BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, metode ini adalah metode penelitian yang menggunakan berbagai
sumber data sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu,
kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis Kriyantono, 2006: 66.
Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena sedetail mungkin melalui
pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besar populasi maupun sampling, yang lebih ditekankan disini adalah persoalan
kedalaman kualitas bukan banyaknya kuantitas data Kriyantono : 56-57.
Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus case dalam konteksnya secara natural tanpa
adanya intervensi dari pihak luar Yin, 1981:23. Kasus memiliki batas, lingkup kajian dan pola pikir tersendiri; sehingga dapat mengungkapkan realitas sosial
atau fisik yang unik, spesifik serta menantang. Studi kasus banyak mengungkapkan hal-hal yang amat detail, melihat hal-hal apa yang tidak bisa
diungkapkan oleh metode lain, dan dapat menangkap makna yang ada di belakang
kasus dalam kondisi objek secara natural Salim, 2001.
Stake membagi penelitian studi kasus berdasarkan karakteristik dan fungsi kasus di dalam penelitian. Stake sangat yakin bahwa kasus bukanlah sekedar
obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang khas. Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah
sekedar metoda penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana memilih kasus ya
Universitas Sumatera Utara
tepat untuk diteliti. Berdasarkan hal tersebut, Stake membagi penelitian
studi kasus menjadi 3 tiga jenis, yaitu:
Fokus di dalam suatu kasus dapat dilihat dari keunikannya, memerlukan suatu studi studi kasus intrinsik atau dapat pula menjadi suatu isu isu-
isu dengan menggunakan kasus sebagai instrumen untuk menggambarkan isu tersebut studi kasus instrumental. Ketika suatu kasus diteliti lebih
dari satu kasus, hendaknya mengacu pada studi kasus kolektif Denzin dan Lincoln, 2000 : 236.
Peneliti memilih menggunakan studi kasus instrumental karena studi kasus ini menguji kasus khusus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang
suatu masalah issue atau untuk memperbaiki teori yang telah ada. Walaupun studi kasus ini kurang diminati, ia memainkan peran yang mendukung,
memfasilitasi pemahaman terhadap sesuatu yang lain minat eksternal. Kasusnya dilihat secara mendalam, dan konteksnya diteliti secara cermat, aktivitas-aktivitas
untuk mendalami kasus tersebut dilakukan secara rinci karena kasus ini membantu pemahaman tentang ketertarikan dari luar minat eksternal. Dasar pemilihan
mendalami kasus ini dikarenakan kasus ini diharapkan dapat memperluas pemahaman peneliti tentang minat lainnya. Hal ini disebabkan karena para
peneliti bersama-sama mempunyai beberapa minat yang selalu berubah-ubah yang tidak membedakan studi kasus intrinsik dari studi kasus instrumental dan
bertujuan memadukan keterpisahan di antara keduanya. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu
kelompok atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti Kriyantono : 66. Karena itu, studi
kasus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a.
Patrikularistik, yaitu studi kasus yang berfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu.
b. Deskriptif, yaitu hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari
topik yang diteliti. c.
Heuruistik, yaitu studi kasus yang membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interprestasi baru, perspektif baru dan
makna baru merupakan tujuan dari studi kasus.
Universitas Sumatera Utara
d. Induktif, yaitu studi kasus yang berangkat dari fakta-fakta lapangan
kemudian menyimpulkan kedalam tataran konsep atau teori.
3.2 Objek Penelitian