Perencanaan Pembangunan Basis Lokal

eksternalitas maupun mengoreksi kegagalanketidak sempurnaan pasar untuk menjamin kepentingan publik. Proses pembangunan daerah menurut Ginandjar Kartasasmita dalam buku Arifin Nasution 2008 dapat dilihat dengan tiga cara pandang yang berbeda. Pertama, pembangunan bagi suatu kota, daerah atau wilayah sebagai suatu wujud entity bebas yang pengembangannya tidak terikat dengan kota, daerah atau wilayah lain sehingga penekanan perencanaan pembangunannya mengikuti pola yang lepas dan mandiri. Kedua, pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah dalam pendekatan ini merupakan perencanaan pembangunan pada suatu juridiksi ruang atau wilayah tertentu yang dapat digunakan sebagai bagian dari pola perencanaan pembangunan nasional. Ketiga, perencanaan pembangunan daerah sebagai instrument bagi penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan di daerah yang telah direncanakan terpusat yang berguna untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi antar daerah.

1.5.3 Perencanaan Pembangunan Basis Lokal

Desentralisasi diyakini sebagai obat penawar dampak buruk yang diakibatkan oleh konsep pembangunan yang datang dari atas dan sistim perencanaan terpusat sentralisasi. Dengan desentralisasi, maka kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan dari pemerintah nasional didelegasikan kepada pemerintah di tingkat sub-nasional atau bahkan kepada tingkat pemerintahan yang paling rendah di tingkat lokal. Tujuan Universitas Sumatera Utara desentralisasi antara lain adalah agar perencanaan pembangunan menjadi lebih efektif dan efisien karena realitas pembangunan dan sosial ekonomi masyarakat lebih dapat ditangkap dengan semakin dekatnya pemerintah dengan rakyatnya. Kedekatan itu membuat perencana pemerintah dapat melakukan proses komunikasi dan bertatapan muka dengan rakyatnya secara kooperatif yang selalu terus menerus dijaga. Pada akhirnya, diharapkan desentralisasi dapat membangkitkan otonomi wilayah melalui integrasi semua aspek kehidupan di dalam wilayah yang ditentukan dan dibatasi oleh sosial budaya, sumberdaya, dan kondisi lingkungannya. Secara teoritis, sistem pemerintahan terendah ditingkat lokal merupakan realisasi dari konsep pembangunan berbasis lokal yang datang dari bawah yang terdesentralisasi. Dengan desentralisasi, maka kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan dari pemerintah Nasional didelegasikan hingga kepada pemerintahan terendah di tingkat lokal. Perencanaan Pembangunan berbasis lokal adalah perencanaan yang bukan saja dilakukan di wilayahlokal setempat tetapi juga melibatkan potensi sumber daya lokal wilayah yang berasal dari aspirasi dan keinginan masyarakat dari bawah. Perencanaan yang demikian merupakan proses sosial dan proses politik yang berada dalam paradigma perencanaan rasionalitas komunikatif. Proses seperti itu memberikan proses belajar sosial dan pendidikan politik kepada masyarakat untuk mampu mengartikulasikan kepentingannya yang sudah jelas akan saling terkait dengan kepentingan Universitas Sumatera Utara orang lain. Oleh karena itu, perencanaan desentralistis membutuhkan komunikasi yang intensif antar stakeholders agar dapat mencapai satu kesepakatan sebagai persetujuan atas perencanaan publik yang nantinya akan dihasilkan. 1.5.2.1 Kelembagaan Adat Pendekatan kelembagaan dalam perencanaan desentralistis perencanaan pembangunan digunakan sebagai alat atau cara untuk memperoleh pelibatan sebanyak mungkin aktor partisipasi yang tinggi yang akan menuntun pengambilan keputusan bersama agar tujuan pembangunan yang berkesinambungan terus menerus dan melembaga dapat tercapai. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang memang tumbuh dari bawah dari lokal sendiri, yang tetap dipelihara dan dipatuhi oleh orang lokal karena keterikatan yang tinggi dengan lingkungannya. Kelembagaan yang demikian memiliki keunikan tersendiri yang tidak begitu saja dapat ditiru olehdari luar. Kelembagaan adat sebagai kelembagaan lokal mempunyai peluang untuk digunakan sebagai pendekatan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan di dalam suatu komunitas wilayah yang memiliki kelembagaan kehidupan masyarakatnya termasuk menjadi dasar dalam mengatur dan mengelola sumber daya alam dan ekonomi wilayahnya, sehingga dapat dipandang sebagai suatu kontribusi potensial kelembagaan dalam memperbaiki atau bahkan memperkuat perencanaan wilayah. Pengambilan keputusan perencanaan pembangunan yang melahirkan Universitas Sumatera Utara kepentingan publik sudah selayaknya perlu dilakukan dengan mempedulikan nilai–nilai yang dimiliki masyarakat lokal Brooks, 2002. Analisis kelembagaan lokal secara desentralisasi wilayah territorial berada pada tingkat pemerintah lokal yang dibesarkan oleh sistem politik dan sosial budaya, serta ideologi perencanaan pembangunan yang melandasinya. Sama seperti teori desentralisasi, analisis kelembagaan lokal digunakan sebagai pendekatan perencanaan dalam upaya mencapai hasil yang efisien dan efektif. Alasan utamanya adalah karena kelembagaan lokal memungkinkan perencanaan disusun sesuai dengan konteks dan struktur sosial yang sesungguhnya di tingkat lokal. Kelembagaan adat Minangkabau merupakan suatu hal yang penting bagi masyarakat Minangkabau. Dalam pepatah minangkabau dikatakan bahwa, “Adat diisi, limbago dituang” maksudnya yaitu adat adalah sesuatu yang diisi, dipenuhi dan dilaksanakan, sedangkan lembaga adalah suatu jabatan, suatu aturan dasar atau undang-undang yang dibentuk dan ditetapkan untuk jangka waktu yang lama. Lembaga tidak boleh sering diubah atau diganti, lembaga harus permanen. Lembaga-lembaga penyusun perencanaan pembangunan, antara lain: a. Badan Permusyawaratan rakyat Nagari BPRN b. Kerapatan Adat Nagari KAN c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM d. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga PKK e. Alim Ulama Universitas Sumatera Utara f. Cadiak Pandai g. Bundo Kanduang h. Pemuda 1.5.2.2 Kearifan Lokal Dalam pengertian kamus, kearifan lokal local wisdom terdiri dari dua kata: kearifan wisdom dan lokal local. Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassam Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom kearifan sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom kearifan setempat dapat dipahami sebagai gagasan- gagasan setempat lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu daerah. Kearifan lokal memiliki kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan layak untuk terus digali, dikembangkan, serta dilestarikan sebagai pegangan hidup. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang terus-menurus dijadikan pegangan hidup, yang universal. Kearifan lokal berhubungan erat dengan bagaimana masyarakatnya berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi. Dalam pelaksanaan pembangunan wilayah, saat ini masyarakat mulai lupa akan pentingnya kebudayaan dan kearifan lokal dari wilayahnya, sehingga seringkali menjadi tidak tepat guna. Universitas Sumatera Utara Pergeseran paradigma pembangunan kearah perencanaan pembangunan yang menitikberatkan pada pentingnya nilai kesejahteraan, keadilan, pemerataan dan pelibatan sumberdaya lokal. Pertimbangan kearifan lokal dalam perencanaan pembangunan menurut Saraswati 2006 merupakan salah satu pengisian pelibatan sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam perencanaan pembangunan, karena didalamnya ada landasan pengetahuan lokal local knowledge yang diperkirakan telah berkembang sebagai potensi perencanaan bagi masyarakat setempat dalam menghadapi persoalan wilayahnya. Sebagai bentuk dari local genius atau cultural identity, kearifan lokal dapat menjadi bangunan dan landasan dalam pembangunan sehingga implementasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat agar pembangunan yang dilakukan tidak merusak budaya setempat danatau menghilangkan local genius dan cultural identity Helmi Zaini, 2012. Beberapa aspek kearifan local masyarakat Minangkabau, diantaranya: 1. Kearifan local yang tersimpan dalam struktu kemasyarakatannya untuk melihat pola demokratisasi yang telah berhasil dijalankan tanpa menimbulkan benturan-benturan sosial, sementara sistem demokratisasi masyarakat saat ini sudah mulai tergerus oleh keinginan, konsep-konsep dan kepentingan-kepentingan terbatas 2. Kearifan local yang tersimpan dalam sistem kekerabatan matrilineal yang tetap diamalkan sampai saat ini. guna Universitas Sumatera Utara bagaimana melihat bagaimana masyarakat Minangkabau membangun sistem kekerabatan tersebut dalam suatu rangkaian penjagaan hak milik, harta pusaka, untuk tidak musnah, tidak habis atau jatuh ketangan orang lain. 3. Kearifan local yang tersimpan dalam setiap diri atau individu mengenai pola pikir masyarakat Minangkabau baik secara komunal maupun individual, guna membangkitkan kembali etos kerja, keuletan, kejujuran dan kegotongroyongan 4. Kearifan local yang tersimpan dalam sistem kepercayaan yang dalam Masyarakat Minangkabau terkenal dengan acuan hidup :adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” yang sudah mendarah daging sejak zaman dahulu. Kerukunan beragama dan kebebasan menjalankan ibadah menurut agama masing-masing yang sudah berjalan dengan aman dalam masyarakat Minangkabau.

1.5.4 Nagari