3. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi
ekstraksi kontiniu dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik Ditjen POM, 2000.
4. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dalam jumlah pelarut terbatas yang relative konstan
dengan adanya pendingin balik Ditjen POM, 2000. 5.
Digesti Digesti merupakan maserasi kinetik dengan pengadukan pada temperatur
yang tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
O
C Ditjen POM, 2000.
2.3 Bau Mulut
Bau mulut halitosis adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menerangkan bau kurang sedap yang berasal dari dalam mulut. Penyebabnya berasal dari sisa-sisa makanan yang tertinggal didalam rongga mulut yang
diproses oleh flora normal rongga mulut. Kondisi mulut juga dapat memicu terjadinya bau mulut, diantaranya meningkatnya jumlah bakteri dalam rongga
mulut, kurangnya flow saliva, berhentinya aliran saliva dan pH mulut yang
bersifat alkali Widagdo, et al., 2007.
Universitas Sumatera Utara
Didalam rongga mulut terdapat substrat protein eksogen sisa makanan dan protein endogen protein saliva yang banyak mengandung asam amino
yang mengandung sulfur. Selain itu mikroorganisme juga banyak terdapat pada sel epitel mulut. Akumulasi dari substrat protein dan bakteri tersebut dapat
menyebabkan bau mulut. Bau mulut dapat diatasi dengan cara mekanis penyikatan gigi dan pembersihan lidah secara teratur dan cara kimiawi
menggunakan obat kumur-kumur. Saat ini cara mengatasi bau mulut banyak dikembangkan dengan menggunakan obat kumur-kumur umumnya yang
mengandung bahan antibakteri Widagdo, et al., 2007.
2.4 Antibakteri
Menurut Jawetz, et al, 2001, Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antibakteri dengan konsentrasi yang berbeda-beda pada media cair, lalu diinokulasikan dengan bakteri dan diinkubasi. Metode
ini membutuhkan waktu pengerjaan yang lama sehingga jarang digunakan. 2.
Metode Difusi Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan
menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi
akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri didalam media padat melalui pencadang.
Universitas Sumatera Utara
Antibakteri adalah zat yang digunakan untuk membasmi bakteri atau mikroba yang merugikan manusia. Antibakteri harus memiliki sifat toksisitas
selektif setinggi mungkin. Artinya, zat tersebut haruslah bersifat sangat toksis bagi mikroba, tetapi relatif tidak toksis untuk hospes Setiabudy, 2008.
Berdasarkan sifat toksisistas selektif, aktivitas antibakteri ada yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh
mikroba bakterisid Pratiwi, 2008.
2.5 Bakteri