Uji Aktivitas Antibakteri EBL Terhadap SA dan SM

warna ungu yang kemudian berubah menjadi biru hijau, menunjukkan adanya golongan senyawa triterpenoidsteroida. Penambahan serbuk Mg dan asam klorida p dengan amil alkohol memberikan warna kuning pada lapisan amil alkohol, menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid. Pemeriksaan glikosida, dengan penambahan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish, kemudian ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat p, terbentuk cincin ungu, menunjukkan adanya golongan senyawa glikosida. Hasil skrining SBL dan EBL sama-sama dijumpai adanya golongan senyawa flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoidasteroida, dan tidak mengandung golongan senyawa alkaloid. Hasil maserasi 500 g SBL diperoleh 54 g EBL rendemen 10,8. Hasil rendemen dapat dipengaruhi oleh ukuran bahan yang digunakan. Pengecilan ukuran bahan dapat memperluas permukaan yang kontak dengan pelarut sehingga dapat mempercepat pelarutan, mempercepat reaksi kimia, dan mempertinggi kemampuan penyerapan komponen aktif dalam bahan oleh pelarut Ismail, 2012.

4.4 Uji Aktivitas Antibakteri EBL Terhadap SA dan SM

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode difusi agar menggunakan cakram kertas dengan cara menentukan diameter daerah hambatan, dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan maka semakin besar diameter hambatan yang dihasilkan, yang berarti bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak bunga lawang memiliki korelasi positif terhadap peningkatan diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri SA dan Universitas Sumatera Utara SM. Pada tabel 4.3 dibawah, menyatakan bahwa EBL dapat menghambat pertumbuhan SA dan SM sedangkan pada blanko DMSO tidak menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap kedua bakteri yang digunakan. Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan EBL terhadap pertumbuhan bakteri SA dan SM. Konsentrasi ekstrak etanol mgml Diameter daerah hambatan mm Staphylococcus aureus Streptococcus mutans 300 18,17 17 200 15,93 15,47 100 14,37 14,27 90 14,3 14,13 80 13,37 13,07 70 12,5 12,2 60 11,47 11,17 50 10,9 10,63 40 10,47 10,2 30 9,73 9,43 20 8,23 - 10 - - 5 - - Blanko - - Keterangan: = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran; - = tidak ada hambatan Aktivitas antibakteri dapat disebabkan adanya kandungan senyawa kimia yaitu tanin dan flavonoida yang merupakan golongan senyawa fenol yang memiliki aktivitas antimikroba dan bersifat bakterisidal namun tidak bersifat sporisidal Pratiwi, 2008. Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri mati, juga dapat mempresipitasikan protein secara aktif dan merusak lipid pada membran sel melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel Pelczar, 1988. Universitas Sumatera Utara Tanin bekerja pada bakteri dengan cara menciutkan dan mengendapkan protein sel yang dapat mengganggu permeabilitas sel, sehingga pertumbuhannya akan terhambat atau bahkan mati. Flavonoida dapat membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler, sehingga terjadi koagulasi protein yang dapat mengganggu pertumbuhan sel bakteri Sirait, 2007. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa EBL memberikan batas daerah hambatan minimum pada konsentrasi 20 mgml untuk SA 8,23 mm dan konsentrasi 30 mgml untuk SM 9,43 mm. Batas daerah hambatan yang efektif didapat pada konsentrasi 90 mgml terhadap SA 14,3 mm dan SM 14,13 mm. Hal ini sesuai dengan yang tertera pada Ditjen POM 1995, yang menyatakan batas daerah hambatan yang dinilai efektif yaitu diameter daerah hambatan lebih kurang 14 mm sampai 16 mm.

4.5 Hasil Orientasi Formula