lia bilang aja Ibu TKI jadi makin gendut ke Malaysia, kalau dah gitu ejek- ejakanlah Lia sama Ibu TKI itu, nanti ngomongi foto- foto di facebook, Ibu TKI Lia nanti itu ngejekin Lia, katanya hidung Lia nampak besar kalau di foto, banyaklah yang lucu- lucu kalau udah ngomong sama Ibu TKI tapi kalau Ibu TKI udah ngomong sama mamak kesorean, gak bisa lah Lia ngomong sama Ibu TKI.”

4.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis hasil wawancara dan pengamatan peneliti dari informan pertama hingga informan keempat, maka peneliti membuat pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut. Dari keempat informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan berdasarkan pada tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi keluarga TKI, komunikasi antarpribadi keluarga TKI dan hambatan pengunaan teknologi komunikasi dan komunikasi keluarga TKI di desa Stabat Lama. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers dalam Lubis 2005: 42, mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain. Lubis 2005, menjelaskan bahwa teknologi komunikasi adalah suatu penerapan ilmu Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Studi Kasus tentang Peran Komunikasi Antarpribadi di dalam Keluarga dalam Menghadapi Pensiun pada Karyawan PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda Medan

3 97 108

Komunikasi Antarpribadi Suami Istri (Studi Kasus Kualitatif Pasangan Suami Istri Yang Menikah Tanpa Pacaran di Kota Medan)

17 150 147

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Komunikasi Antarpribadi Antara Fisioterapis Dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioter

5 10 13

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Konselor terhadap ODHA di Klinik Vol

0 2 14

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 3 15

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 2

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 6

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 25

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 5

Komunikasi Antarpribadi Keluarga Tki (Studi Kasus Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI di Desa Stabat )

0 0 28