BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Hasil Pengamatan
Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data dilapangan, melalui wawancara kepada pihak yang berhubungan dengan rumusan
masalah penelitian serta dengan observasi langsung. Adapun hasil yang akan disajikan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang
memperkuat data primer. Data-data yang penulis peroleh dari data sekunder akan penulis sajikan dalam bentuk narasi atau deksriptif sesuai
dengan kenyataan di lapangan. Pelaksanaan penelitian ini penulis melakukan beberapa tahapan
untuk menjawab permasalahan penelitian. Pada awal penulisan proposal, penulis melakukan pra-penelitian untuk melihat fenomena yang ada
dilapangan untuk diangkat menjadi sebuah tulisan yang utuh. Kedua, penulis mengumpulkan dokumen tertulis tentang Gambaran Umum Nagari
Limo Kaum dari Profil Nagari Limo Kaum, Profil Kabupaten Tanah Datar, dan data-data lain yang berhubungan dengan hal-hal yang penulis
butuhkan dalam penulisan ini. selanjutnya penulis melakukan wawancara
Universitas Sumatera Utara
dengan beberapa orang informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta tentang permaslahan penelitian.
4.2 Wawancara
Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis adalah tipe wawancara terstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis
menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan yang disusun sesuai dengan pelaksanaan perencanaan pembangunan berbasis lokal
tersebut. Namun pada saat proses penelitian berlansung, penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang
dibutuhkan guna menggali informasi lebih dalam dari key informan. Penelitian ini dilakukan di Nagari Limo Kaum. Dalam
pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian.
4.3 Hasil wawacara
Perencanaan sebagai tahap awal dan paling vital dalam pembangunan. Perencanaan pembangunan mutlak diperlukan dalam setiap
kegiatan. Sasarannya adalah untuk mencapai keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program. Perencanaan
mutlak dibutuhkan dalam merancang sebuah program maupun kegiatan, begitupun halnya pada Propinsi Sumatera Barat. Sumatera Barat terkenal
dengan kebudayaan masyarakat lokalnya yang kental. Masyarakat Minangkabau di Propinsi Sumatera Barat Khususnya pada Nagari Limo
Kaum masih lekat dengan kelembagaan adat dan kearifan lokal
Universitas Sumatera Utara
masyarakatnya dalam melaksanakan pemerintahan dan menjadi pegangan dalam penetapan keputusan pemerintah juga.
Sumatera Barat menerapkan sistem perencanaan desentralisasi. Dengan desentralisasi penyusunan perencanaan pembangunan menjadi
lebih efektif dan efisien karena realitas pembangunan dan sosial ekonomi masyarakat dapat diterima dengan semakin dekatnya jarak antara
pemerintah dengan rakyatnya. Konsep perencanaan yang berasal dari bawah membantu masyarakat untuk menyalurkan keinginan mereka secara
langsung yang mungkin saja dapat direalisasikan. Perencanaan pembangunan yang diterapkan pada pemerintahan Nagari di Sumatera
Barat berpegang teguh pada kearifan lokal dan fungsi kelembagaan adat. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan bagi penulis yaitu “bagaimana
pelaksanaan pemerintahan berbasis lokal yang ada di masyarakat Minangkabau khususnya di Nagari Limo Kaum sendiri?
“….istilah “babaliak ka nagari” terealisasi dengan baik pada pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, khususnya pada Nagari
Limo Kaum kecamatan Lima Kaum. Pemerintahan Kabupaten Tanah Datar melalui Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar
Nomor 4 tahun 2008 tentang Nagari, mengatur secara rinci tentang dasar-dasar nagari secara rinci. Babaliak ka Nagari
berarti adanya keinginan untuk menumbuhkan kembali rasa pemerintahan lokal tersebut. Dimana dalam hal ini pemerintah
dan masyarakat adat istiadat bersatu menjadi suatu kesatuan yang erat.”
Universitas Sumatera Utara
Kembali ke Nagari merupakan suatu langkah awal yang baik untuk mencapai visi Nagari untuk menciptakan masyarakat yang makmur dan
sejahtera. Kembali ke Nagari berarti adanya penguatan kembali adat istiadat Minangkabau dalam pelaksanaan pemerintahan. Untuk mencapai
kesesuaian norma dan nilai adat istiadat dalam pelaksanaan pemerintahan diperlukan kerjasama dan partisipasi semua pihak stakeholder.
Pelaksanaan pemerintahan nagari merupakan kepentingan pemerintahan juga kepentingan masyarakat nagari.
Pemerintahan nagari yang berperan sebagai pihak yang melaksanakan kebijakan-kebijakan yang akan di terapkan pada wilayahnya
dengan mengutamakan kepentingan pelaksanaan pemerintahan serta memperhatikan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Oleh karena penulis mengajukan pertanyaan kepada informan bersangkutan, tentang pemerintahan nagari dengan hubungannya dengan
aspirasi masyarakat yaitu “dalam proses pengambilan keputusan perencanaan di Nagari,
dilakukan secara terdesentralisasi melalui proses Bottom-up planning, yang berarti dimulai dari masyarakat menuju ke tingkat
pemerintahan. Tujuannya untuk menghimpun masukan dari masyarakat…”
Dalam pengambilan keputusan publik pada Nagari, dilakukan secara desentralisasi melalui proses Bottom-up Planning disebut dengan
desentralisasi yang mana kewenangan dalam perencanaan dimulai dari institusi yang paling dekat dengan masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam menyampaikan aspirasinya baik secara individu maupun secara kolektif. Dalam hal ini sekretaris nagari
menjelaskan tentang dasar Nagari Limo Kaum dalam menyusun perencanaan wilayahnya melalui penjelasan berikut:
“..dalam rangka menyusun perencanaan pembangunan Nagari, kita berpatokan kepada beberapa peraturan-peraturan yang sudah
ditetapkan bersama. Baik itu Undang-undang pemerintah daerah, peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan daerah
Propinsi Sumatera Barat juga peraturan daerah Kabupaten Tanah Datar tentang Nagari yang tentunya sesuai dengan adat istiadat
masyarakat nagari Limo Kaum” Berdasarkan jawaban informan diatas, dalam menjalankan
kebijakan, pemerintah nagari mengacu kepada peraturan-peraturan daerah serta peraturan nagari. Peraturan-peraturan tersebut menjadi patokan bagi
nagari yang legal dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai wakil pemerintahan pada tingkat nagari. Begitupun juga dengan pelaksanaan
perencanaan pembangunan pada tingkat nagari. Sehingga dipertanyakan tentang dasar wali nagari dalam menyusun rencana kerjanya. Wali Nagari
Limo Kaum menjelaskan jawabannya dengan: “…sesuai dengan aturan perundang-undangan, nagari menyusun
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah per 5 tahunan. Jadi Nagari Limo Kaum pun demikian, ketika tahun 2009 Nagari
Limo Kaum dengan wali Nagari yang baru, wali nagari harus
Universitas Sumatera Utara
mempunyai program. Program yang dituangkan dalam RPJM, dimana RPJM merupakan tindak lanjut dari visi-misi wali
Nagari…” Layaknya seorang pemimpin, wali nagari juga harus mempunyai
visi-misi untuk patokan kinerja yang akan dicapai selama masa pemerintahannya. Visi dan misi yang dirancang pada masa awal pemilihan
ini, menjadi patokan untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau RPJM nagari per 5 tahunan.
Untuk menyusun perencanaan pembangunan pada sistem pemerintahan nagari lebih mengutamakan kebudayaan lokal, kelembagaan
adat serta kearifan masyarakatnya. Wali Nagari terpilih, mempunyai visi- misi yang menjadi acuan dalam penerapan RPJM Nagari. RPJM inilah
yang menjadi dasar untuk menyusunan RKP yang di musyawarahkan dalam musrenbang Nagari. Peranan RKP dalam perencanaan tersebut yaitu
untuk menyesuaikan perencanaan pembangunan jangka menengah yang kurang operasional dengan perencanaan anggaran yang sangat operasional
sesuai dengan kemampuan dana pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dijelaskan lagi oleh bapak sekretaris wali Nagari Limo Kaum
“…pada setiap tahunnya, pemerintah Nagari Limo Kaum menyusun RKP Rencana Kerja Pembangunan satu tahunan. Dan
RKP merupakan kegiatan tahunan yang harusnya dilaksanakan oleh Wali Nagari. RKP disusun berdasarkan Musrenbang. Karena
nagari kita telah memiliki RPJM, maka musrenbang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan RPJM yang ada. Apa kegiatan yang harus dilakukan pada tahun ini maupun tahun depan”
Mekanisme dasar pelaksanaan perencanaan pembangunan pada tingkat Nagari masih sama dengan mekanisme umum pada tingkat
Nasional. Bahwa untuk menentukan perencanaan pembangunan pada tingkat nagari, maka pemerintahan nagari harus melakukan musrenbang
nagari, yang diawali dengan pra-musrenbang pada tingkat jorong. Hal ini dijelaskan oleh sekretaris wali nagari limo kaum sebagai berikut:
“…musrenbang pada awalnya dilakukan dengan pra-musrenbang pada tingkat Jorong. Ada masukan-masukan dari Jorong untuk
perkiraan rencana program untuk tahun terkait. Masukan tersebut dibawa ketingkat musrenbang Nagari.”
Pelaksanaan musrenbang memang dilakukan secara bertingkat agar aspirasi masyarakat dari tingkat bawah, memiliki wadah dalam
penyampaiannya. Untuk kinerja sendiri, masyarakat nagari pada saat pra- musrenbang menyampaikan perkiraan rencana program yang mereka
butuhkan. Masyarakat jorong memilih masalah yang prioritas pada daerah tersebut untuk diperjuangkan hingga ke tingkat selanjutnya untuk dapat
direalisasikan. Dalam merumuskan musrenbang, pemerintah nagari Limo Kaum
menentukan pengurus LPM atau Lembaga Pemberdayaan masyarakat. LPM merupakan sebagai mitra pemerintah nagari Limo Kaum yang
berfungsi sebagai lembaga perencana dan pelaksana pembangunan. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat berperan aktif dalam menghimpun
Universitas Sumatera Utara
swadaya masyarakat dalam mengembangkan potensi yang ada di nagari Limo Kaum. Fungsi lembaga pemberdayaan masyarakat adalah sebagai
perencana, penggerak swadaya masyarakat, pelaksana dan pengendalian pembangunan. LPM melaksanakan tugasnya dengan pendekatan
perencanaan partisipatif, dimana perencanaan partisipatif merupakan proses perencanaan yang diwujudkan dalam musyawarah, sebuah
perencanaan dibahas dan dikembangkan bersama dengan semua pelaku pembangunan stakeholder.
“yang menyelenggarakan musrenbang pada tingkat nagari yaitu LPM, LPM merupakan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.
Nagari Limo Kaum memiliki sebuah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang berfungsi sebagai lembaga perencana dan
pelaksanaan pembangunan, yang didasari oleh pembangunan partisipatif….”
Bagaimana fungsi dari LPM tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai perencana dan pelaksana pembangunan?
“untuk menjalankan fungsinya sebagai pelaksana dan perencana pembangunan tersebut, LPM mengundang seluruh komponen
lembaga adat Nagari.” Berdasarkan jawaban responden diatas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa LPM sebagai Mitra pemerintahan Nagari, berfungsi sebagai pelaksana dan perencana pembangunan. LPM bertugas untuk mengundang
semua pihak yang berkepentingan dalam musyawarah rencana pembangunan pada tingkat nagari. LPM sebagai fasilitator dalam
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan musrenbang. Hal ini menimbulkan pertanyaan baru bagi penulis, siapa saja yang LPM undang untuk menghadiri musrenbang
Nagari? “…LPM mengundang BPRN, lembaga-lembaga nagari lainnya,
lembaga kerapatan adat nagari, unsur pemerintahan nagari, termasuk dinas-dinas yang ada di Kecamatan Lima Kaum. Tujuan
mengundang dinas-dinas tersebut karena ada beberapa program atau kegiatan dinas tahun berikutnya yang bisa disinergikan
dengan kegiatan pembangunan nagari Limo Kaum yang sedang rencanakan. Jadi artinya secara umum, musrenbang nagari
melibatkan seluruh komponen pada tingkat Nagari dan beserta komponen pada tingkat kecamatan”
Seluruh unsur dalam masyarakat diundang untuk hadir dalam pelaksanaan musrenbang Nagari. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
turut serta dalam pelaksanaan penyusunan perencanaan yang harusnya sesuai dengan nilai dan norma adat-istiadat yang ada. Unsur lembaga
adat berperan penting dalam penyusunan perencanaan di Nagari, sebab lembaga adatlah yang lebih dominan memberikan masukan dalam bidang
sosial-budaya. Memang partisipasi masyarakat secara individual dalam musrenbang tidak begitu dominan, namun pemerintah tetap memberikan
ruang kepada masyarakat untuk menghadiri kegiatan musrenbang dan memberikan hak bicara juga untuk menyampaikan aspirasinya. Hal ini
diperkuat dengan penjelasan sekretaris wali Nagari Limo Kaum, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“…masyarakat dalam artian ini bukan merupakan masyarakat person. Dalam unsur tadi telah terwakilkan oleh masyarakat,
sudah terdapat dalam 5 unsur yang tadi telah disampaikan. Itu sudah menjadi representasi masyarakat, bukan dalam masyarakat
secara personal. Tapi kita tidak membatasi untuk memberikan masukan dan berbicara. Namun pada intinya keterlibatan
masyarakat sudah terwakilkan dalam unsur kelembagaan adat. Artinya peserta dari musrenbang sendiri adalah masyarakat”
Untuk menemukan jawaban atas Hubungan antara pemerintah Kabupaten, pemerintah kecamatan, pemerintahan nagari dalam hal
perencanaan pembangunan diterangkan sebagai berikut: “…ada hubungan antara tiap tingkatan pemerintahan ini, seperti
halnya pelaksanaan pra-musrenbang pada tingkat jorong, sebagai masukan bagi musrenbang tahun terkait pada tingkat nagari
nantinya. Begitupun halnya pada musrenbang Nagari, perwakilan tiap jorong menghadiri Musrenbang Nagari dan menyampaikan
hasil pra-musrenbang masing-masing jorong, untuk dibahas bersama. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten berperan sebagai
tim Pembina dalam Musrenbang nagari, mereka memberikan arahan-arahan dalam pelaksanaan Musrenbang Nagari.
Pemerintah Kecamatan pun juga demikian, mereka juga memberikan masukan-masukan dalam pelaksanaan Musrenbang
Nagari”
Universitas Sumatera Utara
Musrenbang Nagari sebagai sarana untuk musyawarah mufakat masyarakat Nagari yang dihadiri oleh seluruh stakeholder tentunya
diharapkan memberikan dampak yang baik bagi seluruh unsur. Setiap pihak berharap bahwa apa yang telah mereka rencanakan dapat tercapai
dan dapat direalisasikan di wilayah mereka. LPM sebagai fasilitator Musrenbang nagarai menyepakati prioritas program yang akan
dilaksanakan sendiri di Nagari serta Prioritas program yang akan diajukan ke Musrenbang Kecamatan.
Namun, hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan yaitu, apa kendala dari pelaksanaan perencanaan pembangunan tersebut?. Hal ini dijawab
oleh Sekretaris Nagari Limo Kaum “kendala dalam pelaksanaan pembangungan merupakan suatu
persoalan klasik. Memang keinginan masyarakat sangat banyak, kebutuhan sangat tinggi dan pemerintah menyadari bahwa
terdapat keterbatasan dana dalam pemerintahan pada setiap tingkatannya. Terkendalanya juga karena dari sekian yang
diusulkan akhirnya tidak semua terdanai. Jika tidak terdanai tentu tidak semua program dapat dilaksanakan. Jadi setiap tahun tidak
semua yang bisa terealisasikan sesuai dengan keinginan masyarakat.”
Berdasarkan penjelasan tersebut dikuatkan dengan pernyataan dari bapak M, yang menyatakan bahwa:
“…kendalanya tidak semua yang kami pinta terpenuhi. Sehingga apa yang telah kami rumuskan pada tingkat pra-musrenbangpun
Universitas Sumatera Utara
belum tentu akan terealisasi. Dan akibatnya hal ini akan mengganggu aktifitas masyarakat baik dari segi ekonomi, maupun
bidang lainnya…” Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan Nagari yang erat
dengan kebudayaan lokalnya membuat kelembagaan adat berperan penting dalam rangka penyusunan perencanaan. Kelembagaan adat turut serta
dalam kegiatan musrenbang terutama dalam membahas perencanaan pembangunan sosial budaya wilayah adatnya. Para pemangku adat tentu
tidak ingin jika perencanaan di wilayah adatnya tidak sesuai dengan adat istiadat yang ada. Informan yang mengetahui tentang hal ini pun
menjelaskan sebagai berikut: “…kelembagaan adat berperan dalam musrenbang nagari. Kami
dilibatkan dalam rangka penyusunan kebijakan apalagi semenjak babaliak ka nagari diterapkan di kabupaten Tanah Datar. Fungsi
kelembagaan adat tersebut memberikan masukan dan pertimbangan terhadap rencana kegiatan dalam bidang sosial
budaya.” Kelembagaan adat memiliki kekuatan yang kuat, karena dengan
diterapkannya desentralisasi, adat akan berpengaruh dalam urusan pada tingkat lokal. Kelembagaan adat mempengaruhi perencanaan dan
pengambilan keputusan public dalam pengelolaan sumberdaya wilayah. Adat memiliki aturan tertentu yang mengatur prilaku kehidupan
masyaraktnya termasuk menjadi dasar dalam mengatur dan mengelola sumberdaya alam dan ekonomi wilayahnya, sehingga dapat dipandang
Universitas Sumatera Utara
sebagai kontribusi potensial kelembagaan dalam memperbaiki atau bahkan memperkuat perencanaan wilayah.
Perencanaan pembangunan yang diputuskan dalam Musrenbang sebenarnya sudah menampung secara keseluruhan. Baik dari segi
kebutuhan kecil maupun kebutuhan besar yang berpegang kepada kearifan lokal masyarakat Limo Kaum. Namun, kembali lagi, semua tergantung
pada dananya, kalau dananya besar, maka kegiatan tersebut diarahkan kedana Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS DATA
Dalam bab ini seluruh data yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisis. Adapun analisa data yang
dilakukan menggunakan teknik analisa data kualitatif, dimana data-data yang telah diperoleh dianalisis sesuai dengan kemampuan nalar peneliti dalam
menghubungkan data, fakta dan informasi. Dari seluruh data yang ada terkait dengan masalah Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan berbasis lokal di Nagari
Limo Kaum
5.1 Proses Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan basis lokal pada Nagari Limo Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar
Perencanaan pembangunan menurut Bintoro Tjokroamidjojo 1985 merupakan cara yang akan dilakukan untuk mencapai berbagai
tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan bersama. Perencanaan pembangunan menjadi kunci keberhasilan suatu kebijakan
pembangunan karena pada tahap inilah menjadi pekerjaan yang sangat rumit dan membutuhkan analisis kedepan yang cukup baik. Oleh sebab itu,
pembangunan harus dimanajemeni dengan baik melalui proses perencanaan yang matang.
Pada dasarnya, perencanaan pembangunan Nagari sesuai dengan hakekat pembangunan yaitu dari, oleh dan untuk rakyat. Fungsi dari
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan Formal hanya sebatas memberikan batuan dan bimbingan saat masyarakat nagari menyusun perencanaan pembangunannya.
Tahapan Perencanaan Pembangunan menurut Bintoro Tjokroamidjojo 1985, yaitu:
1. Tahap penyusunan rencana
Demi mencapai rencana kerja pembangunan yang tepat guna, maka pada awal kegiatan akan dilakukan penyusunan perencanaan. Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional maka tahapan awal dari
perencanaan pembangunan tersebut penyusunan rencana. Untuk itu pemerintah Nagari harus menyiapkan rencana pembangunan yang
teknokratik dan terukur, menyiapkan rencana kerja bagi masing- masing instansi, melibatkan masyarakat dan menyesuaikan dengan
rencana pembangunan secara keseluruhan. Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan yang siap untuk ditetapkan.
Untuk melaksanakan tahapan ini, ada 4 langkah yang harus dilakukan: a.
Tinjauan keadaan Banyak tahapan yang harus dipertimbangkan sebelum sebuah
rencana di tetapkan, diantaranya harus meninjau keadaan lapangan. Hal ini dilakukan agar tujuan dari perencaan tersebut tercapai.
Untuk melaksanakan hal tersebut, maka pemerintah Nagari berwenang untuk melihat langsung potensi wilayahnya dan
mempertimbangkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan tidak bertentangan dengan nilai dan norma adat istiadat setempat.
Universitas Sumatera Utara
Langkah ini juga dilakukan untuk menetapkan langkah-langkah yang diambil untuk menyerap aspirasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan nagari. Dalam unsur pemerintah Nagari terdapat unsur Kepala Jorong, yang bertugas untuk melakukan pra-
musrenbang tingkat jorong untuk menyerap aspirasi masyarakat pada tingkatan yang lebih rendah. Masing-masing jorong nantinya
akan menyampaikan hasil pra-musrenbang yang sangat prioritas untuk dibahas kembali pada Musrenbang Nagari.
b. Perkiraan Keadaan
Untuk menyusun sebuah rencana maka pemerintah harus menyadari bahwa situasi dan kondisi sebelumnya dan posisi
sekarang sangat mempengaruhi situasi dan kondisi yang akan datang. Mengenal situasi dan kondisi menjadi hal sangat penting,
karena data masa lalu sampai pada posisi saat ini merupakan petunjuk seberapa jauh perencanaan tersebut berjalan efektif dan
efisien. Kemungkinan dari perencanaan pembangunan yang telah
direncanakan tahun sebelumnya menjadi dasar pertimbangan bagi pemerintah nagari untuk menentukan rencana pembangunan pada
tahun sekarang. c.
Penetapan tujuan rencana dan cara pencapaian tujuan Tujuan dari penyusunan Rencana Kerja Pembangunan yaitu agar
perencananaan pembangunan Nagari lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat berdasarkan skala prioritas yang
Universitas Sumatera Utara
telah disepakati secara bersama dalam musrenbang. Penetapan tujuan rencana berhubungan erat dengan visi-misi pembangunan
Nagari yang telah ditetapkan. Untuk menetapkan tujuan rencana, pemerintah Nagari bersama-sama dengan peran aktif para
stakeholder dalam penyusuna rencana pembangunan nagari. Untuk mencapai tujuan rencana tersebut, ada beberapa strategi
pencapaian rencana yang ditetapkan oleh Pemerintah Nagari Limo Kaum, antara lain:
1. Efisiensi dan efektifitas struktur kelembagaan pemerintahan
Nagari sebagai wujud Pemerintahan yang bersih dan anti KKN dalam memberikan pelaynan kepada masyarakat
2. Membina toleransi dalam kehidupan masyarakat berdasarkan
latar kesejarahan dengan didukung oleh komitmen pemerintah Nagari
3. Memperkuat komitmen pemerintah Nagari agar lembaga dan
institusi masyarakat yang ada optimal dalam mengembangkan nilai religi dan budaya luhur masyarakat
4. Memelihara dan mengembangkan inisiatif masyarakat untuk
membangun nilai religi dan budaya luhur melalui kebijakan pemerintah nagari
d. Tahap persetujuan rencana
Keterlibatan masyarakat dalam rangka penyusunan rencana pembangunan tentu sangat berdampak besar bagi keputusan yang
nantinya akan diambil secara bersama.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap penyusunan program rencana
Tahap penyusunan program rencana pada hakekatnya suatu proses secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang berhubungan dengan perumusan kebijakan. Setelah kegiatan pra-musrenbang tingkat jorong selesai
dilaksanakan, maka selanjutnya unsur pemerintah Nagari melalui LPM mempersiapkan acara musrenbang dan materi perencanaan. Bahan dan
materi penyusunan program rencana tersebut bersumber dari: a.
RPJM Nagari b.
Daftar hasil evaluasi tahun lalu yang belum teralisasi c.
Usulan program kegiatan tahun lalu yang belum direalisasikan d.
Usulan dari peserta musyawarah Dalam Pelaksanaan Musrenbang dibentuklah 3 Komisi yaitu : Komisi
A Bidang Infra Struktur Komisi B Bidang Pendidikan, Kesejahteraan, Kesehatan dan Kemasyarakatan, Sosial Budaya
Komisi C Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Sumberdaya Ekonomi Nagari. Hasil Sidang Komisi disampaikan dalam sidang Paripurna
dan kemudian dibentuk Tim Perumus yang terdiri dari : Walinagari dan Sekretaris Nagari, Ketua Bamus dan Sekretaris, dan seluruh Ketua
Lembaga dan Sekretaris dan juga Jajaran Pendidikan, serta Pelaku PNPM. Dalam penetapan rencana, pemerintah Nagari menetapkan
mana aspirasi masyarakat yang sangat penting dan sangat mendesak untuk dibangun. Dalam prosedur formal yang diatur oleh pemerintah,
perencanaan hasil musrenbang Nagari kemudian disyahkan sebagai
Universitas Sumatera Utara
perturan Nagari melalui legitimasi politik lewat siding Badan Perwakilan Rakyat Nagari BPRN sebagai badan perwakilan
permusyawaratan rakyat tertinggi di Nagari. 3.
Tahap pelaksanaan rencana Setelah rencana pembangunan disusun dan ditetapkan, maka
selanjutnya Wali Nagari menyampaikan daftar prioritas program dan kegiatan yang akan diajukan pada Musrenbang kecamatan kepada
instansi teknis terkait untuk disempurnakan. Dari semua daftar usulan prioritas yang Nagari serahkan kepada kecamatan, belum tentu
semuanya disetujui untuk dilaksanakan. Untuk pelaksanaan urusan pemerintahan Nagari dan penyelenggaraan urusan adat yang menajdi
kewenangan nagari didanai dari APB NAgari, bantuan pemerintah Kabupaten, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah.
4. Tahap Pengawasan atas pelaksanaan Rencana
Dalam pelaksanaan rencana pembangunan, tahapan ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembnagunan yang
tertuang pada rencana kegiatan, serta koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh perangkat nagari. Dalam
pelaksanaan rencana, unsur pemerintah Nagari, BPRN dan lembaga adat ikut mengawasi jalannya pelaksanaan yang telah direncakan untuk
dapat nantinya dipertanggungjawabkan saat evaluasi kegiatan. 5.
Evaluasi pelaksanaan Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan
yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
Universitas Sumatera Utara
informasi untuk menilai pencapaian tujuan sasaran dan kinerja pembangunan.
5.2 Peran Serta Kelembagaan Adat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan di Nagari Limo Kaum