informan memiliki gambaran sebagai berikut, berwarna merah dengan putih di
bagian tengah handphone, layar 2,3 inci dan tebal 12 mm dengan harga Rp.800
ribuan. Siti Khadijah
Hanya menggunakan Handphone, buta teknologi. Handphone yang digunakan
informan diperkirakan memilliki gambaran sebagai berikut, bermerk
Samsung, model touch screen, dengan harga Rp. 1 jutaan
Soraya Handphone, mengetahui adanya media
komunikasi lain seperti facebook, tetapi tidak dapat menggunakannya.
Handphone yang digunakan untuk berkomunikasi memiliki gambaran
sebagai berikut, berwarna putih dengan model buka-tutup, jika dibuka akan ada
cahaya bergerak-gerak pada bagian luar handphone tersebut. Pada bagian depan
handphone terdapat gambar love
berwarna pink, disinilah cahaya akan keluar. Berukuran kira-kira panjang 117
mm dengan tebal 17 mm dan bermerk evercross dengan harga Rp. 500 ribuan.
Sumber : Hasil Penelitian 2015
4.1.4 Komunikasi antarpribadi keluarga TKI
Berdasarkan tujuan penelitian, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang paling digunakan dalam penggunan teknologi komunikasi yang
bersifat jarak jauh. Teknologi komunikasi sendiri digunakan untuk mempermudah
Universitas Sumatera Utara
komunikasi antarpribadi. Dalam proses pengamatan dan wawancara, peneliti menemukan bagaimana komunikasi antarpribadi yang dilakukan keluarga dengan
TKI secara jarak jauh. Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Komunikasi antarpribadi yang terjalin antara informan I dan isterinya berjalan dengan baik. Komunikasi keduanya berlangsung hampir setiap malam.
Terkadang isteri informan I tidak dapat menelepon dikarenakan masih adanya pekerjaan yang harus dikerjakan segera. Informan I mengaku bahwa untuk
menjalin komunikasi antarpribadi seperti biasa layaknya di rumah, banyak hal yang harus dibicarakan melalui media handphone. Mulai dari kabar hingga
masalah dalam kehidupan sehari-hari keduanya. Menurut informan, kabar merupakan hal yang sangat penting untuk ditanyakan untuk memastikan isterinya
tidak mengalami sesuatu kekurangan apapun dalan kesehatan badannya. Informan I menambahkan bahwa jika tubuh dalam keadaan sehat, semua pekerjaan dapat
dikerjakan dengan baik. Selanjutnya, informan I mengaku bahwa bahan pembicaraan dirinya dengan isteri berkenaan dengan anak tunggal mereka yang
juga bekerja ke Malaysia. Informan I menceritakan hal-hal yang biasanya ia cerita kepada isterinya.
Sambil mengenggam tangan dan meletakkannya di telinga seolah sedang menelepon, informan mulai bercerita bahwa ia sering memiscall isterinya hanya
untuk menanyakan apa yang sedang dilakukan isterinya tersebut. Isteri informan I juga kan segera menelepon suaminya tersebut menanyakan maksud memiscall
dirinya. Informan I mengaku bahwa terkadang isterinya tersebut sedang berkumpul dengan beberapa temannya di Malaysia.
“Hampir tiap malam Wak telepon, macam- macam yang diomongkan, mulai kabar, kabar penting tu, kabar yang pertama kali Wak tanyakan
kalau setiap menelepon, takut kalau sudah letih kali isteri Wak itu bisa sakit, jaga-jaga kesehatan Wak bilang, kalau sehat senua pekerjaan bisa
dikerjakan kan, tapi sekarang lebih banyak tanya tentang Feri anak, dia kan juga kerja di Malaysia, macam mana kabar Feri? Ada masalah lagi
Feri ?, tapi kemarin itu Wak telepon, maya bang? Abang call tadi kan? Mana kau ni Bu? Ini lagi ngerumpi dengan kawan- kawan, udah siap
kerjamu? alah tak usah kerja sajalah, dia isteri itu cepat bangun pagi, udah start dari jam empat, yang teriknya gosok pakaianlah nanti itu.”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengakuan informan I, informan dan isteri mengesampingkan biaya yang mahal untuk berkomunikasi secara intens. Walaupun tidak setiap hari,
komunikasi yang dilakukan untuk tahu kabar satu sama lain sudah dapatkan dikatakan sangat intens. Informan I mengatakan bahwa isterinya lah yang
biasanya yang menelepon lebih dahulu, sedangkan informan I jarang untuk menelepon kepada isterinya di Malaysia. Menurut informan I, biaya yang
dikeluarkan untuk menelepon ke Malaysia dapat dikatakan mahal sedangkan biaya menelepon dari Malaysia ke Indonesia dapat dijangkau oleh isterinya.
Intensitas komunikasi yang tinggi tidak menghindarkan informan I dari kesalapahaman dalam komunikasi antarpribadi. Informan I mengaku dirinya dan
isteri pernah saling salahpaham terhadap satu masalah. Informan I bercerita bahwa hal ini berawal dari adanya tetangga yang meminjam sedikit uang terhadap
isterinya. Karena ketulusan hati informan dan isterinya untuk membantu sesama, isteri informan pun meminjamkan sedikit uangnya tersebut. Ketika waktu untuk
mengembalikan uang itu tiba, tetangga informan tidak menepati janji sehingga informan I agak sedikit kecewa dan marah. Hal ini disebabkan informan juga
sangat membutuhkan uang tersebut segera. Informan I mengeluarkan perasaanya kepada isterinya. Kemarahan yang
berlebih dari informan ini coba diredam oleh isteri, namun, niat itu menjadi awal mulai kesalahpahaman yang terjadi. Informan I menilai isterinya tersebut terlalu
membela tetangganya tersebut. Informan menganggap isterinya terlalu membela tetangga itu dan tidak mementingkan uang yang telah dipinjamkan. Akibatnya
informan I menilai isterinya berlaku demikian karena ia memiliki dan mendapatkan uang lebih di Malaysia. Kesalahpahaman berlanjut hingga
pemutusan panggilan dilakukan informan I. “Tidak pernah, tapi kalau salah paham, gak nyambung ada kadang-
kadang, Wak sering geram sama orang disini, wak akan ngomong mengadu, pantlah.. anji orang itu, nanti dia isteri bilang jangan
gitu bang, tidak baik, biarkanlah orang cakap apa, jangan begaduh lagi”malah Wak yang sering dinasehatinya. Tapi, beberapa hari yang
lalu, ada tetangga dekat situ minjam uang 1,5 juta, Wak telpon lah dia
Universitas Sumatera Utara
isteri, oh.. Bu, ada orang yang mau pinjam uang sini ni, ada uang Ibu? Kasikanlah Bu…,Wak kata, Wak kan tulus kali meminjamkan uang sama
orang, mau dia bayar pikir hati, macam kita kalau hutang, mau kita bayar, rupanya udahlah seratus, dua puluh, dua ratus dikasinya satu hari, jadi
peninglah mikirkan uang yang 1,5 juta itu, awak perlu kali, Wak bulang gitu kan, alahh.. udahlah bang kalau gak bayar biarkan dia gak usah
bayar, kalau gak diamkan saja nanti ku kirimin abang lagi, ya, lah kalau kau gitulah orang kau enak disitu itu, udahlah Bang yang sabar saja, gak
akan sampai manalah duit itu. Dia bela- bela orang itu bikin Wak kadang salah paham, nanti akhirnya gara- gara orang berantem Wak sana istri
Wak, nanti kalau Wak palak, Wak matikan hp itu, ha.., kalau gitu ada, tapi kalau sampai soal abang selingkuh selama aku disini begitu begini itu gak
ada.”
Tidak hanya hal-hal buruk dalam komunikasi antarpribadi dapat terjadi. Untuk menjaga komunikasi antarpribadi ini dapat berjalan stabil. Hal-hal dalam
kehidupan sehari-hari yang menyenangkan dikomunikasikan sehingga dapat mempererat komunikasi antarpribadi kembali. Informan juga sering
mengkomunikasikan hal-hal yang dapat membuat komunikasi menjadi menarik. Informan I mengatakan jika dirinya sangat geram dengan kelakuan anak-anak
yang berada di dekat rumahnya. Semua buah rambutan yang ditanam oleh informan I lenyap tidak bersisa walaupun keadaannya belum matang. Hal-hal
demikian yang biasanya dikomunikasikan dengan isterinya tersebut agar komunikasi lebih menarik dan tidak bosan.
“Macam kemarin itu, Wak ditelepon, dimana ini bang ? katanya. Ini lagi di rumah, habis anak- anak itu ambilinn
ya rambutan, udahlah belum masak, aku bilang bentar- bentar lagi, aku pulang narik tak ada bersisa
lagi rambutan tadi tertawa, udah itu, nanyak lagi, udah nolak pisang bang ? udah tadi tiga tandan, Wak memang nanam pisang dekat- dekat
rumah itu, lumayan kan untuk makan sama jual.”
Informan II berkomunikasi dengan anaknya melalui handphone terjalin lancar. Informan II dan anaknya berkomunikasi sekali sampai dua kali dalam satu
minggu. Informan II menuturkan bahwa biasanya anaknya tersebut menelepon untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan anak-anaknya. Anak
informan ini biasanya menanyakan mengenai kesehatan anak-anaknya, pendidikannya, maju atau tidak. Informan II mengatakan bahwa selain
Universitas Sumatera Utara
mengontrol anak-anaknya, anak Informan ini juga menceritakan tentang pekerjaannya dan bagaimana ia bekerja di Malaysia.
Melalui media handphone, Informan II selalu mejadi tempat curahan hati anaknya tersebut. Informan mengaku bahwa anaknya pernah mengeluarkan semua
perasaannya kepadanya mengenai pekerjaan dan majikannya. Anak informan mengatakan bahwa bos di kilang tempatnya bekerja sedikit kasar terhadap
pekerja. Berdasarkan cerita dari anaknya, informan II terkadang merasa kasihan terhadap anaknya. Namun, menurut informan semua itu memang harus dijalani
untuk kedua anaknya di Indonesia. “Komunikasinya lancar, dalam seminggu kadang dua kali, kadang sekali,
kadang sama sekali tidak ada, maklumlah namanya juga kerjanya berat kan, tapi lancarlah, yang diomongkan biasanya masalah keluarga
bagaimana kabar yang lain, masalah anak-anaknya, bagaimana kesehatannya,apakah anak-anaknya pernah sakit, pendidikannya gimana,
nilainya baik atau buruk, maju atau gak, ya gitulah, pendidikan anak- anaknya yang utama, selain itu, dia anak juga sering cerita tentang
pekerjaannya, bagaimana dengan bosnya disana, katanya capek kali kerja, kami seperti budak disini, bosnya agak kasar apalagi orang india,
kalian orang- orang indonesia bekerja disini, nanti kalau malam, kalau di Indonesia, semua orang tidur, kami kerja disini, agak iri dia anak.”
Informan II mengatakan bahwa anaknya tersebut biasanya akan menelepon ke Indonesia pada pagi hari, tetapi beberapa kali anaknya tersebut juga
menelepon pada malam dan sore hari. Waktunya tergantung pada anak informan, anaknya lah selalu menelepon terlebuh dahulu ke Indonesia sedangkan Ibu Ris
sendiri jarang untuk menelepon ke Malaysia dengan alasan besarnya jumlah biaya yang dikeluarkan. Jika menelepon, anaknya tersebut akan berbicara dengan kedua
anak yang ia tinggalkan sebelum ia menelepon Ibu Ris.
“Kadang pagi pulang kerja, kalau dapat shift malam nanti kan, nanti jam lima, jam enam dia nelepon, kalau dia anak dapat kerja siang, ya dia
anak neleponnya sore tapi yang sering pagi.”
Selain hal-hal yang berkenaan dengan kabar, keadaan anak TKI, anak informan ini juga sering menceritakan pengalaman-pengalaman ia bekerja yang
mungkin belum pernah didengar oleh informan. Informan II mengaku bahwa dia
Universitas Sumatera Utara
pernah bercerita tentang pengalam lucu yang dialami anaknya tesebut saat bekerja di kilang dalam membuat mainan. Informan menjelaskan bahwa anaknya dan
semua teman-temannya mersa sangat mengantuk dikaebkan mendapatkan shift bekerja di malam hari sehingga terkadang barang-barang yang harus dicek
terlewat begitu saja. “Dia pernah cerita, katanya kalau udah ngantuk kali, kami sembunyi
dibawah mesin itu tidur, kami biarkan saja barang- barang itu lewat, Ibu dengar itu ketawalah, ya namanya juga ngantuk kan, mana bisa ditahan
tapi itu pas waktu awal- awal dia anak kerja disana.” tertawa
Informan II mengatakan bahwa anaknya hanya sesekali saja berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya. Hanya informan dan kedua anak
TKI sajalah yang biasanya berkomunikasi dengan dirinya melalui telepon. Komunikasi antara anak informan II dengan Bapaknya sedikit ada jarak.
Berdasarkan penuturan informan II, suaminya tersebut sedikit tegas terhadap anaknya tersebut setelah perceraian yang dialami anak informan. Informan II juga
mengatakan bahwa komunikasi diantara anak dan suaminya hanya sekedar saja walaupun di rumah. Semenjak perceraian tersebut, anaknya ini tinggal bersama
dirinya sebelum pergi bekerja ke Malaysia.
“Kalau sama Bapak jarang nelepon, di rumah saja jarang, suami Ibu itu agak tegas orangnya, jadi si novit TKI sedikit segan untuk komnikasi
dengan Bapaknya, kalau ngomong, kalau ada perlu saja. Bapak sedikit berubah sikap dengan anak ibu itu setelah perceraian anak Ibu itu. Anak
Ibu itu udah tinggal sama Ibu semenjak dia anak cerai dia suaminya.”
Pada akhir pembicaraan informan II menceritakan bahwa kontrak kerja anaknya tersebut akan berakhir pada bulan November 2015. Informan II berharap
bahwa anaknya tersebut akan menyelesaikan kontraknya dan kembali ke Indonesia dengan wajah dan mimik bimbang. Informan II kemudian mengubah
pernyataannya dengan kata “kalau jadi”, peneliti juga mempunyai seorang orang tua yang bekerja sebagai TKI di Malaysia sehingga paling tidak mengerti bahwa
keadaan Malaysia dan Indonesia sangat berbeda dalam hal lapangan kerja
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antarpribadi antara informan III dengan anaknya sangat lancar. Anak informan ini akan menelepon dua sampai tiga kali dalam seminggu,
namun terkadang akibat dari kesibukkan informan III dalam bekerja, panggilan masuk dari anaknya tidak terdengar dan diterima. Informan III menjelaskan
bahwa handphone sebagai media komunikasi yang digunakan terkadang harus dibawa anaknya Erna untuk bekerja, tetapi terkadang handphone tersebut
ditinggal di rumah. Pada saat itulah, sering informan III tidak mendengar suara panggilan masuk dari handphone tersebut.
“Dalam seminggu, ada lah dua sampai tiga kali nelepon dia anak tapi kadang-kadang tak sempat terangkat, kadang- kadang Alang kan ke
Ladang gak terangkat kalau handphonenya tinggal di rumah, kadang- kadang handphonenya kan dibawa adiknya kerja, tak didengarnya ada
telepon kalau lagi kerja.”
Jika anak informan ini menelepon, Informan III biasanya akan menanyakan kabar dan pekerjaan anaknya tersebut. Informan III menambahkan
bahwa anaknya tersebut sering merasa rindu walaupun sudah sering menelepon ke Indonesia. Anak informan ini sudah merasa betah bekerja di Malaysia
dikarenakan anaknya tersebut sudah mendapat bagian pekerjaan yang baik dan tidak membuat anak informan ini terlalu merasa lelah. Terkadang jika menelepon,
anak informan tersebut akan mengajak informan untuk berbicara dengan gaya melayu Malaysia.
“Ya ngomomg Malaysia lah, biasanya macam mana disana? Sehat atau tidak, enak mak, tidak capek katanya, terkadang sama- sama nangis kami
di telepon karena rindu, si Erna adik pun ikut nangis, tertawa, dia anak sudah enak disana karena sudah diangkat jadi kepala bagian dia
anak, kan nanti itu ada satu orang yang ditunjuk untuk jadi kepala bagian jadi dia anak gak perlu kerja lagi cuman lihat- lihat dan periksa
hasil kerjaaan atau barang yang sudah masuk, nanti kalau dia anak bilang udah bagus barang tadi baru bisa lewat barang itu.”
Anak informan ini akan menelepon jika waktu cuti libur dan terkadang pulang kerja. Informan III mengatakan bahwa jika anaknya tersebut menelepon
bisa sampai tiga puluh menitan. Selain membahas hal yang berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
kabar dan pekerjaan dan curahan hati anaknya, anak informan ini sering menceritakan tentang teman-temannya dan bagaimana ia bekerja. Informan III
menjelaskan bahwa jika bekerja di Malaysia tidak boleh lambat-lambat, jika lambat ka kena marah oleh bosnya. Lebih lanjut, anaknya juga pernah harus
bolak-balik mengeluarkan barang karena kurang teliti dalam memeriksa barang sehingga anaknya tersebut mendapat kemarahan bosnya. Namun, informan III
mengatakan bahwa anaknya tersebut merasa itu merupakan hal yang lucu karena tidak hanya dirinya namun teman-temannya juga merasakan hal yang sama.
“Biasanya kalau lagi cuti, pulang kerja itu kadang- kadang dia anak mau nelepon, kan letih habis kerja, keseringan kalau ada cuti, dia anak
gak kerja bisa dia nelepon sampai setengah jam lebih, macam-macam yang diomongkan sama adiknya itu. Ada lah dia anak cerita, Mak kalau
disini gak boleh lambat- lambat kalau kerja nanti kena marah, disini Mala kerja ngecek barang, harus betul- betul dilihat mak kalau tidak nanti
disuruh keluarkan lagi barangnya, Mala pernah mak bolak- balik masuk keluarkan barang, itu karena kurang teliti, kena marah sama bosnya
jadinya, tapi lucu jadinya mak, semua kawan-kawan pun sama kena marah juga, Alang dengar itu rasanya kasihan, tapi dia anak mau kali
bantu- bantu Alang, tengok lah Alang kan susah.”
Komunikasi antara informan dan anaknya tidak selamnya berjalan baik. informan III mengaku bahwa anaknya tersebut pernah marah karena beberapa
panggilan masuk dari anaknya tersebut tidak diterima. Informan mengatakan dirinya sering tidak mendengar adanya panggilan masuk sehingga hal ini
membuat marah anaknya tersebut. Komunikasi menjadi sedikit memburuk karena anaknya tersebut merasa bahwa panggilan dari dirinya sengaja tidak menerima
panggilan tersebut. Namun, informan mengatakan bahwa kejadian seperti ini jarang terjadi.
“Tidak ada, tapi pernahlah Mala ku merepet marah- marah, ia kan kadang- kadang susah kali mau nge-hp ke sini, nanti macam Alang tadi
bilang, kadang Alang ke ladang, hp kan tinggal di rumah tak terjawablah, adiknya pun sama bukan di dengarnya nanti, ia kan kerja. Merepetlah
marah- marah dia anak, mana ja orangnya ini tidak diangkat- angkatnya hp katanya.”
Universitas Sumatera Utara
Informan peneliti yang terakhir mengaku bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan dirinya dengan adiknya sangat lancar. Informan IV mengatakan
bahwa pada awal kepergian adiknya tersebut komunikasi sangat sering dilakukan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, adiknya tersebut dapat menerima
lingkungan barunya dan bertambahnya kesibukkan adiknya tersebut, komunikasi yang dilakukan sudah sedikit berkurang, tiga kali dalam seminggu. Informan
mengaku bahwa biasanya adiknya menelepon pada malam hari sekitar pukul tujuh malam, tapi terkadang tidak menentu juga, adik informan juga pernah menelepon
pada pagi hari. Informan juga mengaku bahwa antara dirinya dan adiknya sudah sangat dekat sehingga komunikasi antarpribadi keduanya sangat lancar dan
terbuka satu sama lain. “Lancar, seminggu tiga kali dia adik menelepon, apalagi pas hari itu
masih ada emak kami, awal-awal dia kerja, hampir tiap malam dia adik menelepon, sekarang agak berkurang lah sedikit dia adik menelepon,
sudah bisa dia beradaptasi lah istilahnya, udah gitu udah sibuk kerja dia. Biasanya dia menelepon malam sekitar jam tujuh disini, biasanya habis
pulang kerja dia adik langsung menelepon, kalau dapat jam malam, pagi dia adik menelepon tapi kalau sudah capek kali katanya kadang dia
adik tidak menelepon, tidur katanya, kalau siapa yang lebih sering menelepon, adik Ibu lah, kadang- kadang Ibu juga kalau ada keperluan,
ya, kadang-kadang kan kalau namanya kita berdagang ada sedikit kekurangan modal, Ibu biasanya nelepon adik Ibu itu, Oh, Jam, pinjam
dulu aku uang mu sekian misalnya memperagakan, dikasinya.”
Informan juga menjelaskan dengan nada sedih bahwa adiknya pergi bekerja jauh ke Malaysia, tidak semata-mata karena untuk mendapatkan gaji besar
dan peluang pekerjaan yang besar di Malaysia. Namun, adanya alasan dalam diri yang lain, adik informan ini ingin melupakan kenangan pahit dengan rumah
tangga yang harus kandas dengan cepat. Informan IV juga menceritakan bahwa pada awal kepergian adiknya tersebut, semua anggota keluarga merasa sedih atas
kepergiannya dengan alasan demikian terutama Ibu informan. “Kerja dia adik disana di pabrik alat- alat elektronik, alasannya, dia
adik kan hari itu pergi pas lagi runyam rumah tangganya, pas udah diceraikan suaminya itu langsung dia adik berangkat ke Malaysia, sedih
kali lah kami lihat dia adik, hari itu emak kami kan masih ada, di bandara tersengkuk- sengkuk dia adik nangis, habis dipelukinya kami
Universitas Sumatera Utara
semua, sedih kali lah Ibu lihatnya, sebetulnya dengan kerja itu sedikit- sedikit dapat dia adik lupakan masalahnya.”
Informan IV juga merasakan bahwa ada perbedaan komunikasi antara dirinya dengan adiknya tersebut sebelum dan setelah wafat mereka. Informan
menjelaskan, pada awalnya komunikasi antara dirinya dengan adiknya tersebut masih terasa tertutup, jika komunikasi masih sekadar menanyakan kabar satu
sama lain, jarang mau cerita dengan diri informan. Menurut Informan IV, pada waktu itu, adiknya lebih terbuka dengan ibu mereka daripada dirinya. Namun,
sepeninggal Ibu informan, adiknya mulai terbuka terhadapdirinya dikarenakan sebagai anak tertua kedua dan sama-sama perempuan, adiknya tersebut sudah
lebih terbuka menceritakan apa yang dirinya rasakan di Malaysia. “Dulu beda Ibu rasa komunikasi dengan adik Ibu itu, masih ada ditutup-
tutupinya, tapi sama emak kami nggak, dari mamak Ibu itulah nanti Ibu tahu cerita tentang dia adik, kalau sama Ibu ya gitu-gitu aja, kabar,
macam mana dia disana, apakah kerjanya lancar tapi kalau sekarang baru mau dia adik cerita, macam mana bosnya disana, ada laki- laki
sana yang suka dengan dia, macam- macam lah, kalau ada laki-laki yang suka sama dia, Ibu bilang, suka kau sama dia?, adik Ibu cuman ketawa-
ketawa aja, belum lagi lah Kak, katanya. Ibu pun udah ngerti maksudnya itu, adik Ibu tu kan baru bercerai, muda kali masih rumah tangganya, tapi
ya sudahlah.”
Tabel 4.2 Klasifikasi Komunikasi Antarpribadi Keluarga TKI
Informan Intensitas
Komunikasi antarpribadi
Keluarga TKI Hal- hal yang sering dibicarakan
Keluarga TKI
Zulkifli Hampir setiap hari
• Seputar kabar
Informan menganggap bahwa kesehatan menjadi sangat penting
dalam bekerja. Sehingga setiap isteri informan menelepon kabar menjadi
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan awal informan. •
Kegiatan keseharian TKI maupun informan
isteri informan menceritakan keseharian dirinya mulai dari awal
bekerja di pagi hari sampai pada apa yang ia lakukan ketika waktu luang.
Isteri informan biasanya bagun pada pukul pukul empat pagi dan harus
beres membersihkan bagian atas dan bawah rumah majikan. Jika sudah
selesai, isteri informan mempunyai waktu luang, yang dilakukan dengan
mengobrol dengan tetangga. Sedangkan bagi informan, contoh hal
keseharian yang dibicarakan dengan isteri adalah ketika ia merasa kesal
dengan anak-anak yang mengambil rambutan yang belum matang.
• Anak
Setelah kepergian anak informan untuk bekerja di Malaysia, informan
dan isteri lebih sering untuk membicarakan anak mereka tersebut,
isteri informan lebih banyak bertanya bagaimana keadaannya, ada masalah
atau tidak dengan pekerjaannya di Malaysia
• Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
Isteri informan lebih sering menanyaka pekerjaan informan
menarik becak, apakah lancar atau tidak sedangkan untuk isteri informan
rutinitas pekerjaan menjadi bahan perbincangan setiap kali menelepon.
• Curahan hati setiap pasangan
Isteri informan sering mencurahkan tentang keadaannya setelah bekerja,
isteri informan terkadang merasa sangat lelah dan ingin memutuskan
untuk pulang ke Indonesia. Sedangkan informan terkadang mendengar
percakapan tetangga yang mengatai informan. Hal ini yang biasanya
dicurahkan kepada isteri informan.
Rismawati Satu sampai dua
kali seminggu •
Seputar kabar Kabar paling sering ditanyakan oleh
anak informan kepada dirinya. Kabar kedua anaknya juga menjadi perhatian
anak informan ini. Kabar anggota keluarga lain juga menjadi perhatia
dari anak informan ketika menelepon. •
Pekerjaan Anak informan menceritakan tentang
bagaimana bosnya disana. Anak informan mengatakan bahwa bosnya
tersebut sangat kasar terhadap pekerja.
Universitas Sumatera Utara
• kebutuhan anak pendidikan dan
kesehatan Perhatian yang besar juga dicurahkan
kepada anak-anak yang TKI tinggalkan kepada informan. Anak
informan menanyakan tentang pendidikan dan kesehatan anak-
anaknya. Dalam pendidikan perhatian anak informan tertuju pada maju atau
tidaknya anaknya tersebut, apakah uang untuk kebutuhan pendidikan dan
kesehatan kedua anaknya cukup atau tidak.
• curahan hati dan keluhan TKI
curahan hati TKI berkaitan dengan pekerjaan TKI yang sangat berat
ditambah lagi dengan bos yang bersikap kasar. Anak informan juga
kadang mengeluh dengan bosnya tersebut, anak informan juga merasa
iri dengan keadaan yang mengharuskan dirinya untuk bekerja
di malam hari sedangkan kalau di Indonesia dirinya pasti sedang tidur
Siti Khadijah Dua sampai tiga
kali seminggu •
Seputar kabar Sama halnya dengan informan yang
lain, kabar menjadi hal utama yang ditanyakan informan maupun TKI.
Universitas Sumatera Utara
• Pekerjaan
Informan menanyakan bagaimana pekerjaan anaknya, apakah betah atau
tidak bekerja di Malaysia. •
rasa rindu anak informan melampiaskan
kerinduannya dengan menangis dan saling bercerita.
• curahan hati TKI
anak informan biasanya mengungkapkan bagaimana dirinya
dimarahi karena kurang teliti dalam memeriksa barang dan harus
mengulanginya kembali. Selain itu, curahan hati akan kerinduan juga
sering diungkapkan anak informan.
Soraya Tiga kali seminggu
• Seputar kabar
Kabar menjadi hal yang biasanya ditanyakan kepada informan dan
sebaliknya informan kepada adiknya. •
Pekerjaan Informan menanyakan bagaimana
pekerjaannya disana, apakah mengalami kesulitan dalam bekerja
atau tidak. •
curahan hati TKI
Universitas Sumatera Utara
adik informan meungungkapkan bahwa ada pria yang menyukai
dirinya. Sumber : Hasil Penelitian 2015
4.1.5 Hambatan komunikasi dan penggunaan teknologi komunikasi Keluarga TKI