Karakteristik Sampel Strategi Peningkatan Produksi Kedelai (Studi Kasus : Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat)

4.5 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat, Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat.Karakteristik petani sampel yang diteliti meliputi Umur, Pendidikan, Lama berusahatani dengan deskripsi sebagai berikut. Tabel 9.Karakteristik Petani Sampel Desa Stabat Lama Barat Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014 No Uraian Range 1 Umur Tahun 30-63 tahun 2 Pendidikan Tahun 6-12tahun 3 Lamanya Berusahatani Tahun 1-20tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1 Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka kemampuan untuk melakukan kegiatan usahataninya cenderung semakin menurun dan mempengaruhi jumlah produksi usahataninya karena kegiatan usahatani banyak mengandalkan kegiatan fisik. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 10. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur Tahun Besar Sampel Jiwa Besar Sampel 1 30 - 39 4 13,33 2 40 – 49 5 16,67 3 50 – 59 14 46,67 4 ≥ 60 7 23,33 Jumlah 30 100 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1 Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa umur petani yang terbesar berada di kisaran 50-59 tahun. Hal ini karena petani tersebut merupakan buruh tani di usia muda dan belum memiliki lahan sendiri. Pendidikan Pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pendidikan sampel dilokasi penelitian bervariasi mulai dari tingkat SD Sekolah Dasar sampai SMA Sekolah Menegah Atas. Tingkat pendidikan petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Besar Sampel Jiwa Besar Sampel 1 SD 20 66,67 2 SMP 7 23,33 3 SMA 3 10 Jumlah 30 100 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani di daerah penelitian bervariasi dimana yang terbanyak tingkat pendidikan Sekolah Dasar SD yaitu 66,67 . Hal ini karena petani sampel di daerah penelitian mengalami kesulitan ekonomi untuk menempuh pendidikan dan kurangnya sarana pendidikan. Untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, harus ditempuh jarak yang cukup jauh karena letak sarana pendidikannya berada di ibukota kabupaten. Pengalaman Bertani Pengalaman bertani merupakan kondisi yang menyangkut lamanya usahatani yang telah dilakukan. Hal ini menentukan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Semakin lama pengalaman petani yang dimiliki petani maka petani cenderung semakin baik dalam mengelola usahataninya. Berikut ini adalah pengalaman bertani petani kedelai di Desa Stabat Lama Barat : Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani No Lama Berusahatani Besar Sampel Jiwa Besar Sampel 1 2 1 – 5 tahun 6 - 10 tahun 17 11 56,67 36,67 3 10 tahun 2 6,66 Jumlah 30 100 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1 Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan pengalaman bertani yang terbanyak berada pada kisaran 1-5 tahun. Hal ini karena banyak petani yang memulai untuk mengusahakan usahatani kedelai sejak adanya bantuan pemerintah dalam 5 tahun terakhir dalam bentuk subsidi benih, pupuk dan pestisida. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Kedelai Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Kedelai Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penyediaan Benih Bersertifikat Untuk memulai usahatani kedelai diperlukan penggunaan benih yang unggul untuk menjamin kualitas mutu hasil panen kelak. Benih yang unggul didapat dari lembaga yang memang berkompeten dalam penyediaan benih sehingga memperoleh sertifikat. Di daerah penelitian penyediaan benih bersertifikat merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani kedelai. Hal ini dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani, kedelai, penyediaan benih yang bersertifikat di daerah penelitian sudah terpenuhi dengan baik, dimana kelompok tani dan gabungan kelompok tani di daerah tersebut merupakan wadah dalam penyediaan benih kedelai yang bersertifikat. 2. Tingkat Kesuburan Lahan Pertumbuhan tanaman kedelai memang memerlukan lahan yang benar-benar cocok untuk memastikan tanaman tersebur tumbuh dengan baik. Tanaman kedelai Universitas Sumatera Utara menghendaki lahan yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah serta terjaga kandungan unsur haranya, baik itu unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, tingkat kesuburan lahan dan kesesuaiannya memang cocok untuk pertanaman kedelai. Dari dulu kedelai di daerah tersebut sudah dibudidayakan karena memang dianggap sesuai. Maka, kesesuaian lahan dan kesuburannya dijadikan sebagai kekuatan dalam peningkatan produksi kedelai. 3. Sumber Daya Manusia dalam Memproduksi Kedelai Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, tidak hanya diperlukan tenaga kerja yang mampu untuk melakukan proses produksi, tetapi juga diperlukan kemauan dan pengalaman serta handal dalam melakukan proses tersebut. Penetapan tenaga kerja yang tepat dapat menjamin keberlangsungan proses produksi yang baik sehingga hasil produksi dapat dipertahankan kualitasnya dan diupayakan meningkat kuantitasnya.Penetapan tenaga kerja yang tidak terstruktur asal-asalan menyebabkan meningkatnya resiko gagal panen dan penurunan kualitas, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan hidup petani dan usahataninya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, sumber daya manusia di daerah penelitian sudah terstuktur dan tidak kekurangan tenaga kerja. Petani mau dan mampu serta terus belajar dengan pendampingan penyuluh untuk berusaha meningkatkan produksi kedelainya. Dengan demikian, sumber daya manusia dalam memproduksi kedelai merupakan kekuatan dalam meningkatkan produksi kedelai. Universitas Sumatera Utara 4. Perbaikan Pola Tanam dan Pemanfaatan Potensi Lahan Pola tanam yang baik berarti memanfaatkan potensi lahan. Pola tanam yang dimaksudkan adalah pemanfaatan lahan yang bera kosong pasca panen padi. Lahan yang seperti ini memungkinkan petani untuk memanfaatkannya menjadi pertanaman kedelai. Sambil menunggu musim penghujan ataupun musim tanam padi periode berikutnya tidak salah jika lahan tersebut diisi dengan tanaman kedelai. Dengan pola tanam tersebut diharapkaan selain menambah pendapatan petani juga dapat meningkatkan produksi kedelai. Oleh karena itu, pola tanam tersebut sangat diperlukan dalam upaya pencapaian swasembada kedelai. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kedelai di daerah penelitian, hal ini menjadi kekuatan dalam peningkatan produksi bagi petani. Dengan adanya pola tanam tersebutpetani tidak perlu mencari kerja sampingan dan tetap dapat bercocok tanam di lahan miliknya sendiri. 5. Modal yang Digunakan Petani Setiap usahatani pasti memerlukan modal untuk biaya investasi dan produksi. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman dari lembaga keuanganbank.Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usahatani kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal produksi. Di daerah penelitian modal merupakan kekuatan dalam menjalankan usahataninya. Hal ini karena perusahaan usahatani kedelai tidak memerlukan modal yang besar untuk melakukan proses produksi dan rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pribadi. Universitas Sumatera Utara Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Kedelai Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi kedelai di daerah penelitian adalah : 1. Teknologi yang Digunakan Petani Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan petani di daerah penelitian, petani di daerah penelitian masih menggunakan teknologi yang sederhana. Jumlah petani yang mulai mengadopsi teknologi yang sudah maju sangat kecil. Tingkat pendidikan yang masih rendah menjadi alasan utama para petani belum mampu mengadopsi teknologi yang maju. Penggunaan teknologi yang masih sederhana dianggap sebagai kelemahan dalam meningkatkan produksi kedelai. Padahal dengan menggunakan teknologi yang maju ataupun sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang, produksi kedelai dapat ditingkatkan dan mempermudah pekerjaan petani dalam melakukakn proses produksi kedelai. 2. Pemanfaatan Potensi Alam Daerah penelitian merupakan desa yang terletak di tepi sungai. Namun, ketersediaan air di daerah tersebut sangat kurang terlebih di musim kemarau. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan petani, aliran sungai tersebut belum termanfaatkan dengan baik. Para petani lebih banyak yang berusaha pada lahan tadah hujan sehingga sampai sekarang belum ada upaya pembangunan irigasi ke lahan tersebut. Akibatnya, banyak lahan yang kering kerontang di musim kemarau dan tidak dapat dimanfaatkan, lebih banyak kosong dan ditumbuhi semak. Padahal jika aliran sungai dapat dibuat irigasi dan air sungai dapat Universitas Sumatera Utara dimanfaatkan maka kebutuhan air di lahan pertanian tersebut akan tetap terjaga dan proses produksi tidak akan terhambat. 3. Penggunaan Sarana Produksi Penggunaan sarana produksi merupakan kendala usahatani kedelai. Para petani sering kekurangan saran produksi seperti benih, pupuk dan pestisida. Beberapa sarana produksi memang diberikan subsidi oleh pemerintah, namun beberapa petani terlalu berpatokan pada jumlah yang diberikan pemerintah tanpa memahami kebutuhan di lahan yang mereka usahakan. Akibatnya hasil produksi yang dihasilkan masih kurang memuaskan. Petani lain mengeluh karena harus menambah biaya tambahan untuk membeli saran produksi karena lebih mementingkan kebutuhan lahan usahataninya. Hal ini menjadi kelemahan karena peningkatan produksi kedelai menjadi terhambat. 4. Sistem Manajemen dalam Berusahatani Sistem manajemen dalam berusahatani dimaksudkan agar petani sebagai pengusaha lebih teliti dalam mengetahui kondisi usahataninya dengan mencatat segala yang diperlukan dalam menjalankan proses produksi mulai dari awal penanaman sampai panen. Dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam berusahatani, maka petani dapat dapat mengambil langkah-langkah yang diangggap perlu untuk menjaga keberlangsungan usahataninya sehingga petani dapat mengetahui apakah usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau tidak. Berdasarkan wawancara dengan petani di daerah penelitian, para petani belum melakukan manajemen yang baik dalam usahataninya. Petani cenderung Universitas Sumatera Utara melakukan usahatani tanpa melakukan fungsi-fungsi manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga ke pengontrolan. Tidak ada catatan yang baik mengenai proses produksi yang dijalankan dalam berusahatani, sehingga sistem manajemen dalam berusahatani dianggap sebagai kelemahan dalam berusahatani. 5. Luas Lahan yang Diusahakan Dalam upaya meningkatkan produksi kedelai, diperlukan lahan untuk pertanaman kedelai dengan luasan yang cukup. Namun di daerah penelitian, lahan petani untuk menanam kedelai cenderung sempit. Selain karena lahan yang dimiliki memang sempit, masih ada petani yang membagi lahan dengan tanaman lain seperti padi, jagung dan tanaman hortikultura lain. Hal ini menyebabkan lahan yang diusahakan untuk tanaman kedelai masih dibawah satu hektar. Hal ini menyebabkan produksi kedelai di daerah penelitian masih rendah dibandingkan dengan daerah lain. Peluang dalam Peningkatan Produksi Kedelai 1. Adanya Industri Pengolahan Kedelai Kedelai merupakan bahan baku sangat penting bagi industri yang mengolah kedelai. Di sekitar daerah penelitian terdapat berbagai jenis industri pengolahan kedelai seperti industri tahu, tempe, dan kripik tempe. Keberlangsungan industri ini bergantung pada ketersediaan kedelai sebagai bahan baku utamanyayang mana dapat diperoleh dari petani kedelai di sekitar industri tersebut. Dengan berkembangnnya industri ini, maka petani di daerah penelitian tidak perlu jauh- jauh menjual hasil produksinya. Menurut petani di daerah penelitian, banyak Universitas Sumatera Utara pemilik industri yang berminat menampung hasil panen mereka, karena mereka menggunakan benih jenis Anjasmoro yang cocok digunakan untuk industri pengolahan tersebut. Hal ini merupakan peluang bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelainya, karena kedelai ternyata sudah menjadi bahan baku industri. 2. Harga Jual Kedelai Harga jual kedelai dinilai sangat menggiurkan dimana petani dapat menjual hasil produksinya pada kisaran harga mulai dari Rp 8.000 – Rp 13.000,- per kilogramnya. Menurut petani di daerah penelitian, harga tersebut bergantung pada kondisi pasar dan kualitas kedelai yang dihasilkan. Biasanya petani tidak menjual hasil panennya ke pasar tradisional melainkan ada agen ataupun distributor yang datang langsung ke lahan pertanian dan mengajukan penawaran atas hasil produksi mereka. Hal ini merupakan peluang bagi petani dalam meningkatkan hasil produksinya karena hasil produksi tersebut sudah dapat terjual dengan harga yang pantas. 3. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Didaerah penelitian, Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat melalui Dinas Pertanian memberikan kebijakan melalui pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul BLBU untuk tanaman kedelai. Hal ini merupakan peraturan dan kebijakan yang diambil pemerintah yang mana secara rutin bantuan tersebut diberikan setiap musim tanam. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan berupa subsidi pupuk dan pestisida untuk tanaman kedelai agar dapat berkembang dengan baik. Sedangkan untuk pelatihan diberikan secara bertahap untuk memberikan ilmu tanam yang lebih bagi petani melalui bimbingan penyuluhan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, hingga saat ini para petani selalu mengambil hal ini sebagai peluang untuk meningkatkan produksi kedelai karena dengan kebijakan tersebut para perani merasa lebih semangat dalam menjalankan usahataninya. 4. Keikutsertaan Petani dalam Organisasi Kelompok Tani Organisasi petani yang tergabung dalam Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan usahataninya. Permasalahan yang dihadapi dimusyawarahkan dan dicari solusinya melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi kedelai. Hal ini menurut petani dianggap sebagai peluang sehingga petani ikut serta dan berperan aktif dalam organisasi ini dengan harapan usahatani kedelai yang dijalankan dapat meningkat hasil produksinya. 5. Permintaan Kedelai Kedelai merupakan produk yang kaya akan protein nabati dan olahannya banyak diminati masyarakat selain karena mudah didapat, harganya pun terjangkau. Tingkat konsumsi masyarakat terhada kedelai meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan permintaan kedelai pun ikut meningkat. Begitu juga di daerah penelitian, hal ini dijadikan petani sebagai peluang untuk meningkatkan produksi kedelainya karena petani sadar permintaan kedelai yang tinggi tersebut menyebabkan hasil produksinya dinilai cukup mahal. Universitas Sumatera Utara Ancaman dalam Peningkatan Produksi Kedelai 1. Sistem Penyuluhan Sistem penyuluhan di daerah penelitian belum terstruktur dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, penyuluhan di daerah penelitian masih terasa kurang. Hal ini karena petugas penyuluh lapangan PPL jarang melakukan pendekatan-pendekatan terhadap petani terkait usahatani kedelai yang dijalankannya. Petugas penyuluh masih kurang memiliki program yang dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi kedelainya. Menurut para petani, PPL terkesan kaku dan terlalu berpatokan pada instruksi dan program dari pemerintah daerah. PPL hanya terjun ke petani saat ada program dari pemerintah terkait usahatani kedelai namun tidak memahami kondisi petani di lapangan dan memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi petani di daerah penelitian. 2. Masuknya Kedelai Impor Kedelai impor dirasakan petani di daerah penelitian sebagai kendala dalam meningkatkan produksi kedelai. Pasalnya, petani kurang percaya diri dan menganggap kualitas produksi kedelai lokal tidak dapat bersaing dengan kualitas impor. Petani berpendapat bahwa industri besar lebih memilih menggunakan kedelai impor yang pasokannya lebih banyak daripada mengharapkan hasil produksi kedelai lokal yang pasokannya tidak jelas. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian banyak petani yang mengurangi luas tanaman kedelainya ataupun beralih menanam padi dan holtikultura lainnya daripada kedelai karena Universitas Sumatera Utara menurut petani, pengusaha industri pengolahan kedelai lebih menyukai impor kedelai daripada berusaha meningkatkan produksi kedelai lokal. 3. Perubahan Iklim dan Cuaca Beberapa tahun belakangan ini dirasakan petani di daerah penelitian perubahan iklim dan cuaca yang membuat petani bingung untuk memulai pertanaman kedelai. Musim kemarau dan musim hujan tak dapat lagi diketahui petani kapan mulainya. Akibatnya, pertanaman kedelai sering mengalami kegagalan dan pertumbuhannya terganggu. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, banyak tanaman kedelai yang kekeringan dan kekurangan air. Jika terlihat tanaman kedelai, pertumbuhannya pun terlihat tidak bagus. Menurut petani, di musim hujan pertanaman kedelai pun mengalami gangguan. Kondisi hujan yang sulit diprediksi terkadang menyebabkan lahan menjadi kelebihan air dan membuat akar tanaman kedelai busuk. Hal ini menjadi ancaman bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelai di daerah penelitian. 4. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat. Perkembangannya pun sampai ke sektor pertanian seperti teknologi sistem pengolahan dan pemasaran hasil pertanian SINGOSARI yang dapat diakses melalui internet dan telepon genggam. Jika petani dapat mengakses teknologi tersebut, maka petani dapat belajar dan mengetahui berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi usahataninya. Namunberdasarkan wawancara dengan petani di daerah penelitian, banyak petani tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Hal ini Universitas Sumatera Utara tentu menjadi ancaman karena petani bisa terlambat mengetahui perkembangan informasi yang mereka perlukan untuk meningkatkan produksi usahataninya, terutama mengenai kedelai. 5. Serangan Hama dan Penyakit Tanaman kedelai memang rentan terhadap penyakit. Perlu perlakuan lebih untuk dapat mencegah dan mengatasi serangan hama dan penyakit pada tanaman ini. Di daerah penelitian, petani memang sudah mampu mengatasi penyakit selama ini dengan bantuan subsidi pestisida dari pemerintah. Namun seiring perubahan iklim dan cuaca, hama dan penyakit lain menjadi masalah baru bagi petani dalam meningkatkan produksi kedelainya. Hal ini menurut petani menjadi acaman karena petani belum menerima informasi dan teknik mengatasinya. 6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi Kios Saprodi Kios sarana produksi kios saprodi merupakan tempat dimana petani dapat membeli dan memperolehsegala yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi kedelai mulai dari benih, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Di daerah penelitian, berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan, tidak tersedia kios saprodi tersebut. Petani di daerah penelitian harus menempuh jarak puluhan kilometer ke ibukota kabupaten untuk mendapatkan kios yang hampir sama. Hal ini diakui petani sebagai ancaman dimana mereka menjadi kesulitan dan mendapatkan kendala dalam meningkatkan produksi kedelainya. Universitas Sumatera Utara

5.2 Strategi Peningkatan Produksi Kedelai