mengirimkan uang untuk membantu Alang Ijah membangun rumahnya yang sudah lapuk dimakan usia.
4.1.2.4 Profil Soraya
Ibu Soraya merupakan informan terakhir peneliti. Ibu Soraya bukanlah orang tua dari TKI melainkan kakak tertua dari TKI. Ibu Soraya mempunyai dua
orang adik yang bekerja sebagai TKI di Malaysia. Satu diantaranya telah kembali ke Indonesia.
Wanita berambut keriting ini membuka kedai kecil di rumahnya sehingga dalam kesehariannya dihabiskan dengan berjualan. Ibu Soraya mempunyai
seorang suami bernama Salman. Bapak Salman ini setia membantu Ibu Soraya berdagang setiap harinya. Ibu Soraya dan suami memulai rutinitas berbelanja
sayuran pukul empat pagi dan mulai berdagang pada pukul enam pagi sampai dengan pukul 11 malam.
Wanita kelahiran 29 Juni 1980 lalu ini berasal dari keluarga bersuku Melayu. Beliau mempunyai tiga anak perempuan. Anak tertuanya duduk di
bangku SMP, anak keduanya di bangku SD dan anak terakhirnya baru berumur sembilan bulan. Wanita bertubuh kecil ini mempunyai satu adik yang masih
bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Adik perempuan yang bekerja di sebuah Kilang di Malaysia. Adiknya telah berumur 25 tahun. Ibu
Soraya ini mempunyai kontrol atas adiknya tersebut disebabkan kedua orang tua mereka telah meninggal. Adiknya tersebut telah bekerja sebagai TKI selama satu
tahun. Adiknya memilih bekerja di Malaysia untuk mendapatkan pengalaman kerja dan memperoleh gaji yang lebih besar. Selain itu, kepergiannya adiknya
tersebut untuk melupakan beban kesedihan akan perceraian pernikahannya yang masih seumur jagung.
4.1.3 Penggunaan Teknologi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI
Berdasarkan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI, tentu saja peneliti melakukan
pengamatan langsung dan wawancara secara mendalam kepada setiap informan
Universitas Sumatera Utara
utama yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Adapun penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga TKI akan peneliti sajikan dalam
bentuk narasi maupun mendeskripsikan segala sesuatu yang menjadi hasil wawancara dan pengamatan peneliti yang dimulai dari informan I sampai kepada
informan ke IV. Teknologi komunikasi yang digunakan yang digunakan oleh Informan I,
II, III, dan IV adalah handphone. Handphone menjadi teknologi komunikasi yang paling mudah digunakan oleh keempat informan. Handphone sebagai teknologi
komunikasi jarak jauh yang dapat memudahkan informan untuk menanyakan keadaan anggota keluarga informan yang menjadi TKI.
Informan I mengatakan bahwa dirinya hanya menggunakan teknologi komunikasi handphone untuk berkomunikasi dengan isterinya yang menjadi TKI.
Menurut penuturan informan I, handphone yang dianggap informan sebagai handphone butut tersebut, informan dapatkan dari anak informan yang juga sudah
menjadi TKI di Malaysia. Anak informan tersebut mengirimkan handphone lamanya kepada informan untuk memudahkan komunikasi satu sama lain.
Sembari berkomunikasi mengenai handphone yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan isteri informan, informan I ini mengeluarkan handphone yang dianggapnya butut tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti, handphone
informan memang sudah tampak rusak pada tampilan luarnya dan beberapa tombol handphone sudah hilang. Dari penampilan handphone informan,
handphone tersebut bermerk Nokia, berwarna hitam dengan garis oranye yang mengelilingi tepi handphone, panjang kira-kira 114 mm dan tebal 12 mm dengan
harga Rp. 700 ribuan. Informan I merasa bahwa dirinya sangat memerlukan teknologi
komunikasi seperti handphone. Melalui alat komunikasi tersebut, komunikasi informan dan TKI dapat berjalan baik.
“ Tak ada, cuman pake HP ini aja lah, kemarin pun HP Wak Zul kan hilang, HP ini baru di-pack-kan Feri anak dari Malaysia, kemarin itu
Wak kan telepon sama Feri anak, Fer.. ada HPmu ? ada Yah, kemaren baru Feri beli yang 700 ribu, ada dua disini, perlu Ayah? ini Feri anak
pack kan ke Ayah ya, inilah HP itu.”
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan teknologi komunikasi handphone oleh informan tidak sepenuhnya dikuasai oleh informan. Terkadang informan mengalami kesulitan
dalam menggunakan handphone tersebut. Informan I merasa kebingungan ketika ia tidak menemukan nomor pada catatan panggilan masuk. Hal ini membuat
informan kehilangan dan tidak mengetahui nomor handphone yang dimiliki anaknya tersebut. Sehingga anak informan lah yang bisa lebih dulu menghubungi
informan. Selain hal tersebut, Informan juga menjelaskan kepada peneliti bahwa informan I ini tidak dapat membaca SMS Short Message Service dikarenakan
informan menderita katarak. Namun berbeda dengan komunikasi antara informan dan isterinya. Komunikasi menggunakan media komunikasi handphone berjalan
dengan baik. Jika ada perlu, informan I tidak segan untuk menghubungi isteri. “Nomor feri sana? Wak tahu tapi hilang-hilang di hp ini, entah macam
mana hpnya ini, dulu hp ini dipackkan feri, dipaketkannya kemari kan, hp wak Zul kan hilang disini, Fer, feri dah beli hp? udah katanya, yang harga
700 ratus, hp yang lama, yang dari sini dulu, ada…, perlu ayah? Perlu wak bilang, itulah dipaketkannya kemari, hilang- hilang, dipanggilan
masuk itu gak ada nomornya, jadi dia ajalah yang nelepon, mana pernah wak nelpon, orang hilang nomornya.”
Informan I juga tidak mengetahui perkembangan alat dan media komunikasi lainnya. Informan I beranggapan bahwa teknologi komunikasi yang
terbaru terlalu sulit untuk dipahami dalam penggunaannya. Informan juga menekankan bahwa orang yang telah berumur seperti dirinya sudah tidak tahu
bagaimana teknologi komunikasi sudah berkembang pesat. “Ahh… mana tahu Wak apa itu, kalau wak ini cari yang wak ngerti aja,
kalau yang kek baru-baru ini gak ngerti wak, megangnya pun gak pernah. Hp yang butut ini pun kadang wak gak ngerti, ntah apa-apa yang wak
pencet nanti.”
Informan kedua juga menggunakan teknologi komunikasi handphone untuk berkomunikasi dengan TKI. Handphone bagi informan ke II ini sudah
menjadi media komunikasi sehari-hari, sehingga informan II sudah tidak mengalami masalah dalam menggunakan teknologi komunikasi handphone
tersebut. Pada saat percakapan, peneliti melihat informan memegang handphone
Universitas Sumatera Utara
miliknya. Berdasarkan pengamatan peneliti, handphone yang digunakan oleh informan adalah handphone dengan gambaran sebagai berikut, handphone
informan berwarna merah dengan putih di bagian tengah handphone, layar 2,3 inci dan tebal 12 mm dengan harga Rp.800 ribuan.
Informan kedua termasuk kepada informan yang mengetahui perkembangan alat dan media komunikasi terbaru. Namun, ia tidak mengetahui
bagaimana menggunakan media komunikasi tersebut. Pada saat percakapan peneliti dengan informan, informan II mengungkapkan bahwa dirinya sedikit
mengetahui tentang media komunikasi sosial facebook, peneliti tertarik untuk bertanya lebih lanjut tentang seberapa jauh informan tahu tentang hal tersebut
dikarenakan semua informan peneliti yang hampir seusia dengan Informa II tidak mengetahui sama sekali tentang media komunikasi sosial facebook. Berdasarkan
pengakuan Informan II, ia mengetahui semua tentang istilah facebook dari cucu- cucunya yang mulai tertarik dengan dunia maya. Namun, Informan II ini hanya
mengetahui kegunaan dari media facebook ini hanya sebatas pada mengirimkan pesan dan melihat foto-foto dari profil yang ditampilkan. Informan II juga
menambahkan bahwa para anggota keluarganya yang lain sering menggunakan media facebook ini untuk berkomunikasi dengan anaknya di Malaysia
Informan II sendiri tidak pernah menggunakan media facebook ini untuk berkomunikasi dengan anaknya di Malaysia, cucu-cucunya lah yang sering
menggunakan media komunikasi facebook untuk berkomunikasi dengan anaknya.
“Ya handphone, inilah handphone Ibu yang biasa dipake untuk nelepon, hari itu Ibu beli 800 ribuan lah, ini cuman untuk nelepon dan SMS saja
tidak bisa yang lain, karena kami dirinya dan suami gak tahu pake- pake,.. apa namanya tu? He’ee facebook, sama kami gak ada, tapi sama
keluarga ada, family Ibu, anak- anak kakak Ibu yang di Medan, yang di Pekanbaru sering facebook-kan sama dia anak, sekarang sama Karina
cucu, bisa dia itu facebook-kan, sama Raja cucu juga itu sering dia facebook-kan.”
Berbeda dengan informan III. Informan ketiga ini termasuk kepada orang yang buta terhadap teknologi. Handphone sebagai teknologi komunikasi yang
telah lama ada dan paling mudah digunakan hingga saat ini, informan sama sekali
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat menggunakan teknologi komunikasi tersebut. Informan III juga sangat jarang memegang atau bahkan menggunakan handphone dalam
kesehariannya. Informan tidak dapat mengetahui dengan jelas dan baik mengenai fungsi setiap tombol pada handphone. Ketika peneliti menanyakan tentang
handphone beliau, informan menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki handphone secara pribadi namun handphone yang digunakan dalam
berkomunikasi adalah handphone milik anak informan yang paling kecil. Anaknya tersebutlah yang akan membantu dirinya menggunakan handphone.
Berdasarkan keterangan dari informan III, handphone yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anaknya adalah dengan gambaran berikut, bermerk
Samsung, model touch screen, dengan harga Rp. 1 jutaan. Peneliti hanya memperkirakan jenis handphone yang digunakan informan III dikarenakan pada
wawancara dilakukan, handphone yang biasa digunakan untuk menelepon tersebut dibawa oleh anak informan bekerja. Sedangkan informan hanya bisa
menjelaskan handphone sekedarnya saja. Informan juga merasa kurang puas menggunakan teknologi komunikasi
handphone. Informan III mengatakan bahwa seperti ada yang kurang jika berkomunikasi tanpa melihat wajah anaknya tersebut. Hal ini dikarenakan
biasanya setiap harinya informan dapat bertatap muka secara langsung jika ingin berkomunikasi satu sama lain. Namun, setelah tiga tahun lebih, informan sudah
terbiasa dengan hal tersebut dan sekarang lebih bersyukur dengan adanya teknologi komunikasi seperti handphone. Handphone tersebut membantu dirinya
dalam berkomunikasi sehingga ia mengetahui keadaan dan kabar anaknya tersebut walaupun tidak setiap hari.
“Tidak ada, tapi macam ada yang kurang antara ngomong lihat mukanya sama pake telepon, kalau di telepon cuman bisa dengar suaranya saja,
biasanya kan bisa lihat mukanya kalau di rumah, bisa dengar suaranya, bisa lihat apa yang dia anak buat, ada yang kurang lah, tapi syukur juga
kan masih ada handphone, masih bisa tahu kabarnya disana.Wak pake hp Erna itu, macam orang-orang pake itulah, kalau Wak lihat gak ada untuk
pencet-pencetnya, kaca semua di depannya, adalah seukuran segini menunjukan kira-kira ukuran handphone dengan tangan, hari itu Erna
beli adalah sejutaan harganya.”
Universitas Sumatera Utara
Informan III mengatakan bahwa handphone tersebut lebih sering dibawa oleh anaknya kerja atau terkadang ditinggal di rumah. Pada saat demikian, dengan
kesibukkan informan III bekerja, terkadang jika ada seseorang atau anaknya yang menelepon, tidak ada orang yang akan menerima panggilan tersebut. Suami
informan III juga termasuk kepada orang buta teknologi. “Mana bisa Alang, nanti kalau Mala anak itu menelepon, ya Erna
anak yang menyambutnya, baru Alang bisa nelepon. Memegang saja jarang, Alang tida ngerti- ngerti pake handpone itu, hari itu pernah Alang
diajari Erna anak, tekan tombol yang ini untuk panggilan masuk tekan tombol ini untuk ini, tak ada yang Alang ingat.”
Pada informan IV, teknologi komunikasi hanya digunakan juga sama dengan informan I, II, dan III. Berdasarkan pengamatan dan keterangan dari
informan, handphone yang digunakan oleh informan memiliki spesifikasi sebagai berikut, pada saat wawanacara, peneliti melihat handphone tersebut tercharge
dengan baik di dekat tempat duduk informan dan peneliti. Handphone informan berwarna putih dengan model buka-tutup, jika dibuka akan ada cahaya bergerak-
gerak pada bagian luar handphone tersebut. Pada bagian depan handphone terdapat gambar love berwarna pink ini cahaya akan keluar. Berukuran kira-kira
panjang 117 mm dengan tebal 17 mm dan bermerk evercross dengan harga Rp. 500 ribuan.
Informan IV juga mengetahui media komunikasi lain selain handphone yang dapat digunakan untuk komunikasi jarak jauh antara informan dengan
adiknya tersebut. Informan mengatakan bahwa ia mengetahui dan pernah melihat facebook itu bagaimana, namun ia tidak dapat menggunakannya. Informa IV
mengatakan bahwa jika ingin menanyakan seputar facebook, dapat menanyakannya dengan anaknya Lia. Informan IV mengaku bahwa ia
menggunakan facebook hanya sebatas untuk melihat foto-foto dari adiknya tersebut. Untuk hal lain, yang biasanya menggunakan media komunikasi tersebut
adalah anaknya. “Iya kalau Ibu pake HP saja, macam gitulah hp Ibu, macam anak-anak
kan tertawa, tapi ibu suka handphone yang kayak gitu. Ibu pake hp untuk
Universitas Sumatera Utara
nelepon sama sms aja. Ibu gak tahu menggunakan Facebook itu, Lia anak yang tahu pake facebook itu, dia anak sering facebook-kan ke
sana, nanti sesekali kan ibu lihat foto- foto adik Ibu itu sama kawan- kawannya. Pertama kali melihatnya setelah sempat sebulan berpisah,
badannya lebih gemuk dari sebelum dia adik pergi ke Malaysia.”
Menurut Ibu Soraya, ketika ia menggunakan handphone, ia merasa kurang puas disebabkan ia tidak melihat secara langsung. Hanya suara yang dapat ia
dengarkan. Hal ini membuat sedikit khawatir karena ini pertama kali adiknya pergi jauh dari rumah dan menetap lama di Negara orang. Namun, semua dapat
diatasi dengan selalu berkomunikasi dan bagi Ibu Soraya memberikan do’a serta nasihat sangat penting.
“Bedalah rasanya, kalau ngomong langsung kan dapat kita lihat wajahnya, kalau pake telepon cuman suaranya yang bisa didengar, agak-
agak khawatir kita kan, tapi gak apa- apalah, setiap telepon Ibu selalu bilang sama dia adik, baik- baik kau disana, kerja bagus- bagus, itu
sudah membuat lega sedikit.”
Tabel 4.1 Klasifikasi teknologi komunikasi yang digunakan keluarga TKI Informan
Teknologi komunikasi antarpribadi yang digunakan keluarga TKI
Zulkifli Hanya menggunakan Handphone,
handphone yang digunakan memiliki gambaran sebagai berikut, bermerk
Nokia, berwarna hitam dengan garis oranye yang mengelilingi tepi
handphone, panjang kira-kira 114 mm dan tebal 12 mm dengan harga Rp. 700
ribuan. Rismawati
Handphone, tetapi mengetahui adanya perkembagan media komunikasi dunia
maya seperti facebook. Handphone
Universitas Sumatera Utara
informan memiliki gambaran sebagai berikut, berwarna merah dengan putih di
bagian tengah handphone, layar 2,3 inci dan tebal 12 mm dengan harga Rp.800
ribuan. Siti Khadijah
Hanya menggunakan Handphone, buta teknologi. Handphone yang digunakan
informan diperkirakan memilliki gambaran sebagai berikut, bermerk
Samsung, model touch screen, dengan harga Rp. 1 jutaan
Soraya Handphone, mengetahui adanya media
komunikasi lain seperti facebook, tetapi tidak dapat menggunakannya.
Handphone yang digunakan untuk berkomunikasi memiliki gambaran
sebagai berikut, berwarna putih dengan model buka-tutup, jika dibuka akan ada
cahaya bergerak-gerak pada bagian luar handphone tersebut. Pada bagian depan
handphone terdapat gambar love
berwarna pink, disinilah cahaya akan keluar. Berukuran kira-kira panjang 117
mm dengan tebal 17 mm dan bermerk evercross dengan harga Rp. 500 ribuan.
Sumber : Hasil Penelitian 2015
4.1.4 Komunikasi antarpribadi keluarga TKI