Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol Hewan Percobaan Analisis Data

22

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol

Pembuatan ekstrak etanol daun jambu bol dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 80 Depkes, RI., 1979. Cara kerja : Sebanyak 900 g serbuk ssimplisia daun jambu bol dimasukan ke dalam wadah berkaca berwarna gelap, kemudian dituangi dengan 8,5 L etanol 80. Ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai dan diperas. Ampas dicuci dengan 2,5 L etanol 80, dipindahkan ke dalam bejana tertentu, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, selanjutnya dienap tuangkan. Maserat etanol yang diperoleh diuapkan denagn menggunakan rotary evaporator pada temperature ± 40 o C sampai diperoleh ekstrak kental kemudian dikeringkan menggunakan freeze dryer. 3.5 Pemeriksaan karakteristik 3.5.1 Penetapan kadar air Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi destilasi toluen. Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, alat penampung dan pemanas listrik.

3.5.1.1 Penjenuhan toluen

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.

3.5.1.2 Penetapan kadar air simplisia

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukan Universitas Sumatera Utara 23 ke dalam labu yang berisi toluen yang telah dijenuhkan, kemudian labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik, setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar,setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1998.

3.5.2 Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu bersumbat, dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, RI., 1995.

3.5.3 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam,kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan Universitas Sumatera Utara 24 pada suhu 105 ºC sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, RI., 1995. 3.5.4 Penetapan kadar abu total Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600 ºC selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, RI., 1995.

3.5.5 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, lalu dipijar sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes, RI., 1995. 3.6 Skrining fitokimia 3.6.1 Pemeriksaan alkaloida Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g, ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk uji alkaloida. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada tabung I :ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer Pada tabung II :ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff Pada tabung III :ditambahkan 2 tetes pereaksi Bourchardat Universitas Sumatera Utara 25 Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua atau tiga dari percobaan di atas Depkes, RI., 1995.

3.6.2 Pemeriksaan flavonoida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 10 g, ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol Farnsworth, 1966.

3.6.3 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran dari 7 bagian etanol 96 dengan 3 bagian air suling 7:3 dan 10 ml asam klorida 2 N,kemudian direfluks selama 10 menit, didinginkan, lalu disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform 2:3, perlakuan ini diulangi sebanyak 3 kali. Sari organik dikumpulkan dan ditambahkan Na 2 SO 4 anhidrat, disaring, kemudian diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50ºC, sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Sari air digunakan untuk percobaan berikut, 0,1 larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes larutan pereaksi Molisch, lalu ditambahkan dengan perlahan-lahan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula glikon atau glikosida Depkes, RI., 1995.

3.6.4 Pemeriksaan saponin

Universitas Sumatera Utara 26 Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin Depkes, RI., 1995.

3.6.5 Pemeriksaan tanin

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g, disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi III klorida 1. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Farnsworth, 1966.

3.6.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan beberapa tetes pereaksi Liebermann-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu meunjukkan adanya triterpenoida Harborne, 1987.

3.7 Penyiapan Bahan

Penyiapan bahan – bahan meliputi pembuatan suspensi CMC Na 0,5 sebagai kontrol, pembuatan suspensi simvastatin sebagai pembanding dan pembuatan suspensi ekstrak etanol daun jambu bol dosis 100, 200, 300 dan 400 mgkg bb sebagai bahan uji.

3.7.1 Pembuatan suspensi CMC Na 0,5

Universitas Sumatera Utara 27 Sebanyak 0,5g CMC Na ditaburkan kedalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Anief, 1995.

3.7.2 Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun jambu bol

Dosis ektrak etanol daun jambu bol ditentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan, yaitu dosis 100, 200, 300 dan 400 mgkg bb. Berdasarkan hasil orientasi, dipilih variansi dosis yang akan digunakan sebanyak empat dosis yaitu dosis 100, 200, 300 dan 400mgkg bb. Cara kerja : Ekstrak etanol daun jambu bol masing-masing sebanyak 100, 200, 300, dan 400 mg dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit suspensi CMC Na 0,5 digerus homogen lalu dicukupkan dengan suspensi CMC Na 0,5 hingga 10 ml.

3.7.3 Pembuatan suspensi simvastatin

Sebanyak 11 mg simvastatin digerus dalam lumpang, lalu tambahkan suspensi CMC Na 0,5 sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga homogen lalu dicukupkan dengan suspensi CMC Na 0,5 hingga 10 ml.

3.8 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan dengan berat badan 150-200 g. Sebelum perlakuan, hewan percobaan dikondisikan terlebih dahulu selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan lingkungannya dan diberikan pakan standar pelet. 3.9 Pengujian Farmakologi 3.9.1 Penyiapan hewan hiperkolesterolemia Universitas Sumatera Utara 28 Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan yang sehat dan dewasa sebanyak 40 ekor yang terlebih dahulu diadaptasikan dengan lingkungannya. Tikus diberi pakan standar, minum yang cukup dan kadang dibersihkan 3 kali dalam seminggu selama 14 hari, selanjutnya diukur kadar kolesterol awal dan dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberi lemak kambing, kuning telur bebek dan minyak jelantah dosis 1 bb selama 14 hari berturut-turut secara oral lalu diukur kadar kolesterolnya.

3.9.2 Pembuatan Pakan tinggi kolesterol

Pakan tinggi kolesterol yang digunakan adalah kuning telur bebek, ditambah dengan lemak kambing dan minyak jelantah. Kuning telur sebanyak 30 ml dicampur ke dalam minyak jelantah sebanyak 50 ml lalu diaduk kemudian ditambahkan 20 ml lemak kambing yang dipanaskan hingga semua lemaknya mencair. Diaduk hingga merata lalu diberikan secepatnya supaya campuran tersebut tidak menggumpal. Pakan tinggi kolesterol dibuat setiap hari KKI, 1993.

3.9.3 Pengujian efek penurunan kadar kolesterol

Pengujian efek penururunan kadar kolesterol terhadap tikus yang dibuat hiperkolesterolemia diberi bahan obat ekstrak etanol daun jambu bol dosis 100, 200, 300 dan 400 mgkg bb.

3.9.4 Pemberian bahan obat terhadap tikus yang hiperkolesterolemia

Tikus dibagi menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 hewan uji yaitu kelompok 1 control diberi CMC Na 0,5. Kelompok II, III, IV, V dan VI bahan uji diberi ekstrak etanol daun jambu bol dosis 100, 200, 300 dan 400 mhkg bb. Lalu setiap kelompok tikus ditentukan kadar kolesterol darahnya pada hari ke-7, ke-14, dan ke-21.

3.9.5 Pengambilan darah dan pengukuran kadar kolesterol darah tikus

Universitas Sumatera Utara 29 Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam. Ekornya dibersihkan dengan etanol 70, dipotong dengan menggunakan gunting bedah. Darah yang keluar disentuhkan pada cholesterol strip test yang telah terpasang pada cholesterol meter.Angka yang tampil pada layar alat dicatat sebagai kadar kolesterol darah mgdl.

3.9 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan metode ANAVA analisis variansi, dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution. Universitas Sumatera Utara 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah daun jambu bol Syzygiun malaccense L. Merr Perry suku Myrtaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 47.

4.2 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Jambu Bol

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96. Hasil maserasi dari 900 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak kental 113,7 g dan setelah di freeze dryer diperoleh sebanyak 109,5 g.

4.3 Hasil Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Bol

Hasil karakterisasi simplisia dan ekstrakdapat dilihat pada Tabel 4.1 dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 57– 62. Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia Parameter Hasil Pemeriksaan Simplisia Ekstrak Kadar air 7,93 3,98 Kadar sari larut air 13,28 36,41 Kadar sari larut etanol 15,61 53 Kadar abu total 10 2,32 Kadar abu tidak larut asam 0,5 0,1 Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan kadar air simplisia daun jambu bol sebesar 7,93 memenuhi persyaratan umum yaitu di bawah 10 dan kadar air Universitas Sumatera Utara