kelembagaan adat dan kearifan lokal masyarakat. Namun masih sedikit ditemukan bukti empiris yang dapat menjelaskan kinerja kelembagaan adat
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan publik yang didesentralisasikan kepada pemerintah daerah, khususnya dalam perencanaan
pembangunan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Berbasis Lokal di
Nagari Limo Kaum Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar? 2.
Bagaimana Peran Kelembagaan Adat dalam pelaksanaan Perencanaan Pembangunan di Nagari Limo Kaum?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraannya. Adapun yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan perencanaan berbasis lokal di Nagari Limo Kaum
2. Untuk mengetahui peranan Kelembagaan Adat dan kearifan lokal
masyarakat dalam penyusunan perencanaan pembangunan di Nagari Limo Kaum
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Manfaat secara subjektif
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara ilmiah, sistematis, dan membuatnya menjadi karya ilmiah
berdasarkan kajian-kajian teori maupun aplikasi yang diperoleh dari ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat secara akademis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah kepustakaan sehingga dapat menambah bahan kajian perbandingan bagi
yang memanfaatkannya. 3.
Manfaat secara praktis Diharapkan dapat menjadi manfaat kepada masyarakat untuk lebih
berperan aktif dalam menyusun perencanaan pembangunan di wilayahnya, agar perencanaan yang dibuat menjadi berguna dan tepat sasaran.
1.5 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam
memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian Singarimbun, 2008.
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub
variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian Singarimbun, 2008. Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan
mengemukakan teori, gagasan dan pendapat yang akan dijadikan titik tolak
Universitas Sumatera Utara
landasan berpikir dalam penelitian ini. Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.2 Perencanaan Pembangunan 1.5.1.1 Perencanaan
Perencanaan menurut Sondang P. Siagian 1980 mendefinisikannya sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Menurut
George R. Terry dalam Arifin Nasution 2008, perencanaan adalah upaya untuk menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Perencanaan termasuk
kedalam kelompok ilmu terapan atau applied sciences dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusan-rumusannya bermanfaat dalam
meningkatkan kesejahteraan manusia. Menurut Robinson Tarigan 2005 mengatakan bahwa perencanaan
adalah menetapkan suatu tujuan dengan mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor tidak
terkontrol yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta
mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha memilih dan
menghubungkan fakta-fakta serta membuat dan menggunakan dugaan-
Universitas Sumatera Utara
dugaan mengenai masa yang akan datang dalam hal menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan, yang dianggap perlu untuk
mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Adapun fungsi-fungsi perencanaan antara lain:
1. Fungsi pengorganisasian, apa yang telah direncanakan harus
diorganisisr dengan baik. Mengatur distribusi tugas, wewenang dan sumberdaya dalam aktivitas pencapaian tujuan.
2. Fungsi kepemimpinan, diperlukan seseorang yang memimpin
untuk mengarahkan pelaksanaan tugasnya masing-masing dalam suatu organisasi perencanaan pembangunan
3. Fungsi control, diperlukan untuk mengukur kesesuaian
perencanaan sebelumnya dengan pelaksanaanya. Alasan dilakukannya perencanaan dilihat dari segi perencanaan
sebagai suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan menurut Saul M. Kantz dalam Bintoro 1985 adalah:
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu
pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan
pembangunan. 2.
Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasanevaluasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai
alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas.
Memilih urutan-urutan dari pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
5. Pada perencanaan akan dilakukan suatu perkiraan forecasting
terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Jenis-jenis perencanaan di Indonesia menurut Arifin Nasution,
antara lain: 1.
Jenis Top Down dan Bottom Up Planning Top Down Planning merupakan salah satu jenis perencanaan
yang menitikberatkan pada tipe perencanaan yang terpusat. Artinya kewenangan utama dalam perencanaan itu berada pada
institusi yang lebih tinggi dan digunakan sebagai bagian rencana dari institusi yang lebih rendah. Sedangkan bottom up
planning adalah apabila kewenangan utama dalam perencanaan itu berada pada institusi yang lebih rendah, dimana institusi
perencana pada level yang lebih tinggi harus menerima usulan- usulan yang diajukan oleh institusi perencana pada tingkat yang
lebih rendah. Proses Top Down dan Bottom Up lebih mencerminkan proses perencanaan dalam pemerintahan, yaitu
dari lembagadepartemen dan daerah ke pemerintah pusat. Umumnya terjadi adalah kombinasi antara kedua model
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Akan tetapi dari rencana yang dihasilkan oleh kedua level institusi perencanaan tersebut, dapat ditentukan model
mana yang lebih dominan. Apabila yang dominan adalah top- down maka perencanaan itu disebut sentralistik, sedangkan
apabila yang dominan adalah bottom-up maka perencanaan itu disebut desentralistik.
2. Jenis Vertical dan Horizontal Planning
Vertical Planning adalah perencanaan yang lebih
mengutamakan koordinasi antar berbagai jenjang pada sektor yang sama. Model ini mengutamakan keberhasilan sektoral,
jadi menekankan pada pentingnya koordinasi antar berbagai jenjang pada instansi yang sama sektor yang sama.
Horizontal Planning lebih menekankan pada keterkaitan antar berbagai sektor sehingga berbagai sektor itu dapat berkembang
secara sinergi. Pada horizontal planning kegiatan masing- masing sektor dibuat saling terkait dan menjadi sinkron
sehingga sasaran umum pembangunan wilayah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Antara kedua model
perencanaan itu harus terdapat arus bolak-balik sehingga menghasilkan rencana yang baik.
3. Jenis Partisipatif Planning
Pemikiran perencanaan partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja sebuah prakarsa pembangunan masyarakat
sangat ditentukan oleh semua pihak yang terkait dengan
Universitas Sumatera Utara
prakarsa tersebut. Sejak dikenalkannya model perencanaan partisipatif ini, istilah “stakeholder” menjadi sangat meluas.
Perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan pastisipasi seluruh stakeholder dalam pengambilan
keputusan perencanaan di semua tahapan perencanaan. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan,
mantap atau sporadik, secara halus atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah, perencanaan dan pembuatan kebijakan sudah dijamin dalam konstitusi
negara maupun dalam peraturan perundang-undangan. Namun, dalam prakteknya, kualitas partisipasi masyarakat masih jauh dari ideal.
Beberapa masalah tentang pastisipasi, misalnya: a.
Masih rendahnya akses terhadap informasi publik b.
Rendahnya komitmen pemimpin dan partai politik di tingkat lokal
c. Blocking dari kelompok elit lokal
d. Kemandirian organisasi warga
e. Proses partisipasi tanpa substansi
f. Apatisme masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka sistem Perencanaan
Pembangunan nasional mencakup pada lima pendekatan yaitu, 1.
Politik 2.
Teknokratik 3.
Partisipatif 4.
Atas-bawah top-down 5.
Bawah-atas bottom-up Ahli-ahli teori perencanaan publik mengemukakan beberapa proses
perencanaan , : 1.
Perencanaan Teknokrat Perencanaan teknokrat adalah proses perencanaan yang
dirancang berdasarkan data dan hasil pengamatan kebutuhan masyarakat dari pengamat professional, baik kelompok
masyarakat yang terdidik yang meski tidak mengalami sendiri namun berbekal pengetahuan yang dimiliki dapat
menyimpulkan kebutuhan akan suatu barang yang tidak dapat disediakan pasar, untuk menghasilkan perspektif akademis
pembangunan. Pengamat ini bisa berasal dari pejabat pemerintah, non pemerintah atau perguruan tinggi.
Menurut penjelasan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004, tentang sistem perencanaan pembangunan Nasional,
perencanaan teknokrat dilaksanakan dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
metoda dan kerangka pikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
Tujuannya adalah untuk membangun perencanaan strategis dan perencanaan kontigensi, menetapkan ketentuan-ketentuan,
standar, prosedur petunjuk pelaksanaan serta evaluasi, pelaporan dan langkah taktis untuk menopang organisasi.
Prinsip-prinsip perencanaan teknokratik menurut Prinsip-Prinsip penyusunan Renstra Satuan kerja perangkat Daerah SKPD
tahun 2011 adalah, a.
Ada rumusan isu dan permasalahn pembangunan yang jelas
b. Ada rumusan prioritas isu sesuai dengan urgensi,
kepentingan dan dampak isu terhadap kesejahteraan masyarakat
c. Ada rumusan tujuan pembangunan yang memenuhi
kriteria d.
Ada rumusan alternatif strategi untuk pencapaian tujuan
e. Ada rumusan kebijakan untuk masing-masing strategi
f. Ada pertimbangan atas kendala ketersediaan
sumberdaya dan dana g.
Ada prioritas program h.
Ada tolak ukur dan target kinerja capaian program i.
Ada indikator program
Universitas Sumatera Utara
j. Ada kejelasan penanggungjawab program
k. Ada evaluasi terhadap proses perencanaan yang
dilakukan l.
Ada komunikasi dan konsultasi berkelanjutan m.
Ada instrumen, metodologi, pendekatan yang tepat digunakan untuk mendukung proses perencanaan
2. Perencanaan Partisipatif
Perencanaan partisipatif merupakan proses perencanaan yang diwujudkan dalam musyawarah, dimana sebuah rancangan
rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku pembangunan stakeholder. Pelaku pembangunan berasal dari
semua aparat penyelenggara negara eksekutif, legislatif dan yudikatif, masyarakat, rohaniwan, pengusaha, kelompok
professional, serta organisasi-organisasi non-pemerintah. Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan
rasa memiliki. Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan untuk mengamodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan
rencana pembangunan. Tujuannya adalah agar masyarakat diharapkan mampu
mengetahui permasalahannya sendiri di lingkungannya, menilai
Universitas Sumatera Utara
potensi SDM dan SDA yang tersedia, dan merumuskan solusi yang paling menguntungkan.
Prinsip-prinsip perencanaan partisipatif menurut Prinsip-Prinsip penyusunan Renstra Satuan kerja perangkat Daerah SKPD
adalah, a.
Ada identifikasi stakeholder yang relevan untuk dilibatkan dalam proses perumusan visi, misi dan
agenda SKPD serta dalam proses pengambilan keputusan penyusunan renstra SKPD
b. Ada kesetaraan antara government dan non-government
stakeholder dalam pengambilan keputusan c.
Ada transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan
d. Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen
masyarakat terutama kaum perempuan dan kelompok marginal
e. Ada sense of ownership masyarakat terhadap renstra
SKPS f.
Ada pelibatan media g.
Ada kesepatan bersama pada semua tahapan penting dalam pengambilan keputusan
3. Perencanaan Top-Down
Universitas Sumatera Utara
Perencanaan top-down adalah proses perencanaan yang dirancang oleh lembagadepartemendaerah, menyusun rencana
pembangunan sesuai dengan wewenang dan fungsinya. Tujuannya adalah untuk menyeragamkan
perencanaan pembangunan daerah yang mengikuti “juklak dan juknis”
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Prinsip-prinsip perencanaan Top-Down menurut Prinsip-Prinsip penyusunan
Renstra Satuan kerja perangkat Daerah SKPD adalah, a.
Ada sinergi dengan RPJM Nasional dan Renstra Kementrianlembaga
b. Ada sinergi dan konsistensi dengan RPJPD dan
RPJMD c.
Ada sinergi dan konsistensi dengan RTRW daerah d.
Ada sinergi dan komitmen pemerintah terhadap tujuan- tujuan pembanguann
4. Perencanaan Bottom-up
Perencanaan Bottom-up adalah pendekatan perencanaan yang dimulai dari tingkatan hirarkis paling rendah menuju ke atas.
Tujuannya adalah untuk menghimpun masukan dari bawah. Prinsip-prinsip perencanaan bottom-up menurut Prinsip-Prinsip
penyusunan Renstra Satuan kerja perangkat Daerah SKPD adalah,
Universitas Sumatera Utara
a. Ada penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarkat
untuk melihat konsistensi dengan visi, misi dan program kepala daerah terpilih
b. Memperhatikan hasil proses musrenbang dan
kesepakatan dengan masyarakat tentang prioritas pembangunan daerah
c. Mempertimbangkan hasil forum multi stakeholder
SKPD d.
Memperhatikan hasil proses Penyusunan Renstra SKPD.
1.5.1.2 Pembangunan
Pembangunan berasal dari kata “development”. Kata “development” ini diartikan sebagai pembangunan atau perkembangan dan
perubahan sosial. Pembangunan merupakan konsep normatif yang mengisyaratkan pilihan-pilihan tujuan untuk mencapai apa yang disebut
sebagai realisasi potensi manusia. Pembangunan tidak sama maknanya dengan modernisasi, jika memahami secara jelas mengenai makna
sesungguhnya dari hakikat pembangunan itu sendiri. Pembangunan adalah sebuah proses perbaikan yang
berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Disamping itu
pembangunan itu sendiri adalah sebagai usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan, perubahan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa Siagian,
Universitas Sumatera Utara
1980. Pengertian tersebut memiliki arti bahwa pembangunan merupakan suatu proses perbaikan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa secara
terencana. Pembangunan menurut pengertian umum adalah suatu upaya
terencana untuk merubah wilayah dan masyarakat menuju keadaan lebih baik. Dari tinjauan Ilmu sosial, pembangunan diartikan sebagai perubahan
masyarakat yang berlangsung secara terus menerus sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara optimal. Strategi
pembangunan berkembang dari masa ke masa secara dinamis sesuai dengan konteks peradaban. Paradigma pembangunan yang menekankan
pada pembangunan ekonomi mulai ditinggalkan karena tidak dapat menjawab masalah sosial seperti kemiskinan, kenakalan, kesenjangan,
dan keterbelakangan. Paradigma pembangunan kemudian bergeser ke arah pendekatan masyarakat yang sebelumnya sebagai objek menjadi subjek
pembangunan. Paradigma baru ini berbasis komunitas dengan memberikan tempat utama bagi prakarsa, keanekaragaman lokal, dan kearifan lokal.
Menurut Todaro dalam buku Arifin Nasution 2008, mengatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses multidimensial yang
meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, struktur masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi,
pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan. Kemiskinan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan
tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan dipahami sebagai suatu proses
Universitas Sumatera Utara
yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi
jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non-ekonomi.
Sedangkan pembangunan yang dilakukan Negara-Negara berkembang secara umum merupakan suatu proses kegiatan yang
direncanakan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa untuk mencapai peningkatan
kualitas hidup manusia dan kesejahteraan. Jadi, pada hakekatnya pembangunan mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau
penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-
kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik secara material maupun spiritual.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembangunan adalah sumber daya negara yang dimiliki, kebijaksanaan dan sasaran yang
dijalankan pemerintah, tersedianya modal dan teknologi dan suasana perdagangan internasional. Beberapa pendekatan dalam pembangunan
antara lain: 1.
Pendekatan pembangunan bangsa sociocultiral development approach
Pendekatan pembangunan ini tidak hanya menekankan pada pembangunan fisik saja, juga pada pembangunan mental dan
Universitas Sumatera Utara
kultur masyarakatnya. Ada dua permasalahan yang ditemukan dari segi ruang lingkup pendekatan ini, yaitu:
a. Pembangunan politik political development
Pembangunan politik sebagai suatu proses pembinaan bangsa nation building yang ditujukan untuk melakukan
perubahan-perubahan institusional dalam sistem pemerintahan dan politik dan dalam sistem kelembagaan
sosial ekonomi suatu bangsa yang tidak dapat dipisahkan. b.
Pembangunan sosial budaya socio cultural development Pembangunan diarahkan untuk mewujudkan perubahan-
perubahan dan pembaharuan-pembaharuan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh serta dilakukan
secara sinergis dan simultan dalam suatu proses pembangunan.
2. Pendekatan pembangunan ekonomi
Pendekatan pembangunan ekonomi dibagi atas 3 aliran: a.
Aliran klasik Tokoh sentral dalam aliran klasik yaitu Adam Smith. Adam
Smith sangat percaya bahwa campur tangan pemerintah akan membentuk keseimbangan dalam perekonomian
masyarakat. Ajaran Adam Smith ini dalam prakteknya banyak menimbulkan kepincangan social, yang
memunculkan jurang pemisah yang sangat dalam diantara pelaku ekonomi dan masyarakat secara umum.
Universitas Sumatera Utara
b. Aliran Keynesian
Aliran Keynesian membantah ajaran Smith, karena menurutnya campur tangan pemerintah secara tidak lansung
dalam sistem perekonomian masyarakat sangat diperlukan. Aliran ini lebih memfokuskan pada analisa ekonomi jangka
pendek. Dampak yang ditimbulkan dari pandangan ini yaitu berkembangnya model pertumbuhan yang dikembangkan
oleh Harrod dan Domart yang intinya bahwa pentingnya aspek permintaan dalam mendorong pertumbuhan jangka
panjang melalui tabungan atau investasi dan produktivitas capital.
c. Aliran neo-klasik
Laju pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan dalam penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat
kemajuan teknologi. Dalam perkembangannya, ada suatu pemikiran yang menyatakan peran perdagangan sebagai
faktor penting diluar modal dan tenaga kerja. 3.
Pendekatan-pendekatan lain Menurut Rostow 1960 transformasi dari negara terbelakang
menjadi negara maju dapat terjadi setelah melalui urutan tahapan pembangunan. Lima tahapan pembangunan yang harus
dilalui oleh suatu negara dalam proses pembangunan adalah: a.
Masyarakat tradisional traditional society b.
Masa menjelang pertumbuhan pre-condition of growth
Universitas Sumatera Utara
c. Tinggal landas take-off
d. Pengendalian kelahiran the drive of maturity
e. Era masyarakat komsumtif the age of high mass-
comsumption
1.5.1.3 Perencanaan Pembangunan
Perencanaan dapat dikaitkan dengan konteks pembangunan dimana dalam pembangunan terdapat suatu perencanaan agar sasaran
pembangunan tercapai sehingga dikenal istilah perencanaan pembangunan. Perencanaan menurut Nugroho 2003 adalah kegiatan dari pembangunan
yang paling prioritas, karena perencanaan dalam pembangunan menentukan arah, prioritas dan strategi pembangunan.
Menurut Kuncoro dalam Kuncoro 2004 “perencanaan pembangunan merupakan upaya yang bertujuan untuk memperbaiki
sumber daya publik yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dan publik dalam menciptakan nilai sumber daya swasta dan publik
yang bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan masyarakat yang menyeluruh”. Pendapat lain yang mendefenisikan perencanaan
pembangunan dalam tulisan Kuncoro dikemukakan oleh Soedjono Adipraja “Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang
akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran pembangunan yang telah dirumuskan melalui Badan Perencanaan
Pembangunan tingkat pusat dan daerah”.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih mengenal dimensi-dimensi dalam konsep perencanaan pembangunan yang memiliki pedoman secara umum dapat dilihat dari
dimensi ciri perencanaan pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo 1985 ada 8 poin yang menjadi ciri-ciri atau indikator sebuah perencanaan
pembangunan secara umum yaitu: 1.
Merupakan suatu usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap. Hal ini
dicerminkan dalam usaha peningkatan produksi nasional, berupa tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang positif,
2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan
pendapatan perkapita. Ciri ini adalah kelanjutan dari ciri yang pertama. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif, yaitu setelah
dikurangi dengan laju pertumbuhan penduduk menunjukkan pula kenaikan pendapatan perkapita.
3. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini
disebabkan oleh karena pada umumnya negara-negara baru berkembang struktur ekonominya lebih cenderung kearah
agraris,dan hal ini menyebabkan terdapatnya kelemahan-kelemahan konjungtural. Oleh karena itu diusahakan lebih adanya
keseimbangan dalam struktur ekonomi. 4.
Usaha perluasan kesempatan kerja. Selain untuk mengurangi adanya pengangguran, hal ini juga bertujuan untuk menampung
masuknya golongan usia kerja baru dalam kehidupan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
5. Usaha pemerataan pembangunan distributive justice. Pemerataan
ini ditujukan kepada pemerataan pendapatan antara golongan- golongan dalam masyarakat dan pemerataan pembangunan antara
daerah-daerah dalam negara. 6.
Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.
7. Usaha untuk mengupayakan kemampuan membangun secara
bertahap lebih didasarkan kepada kemampuan nasional dalam artian tidak terlalu menggantungkan terhadap pinjaman luar
negeri. 8.
Usaha secara berkelanjutan dalam menjaga stabilitas ekonomi. Perencanaan itu merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan
kondisi dan arah yang akan dicapai. Kedinamisan tersebut dalam proses pembangunan dapat dilihat dari faktor sifat, ruang lingkup dan pelaku
perencanaan pembangunan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan dinamika pembangunan yang ada maupun yang diciptakan Arifin
Nasution, 2008. Pada dasarnya perencanaan pembangunan menjadi kunci
keberhasilan suatu pembangunan karena sesungguhnya ini adalah pekerjaan yang sangat rumit dan membutuhkan analisis kedepan yang
cukup baik. Disinilah pembangunan akan menjadi sebuah praktek yang bergulir dari sebuah konsep, teori dan paradigma. Oleh karena itu
pembangunan harus dimanajemeni dengan baik melalui proses perencanaan yang matang.
Universitas Sumatera Utara
Setiap perencanaan pembangunan pada dasarnya harus mengandung unsur-unsur pokok tertentu yang dijadikan acuan
pembangunan, dengan adanya unsur-unsur pokok tersebut akan lebih memfokuskan arah, tujuan, dan keefektifan dalam pencapaian hasil akhir
sebuah perencanaan pembangunan. Ada beberapa unsur pokok yang menjadi komponen dari perencanaan pembangunan menurut
Tjokroamidjojo 1985 yaitu: 1.
Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan, yang sering pula disebut tujuan, arah, dan prioritas pembangunan.
2. Adanya kerangka rencana yang menunjukkan hubungan variabel-
variabel pembangunan dan implikasinya. 3.
Perkiraan sumber-sumber pembangunan terutama pembiayaan. 4.
Adanya kebijaksanaan yang konsisten dan serasi, seperti kebijaksanaan fiskal, moneter, anggaran, harga, sektoral, dan
pembangunan daerah. 5.
Adanya program investasi yang dilakukan secara sektoral. 6.
Adanya administrasi pembangunan yang mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2004, ada 4 empat tahapan dalam perencanaan pembangunan, yaitu:
1. Tahap penyusunan rencana.
Universitas Sumatera Utara
Tahap ini dilaksanakan untuk dapat menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang sudah siap untuk ditetapkan, terdiri
dari 4 langkah: a.
Penyiapan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik menyeluruh dan terukur.
b. Masing-masing instansi menyiapkan rancangan rencana
kerja dengan berpedoman pada rencana pembangunan yang telah disiapkan.
c. Melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing pemerintah melalui musyawarah perencanaan pembangunan.
d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Tahap penetapan rencana.
Tahap ini berfungsi sebagai penetapan rencana pembangunan tersebut menjadi suatu produk hukum yang mengikat semua pihak
yang melaksanakan. 3.
Tahap pengendalian pelaksana rencana. Tahap ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran pembangunan yang tertuang pada rencana kegiatan- kegiatan, serta koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan
rencana tersebut oleh pimpinan kementrian lembagasatuan perangkat daerah.
4. Evaluasi pelaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi pelaksanaan adalah bagian dari perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan
menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian tujuan sasaran dan kinerja pembangunan.
Perencanaan pembangunan yang efektif mengandung arti suatu perencanaan yang bisa membedakan apa yang seyogianya dilakukan dan
apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan berbagai sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai dan
mengambil manfaat dari informasi yang lengkap dan tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan pada perencananya dengan objek
perencanaannya. Seringkali terdapat kesalah pahaman dalam pengertian perencaan tersebut. Perencaan merupakan suatu proses terus menerus dan
menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaannya.
Beberapa tahapan proses perencaan menurut Bintoro Tjokroamidjojo 1985 yaitu:
1. Penyusunan Rencana
Terdiri atas unsur-unsur: a.
Tinjauan keadaan b.
Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana c.
Penetapan tujuan rencana plan objectives dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan rencana
d. Identifikasi kebijaksanaan danatau kegiatan usaha yang
perlu dilakukan dalam rencana.
Universitas Sumatera Utara
e. Tahap persetujuan rencana
2. Penyusunan Program Rencana
3. Pelaksanaan Rencana
4. Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana
Tujuan dilakukan pengawasan yaitu: a.
Agar pelaksanaan rencana sesuai dengan yang diinginkan. b.
Apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh penyimpangan tersebut dan apa
penyebabnya. c.
Dapat dilakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan- penyimpangan yang terjadi.
5. Evaluasi
1.5.1.4 Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan pembangunan daerah menurut Riyadi dan Bratakusumah 2004 yaitu suatu proses perencanaan pembangunan yang
dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju kearah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan
lingkungan dalam wilayahdaerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada dan harus memiliki
orientasi yang bersifat menyeluruh , lengkap tetapi tetap berpegang pada asas prioritas.
Daerah merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu dan berwenang mengatur serta mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri perencanaan pembangunan daerah, meliputi: 1.
Menghasilkan program-program yang bersifat umum 2.
Analisis perencanaan yang bersifat makro atau luas 3.
Lebih efektif dan efisien digunakan untuk perencanaan jangka mengengah dan jangka panjang
4. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan
universal namun tetap memiliki spesifikasi masing-masing yang jelas
5. Fleksibel dan mudah untuk dijadikan sebagai acuan
perencanaan pembangunan jangka pendek. Perencanaan pembangunan daerah diperlukan karena:
1. Adanya ketidakpuasan atas persoalanmasalah-masalah yang
muncul sebagai tuntutan kebutuhan sosial yang tidak terelakkan, sehingga perencanaan berorientasi pada
perubahanperbaikan yang secara sadar diinginkan 2.
Adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki daerah, sementara peruntukankebutuhannya beragam, sehingga
perencanaan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi atau optimalisasi pemilikan dan pemanfaatan sumberdaya.
3. Adanya keinginantujuan yang ingin dicapai untuk menjadi
sesuatu yang lebih baik dan berorientasi masa depan 4.
Adanya keinginan untuk memacu perkembangan sosio- ekonommi dan mengurangi atau menghapus ketidakadilan dan
Universitas Sumatera Utara
eksternalitas maupun mengoreksi kegagalanketidak sempurnaan pasar untuk menjamin kepentingan publik.
Proses pembangunan daerah menurut Ginandjar Kartasasmita dalam buku Arifin Nasution 2008 dapat dilihat dengan tiga cara pandang
yang berbeda. Pertama, pembangunan bagi suatu kota, daerah atau wilayah sebagai suatu wujud entity bebas yang pengembangannya tidak terikat
dengan kota, daerah atau wilayah lain sehingga penekanan perencanaan pembangunannya mengikuti pola yang lepas dan mandiri. Kedua,
pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah dalam pendekatan ini merupakan
perencanaan pembangunan pada suatu juridiksi ruang atau wilayah tertentu yang dapat digunakan sebagai bagian dari pola perencanaan
pembangunan nasional. Ketiga, perencanaan pembangunan daerah sebagai instrument bagi penentuan alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi
kegiatan di daerah yang telah direncanakan terpusat yang berguna untuk mencegah terjadinya kesenjangan ekonomi antar daerah.
1.5.3 Perencanaan Pembangunan Basis Lokal
Desentralisasi diyakini sebagai obat penawar dampak buruk yang diakibatkan oleh konsep pembangunan yang datang dari atas dan sistim
perencanaan terpusat sentralisasi. Dengan desentralisasi, maka kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan dari pemerintah nasional
didelegasikan kepada pemerintah di tingkat sub-nasional atau bahkan kepada tingkat pemerintahan yang paling rendah di tingkat lokal. Tujuan
Universitas Sumatera Utara
desentralisasi antara lain adalah agar perencanaan pembangunan menjadi lebih efektif dan efisien karena realitas pembangunan dan sosial ekonomi
masyarakat lebih dapat ditangkap dengan semakin dekatnya pemerintah dengan rakyatnya. Kedekatan itu membuat perencana pemerintah dapat
melakukan proses komunikasi dan bertatapan muka dengan rakyatnya secara kooperatif yang selalu terus menerus dijaga. Pada akhirnya,
diharapkan desentralisasi dapat membangkitkan otonomi wilayah melalui integrasi semua aspek kehidupan di dalam wilayah yang ditentukan dan
dibatasi oleh sosial budaya, sumberdaya, dan kondisi lingkungannya.
Secara teoritis, sistem pemerintahan terendah ditingkat lokal merupakan realisasi dari konsep pembangunan berbasis lokal yang datang
dari bawah yang terdesentralisasi. Dengan desentralisasi, maka kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan dari pemerintah Nasional
didelegasikan hingga kepada pemerintahan terendah di tingkat lokal. Perencanaan Pembangunan berbasis lokal adalah perencanaan yang
bukan saja dilakukan di wilayahlokal setempat tetapi juga melibatkan potensi sumber daya lokal wilayah yang berasal dari aspirasi dan
keinginan masyarakat dari bawah. Perencanaan yang demikian merupakan proses sosial dan proses
politik yang berada dalam paradigma perencanaan rasionalitas komunikatif. Proses seperti itu memberikan proses belajar sosial dan
pendidikan politik kepada masyarakat untuk mampu mengartikulasikan kepentingannya yang sudah jelas akan saling terkait dengan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
orang lain. Oleh karena itu, perencanaan desentralistis membutuhkan komunikasi yang intensif antar stakeholders agar dapat mencapai satu
kesepakatan sebagai persetujuan atas perencanaan publik yang nantinya akan dihasilkan.
1.5.2.1 Kelembagaan Adat
Pendekatan kelembagaan dalam perencanaan desentralistis perencanaan pembangunan digunakan sebagai alat atau cara untuk
memperoleh pelibatan sebanyak mungkin aktor partisipasi yang tinggi yang akan menuntun pengambilan keputusan bersama agar tujuan
pembangunan yang berkesinambungan terus menerus dan melembaga dapat tercapai.
Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang memang tumbuh dari bawah dari lokal sendiri, yang tetap dipelihara dan dipatuhi
oleh orang lokal karena keterikatan yang tinggi dengan lingkungannya. Kelembagaan yang demikian memiliki keunikan tersendiri yang tidak
begitu saja dapat ditiru olehdari luar. Kelembagaan adat sebagai kelembagaan lokal mempunyai peluang
untuk digunakan sebagai pendekatan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan di dalam suatu komunitas wilayah yang memiliki
kelembagaan kehidupan masyarakatnya termasuk menjadi dasar dalam mengatur dan mengelola sumber daya alam dan ekonomi wilayahnya,
sehingga dapat dipandang sebagai suatu kontribusi potensial kelembagaan dalam memperbaiki atau bahkan memperkuat perencanaan wilayah.
Pengambilan keputusan perencanaan pembangunan yang melahirkan
Universitas Sumatera Utara
kepentingan publik sudah selayaknya perlu dilakukan dengan mempedulikan nilai–nilai yang dimiliki masyarakat lokal Brooks, 2002.
Analisis kelembagaan lokal secara desentralisasi wilayah territorial berada pada tingkat pemerintah lokal yang dibesarkan oleh
sistem politik dan sosial budaya, serta ideologi perencanaan pembangunan yang melandasinya. Sama seperti teori desentralisasi, analisis kelembagaan
lokal digunakan sebagai pendekatan perencanaan dalam upaya mencapai hasil yang efisien dan efektif. Alasan utamanya adalah karena
kelembagaan lokal memungkinkan perencanaan disusun sesuai dengan konteks dan struktur sosial yang sesungguhnya di tingkat lokal.
Kelembagaan adat Minangkabau merupakan suatu hal yang penting bagi masyarakat Minangkabau. Dalam pepatah minangkabau
dikatakan bahwa, “Adat diisi, limbago dituang” maksudnya yaitu adat adalah sesuatu yang diisi, dipenuhi dan dilaksanakan, sedangkan lembaga
adalah suatu jabatan, suatu aturan dasar atau undang-undang yang dibentuk dan ditetapkan untuk jangka waktu yang lama. Lembaga tidak
boleh sering diubah atau diganti, lembaga harus permanen. Lembaga-lembaga penyusun perencanaan pembangunan, antara
lain: a.
Badan Permusyawaratan rakyat Nagari BPRN b.
Kerapatan Adat Nagari KAN c.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat LPM d.
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga PKK e.
Alim Ulama
Universitas Sumatera Utara
f. Cadiak Pandai
g. Bundo Kanduang
h. Pemuda
1.5.2.2 Kearifan Lokal
Dalam pengertian kamus, kearifan lokal local wisdom terdiri dari dua kata: kearifan wisdom dan lokal local. Dalam Kamus Inggris
Indonesia John M. Echols dan Hassam Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom kearifan sama dengan kebijaksanaan. Secara umum
maka local wisdom kearifan setempat dapat dipahami sebagai gagasan- gagasan setempat lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal adalah kebenaran yang telah mentradisi dalam suatu
daerah. Kearifan lokal memiliki kandungan nilai kehidupan yang tinggi dan layak untuk terus digali, dikembangkan, serta dilestarikan sebagai
pegangan hidup. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang terus-menurus dijadikan pegangan hidup, yang universal.
Kearifan lokal berhubungan erat dengan bagaimana masyarakatnya berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang bersumber dari
nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat, yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas
masyarakat untuk beradaptasi. Dalam pelaksanaan pembangunan wilayah, saat ini masyarakat mulai lupa akan pentingnya kebudayaan dan kearifan
lokal dari wilayahnya, sehingga seringkali menjadi tidak tepat guna.
Universitas Sumatera Utara
Pergeseran paradigma pembangunan kearah perencanaan pembangunan yang menitikberatkan pada pentingnya nilai kesejahteraan,
keadilan, pemerataan dan pelibatan sumberdaya lokal. Pertimbangan kearifan lokal dalam perencanaan pembangunan menurut Saraswati 2006
merupakan salah satu pengisian pelibatan sumberdaya lokal, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia dalam perencanaan
pembangunan, karena didalamnya ada landasan pengetahuan lokal local knowledge yang diperkirakan telah berkembang sebagai potensi
perencanaan bagi masyarakat setempat dalam menghadapi persoalan wilayahnya. Sebagai bentuk dari local genius atau cultural identity,
kearifan lokal dapat menjadi bangunan dan landasan dalam pembangunan sehingga implementasinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat
agar pembangunan yang dilakukan tidak merusak budaya setempat danatau menghilangkan local genius dan cultural identity Helmi Zaini,
2012. Beberapa aspek kearifan local masyarakat Minangkabau, diantaranya:
1. Kearifan local yang tersimpan dalam struktu
kemasyarakatannya untuk melihat pola demokratisasi yang telah berhasil dijalankan tanpa menimbulkan
benturan-benturan sosial, sementara sistem demokratisasi masyarakat saat ini sudah mulai tergerus oleh keinginan,
konsep-konsep dan kepentingan-kepentingan terbatas 2.
Kearifan local yang tersimpan dalam sistem kekerabatan matrilineal yang tetap diamalkan sampai saat ini. guna
Universitas Sumatera Utara
bagaimana melihat bagaimana masyarakat Minangkabau membangun sistem kekerabatan tersebut dalam suatu
rangkaian penjagaan hak milik, harta pusaka, untuk tidak musnah, tidak habis atau jatuh ketangan orang lain.
3. Kearifan local yang tersimpan dalam setiap diri atau
individu mengenai pola pikir masyarakat Minangkabau baik secara komunal maupun individual, guna
membangkitkan kembali etos kerja, keuletan, kejujuran dan kegotongroyongan
4. Kearifan local yang tersimpan dalam sistem kepercayaan
yang dalam Masyarakat Minangkabau terkenal dengan acuan hidup :adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah” yang sudah mendarah daging sejak zaman dahulu. Kerukunan beragama dan kebebasan menjalankan
ibadah menurut agama masing-masing yang sudah berjalan dengan aman dalam masyarakat Minangkabau.
1.5.4 Nagari
Kata Nagari berasal dari bahasa sanskerta yaitu “Nagari”. Berdasarkan KKAMK 2010 menjelaskan bahwa nagari merupakan
wilayah geografis geografi Minangkabau, yang merupakan himpunan dari paling sedikit empat suku, mempunyai batas-batas yang jelas, mempunyai
pemerintahan sendiri dalam pengertian adat, serta mempunyai tanah ulayat nagari. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 tahun
2008 tentang nagari, nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum adat
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mngurus ketentuan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat basandi
syarak, syarak basandi kitabullah dan atau berdasarkan asal usul dan adat minangkabau yang diakui dan dihormati.
Nagari bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkaat daerah kabupatenkota. Sedangkan
nagari bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan kelurahan, nagari memiliki hak mengatur wilayahnya yang lebih luas.
Nagari merupakan bentuk dari republic mini. A.A Navis menyatakan pengertian nagari sebagai suatu
pemukiman yang telah mempunyai alat kelengkapan pemerintahan yang sempurna, didiami sekurang-kurangnya empat suku penduduk dengan
Penghulu Pucuk Penghulu Tua selaku pimpinan pemerintahan tertinggi. A.A Navis 1984 telah menguraikan nagari yang empat tersebut sebagai
berikut : 1.
Taratak Yaitu pemukiman paling luar dari kesatuan nagari yang juga
merupakan perladangan dengan berbagai hunian di dalamnya.
Pimpinannya disebut Tuo TuaKetua, belum punya penghulu,
oleh sebab itu rumah-rumahnya belum boleh bergonjong. 2.
Dusun Merupakan pemukiman yang telah banyak jumlah
penduduknya, telah mempunyai tempat beribadah, rumah
Universitas Sumatera Utara
gadang dua gonjong tetapi belum mempunyai penghulu dan
pimpinan pemerintahannya disebut Tuo Dusun.
3. Koto
Koto merupakan pemukiman yang telah mempunyai hak-hak dan kewajiban seperti nagari dan pimpinan terletak di tangan
Penghulu, tetapi balairungnya tidak mempunyai dinding. 4.
Nagari Yaitu pemukiman yang memiliki alat kelengkapan
pemerintahan yang sempurna, didiami sekurang-kurangnya
empat suku penduduk dengan Penghulu Pucuk sebagai
pimpinan pemerintahan yang tertinggi. Setiap pendirian sebuah nagari memiliki empat syarat yang
diungkapkan dalam sebuah pepatah adat yang berbunyi “Nagari kaampek suku, dalam suku babuah paruik, kampuang nan batuo, rumah
batungganai” nagari berempat suku, dalam suku berbuah perut, kampung bertua, dan rumah bertungganai. Artinya yaitu setiap nagari yang
didirikan harus terdiri dari Amir Sutan, 1997: 1.
Mempunyai empat buah suku, 2.
Setiap suku mempunyai beberapa buah perut kaum dari turunan ibu,
3. Mempunyai penghulu suku yang akan menjadi pemegang
pemerintahan nagari secara kolektif.
Universitas Sumatera Utara
4. Rumah batungganai yaitu mempunyai kepala kaum yang
disebut dengan penghulu kaum dari keluarga yang mendiami suatu rumah menurut kekerabatan matrilineal.
Dari hukum adat di atas telah dituangkan dalam Undang-undang Nagari tentang syarat pendirian sebuah nagari, yaitu:
1. Mempunyai sedikitnya empat suku,
2. Mempunyai balairung untuk bersidang,
3. Mempunyai sebuah Masjid untuk beribadah,
4. Mempunyai tepian untuk mandi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikemukakan secara kongkrit bahwa nagari merupakan satu kesatuan masyarakat hukum adat yang
hidup dalam wilayah kesatuan masyarakat Minangkabau yang mempunyai batasan-batasan alam yang jelas, dibawah pimpinan penghulu, mempunyai
aturan-aturan tersendiri serta menjalankan pengurusan berdasarkan musyawarah mufakat.
Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Nagari dan Badan Permusyawaratan
Nagari berdasarkan asal usul nagari di wilayah Propinsi Sumatera Barat yang berada dalam sistem pemerintahan NKRI. Wali nagari adalah
pimpinan Pemerintahan Nagari. Jorong atau dengan nama lain setingkat dan terdapat dalam nagari adalah bagian dari wilayah Nagari. Secara
histories pemerintahan nagari merupakan sebuah pemerintahan tradisional yang diperintah oleh penghulu-penghulu suku yang memiliki kewenangan
yang sama derajatnya yang tergabung dalam sebuah kerapatan adat.
Universitas Sumatera Utara
Penghulu-penghulu tersebut dibantu oleh para manti orang cerdik yang dipercaya oleh penghulu, malin alim ulama, dan dubalang
hulubalangkeamanan. Secara teoritis dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan Nagari
merupakan realisasi dari konsep pembangunan berbasis lokal yang datang dari bawah. Pemerintahan Nagari sebagai pemerintahan terendah yang
menggantikan Pemerintahan Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum adat dalam daerah Provinsi Sumatera Barat. Terdiri dari himpunan
beberapa suku yang mempunyai wilayah dengan batas-batas tertentu, mempunyai kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya dan memilih pimpinan pemerintahannya.
1.6 Definisi Konsep
Konsep menurut SIngarimbun 1995 adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian,
kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. 1.
Perencanaan pembangunan adalah suatu tekhnik atau cara yang akan dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan dari sasaran
pembangunan yang telah dirumuskan secara sistematis. Perencanaan pembangunan menjadi kunci keberhasilan suatu pembangunan yang
bergulir dari konsep, teori dan paradigma. Tahapan Perencanaan pembangunan, antara lain:
a. Tahap penyusunan rencana
b. Tahap penyusunan program rencana
c. Pelaksanaan rencana
Universitas Sumatera Utara
d. Pengawasan atas pelaksanaan rencana
e. Evaluasi pelaksanaan
2. Perencanaan pembangunan berbasis lokal yang datang
dari bawah adalah perencanaan yang bukan saja dilakukan di wilayahlokal setempat tetapi juga melibatkan potensi sumber daya lokal
wilayah. Nilai-nilai perencanaan berbasis lokal yang ingin dicapai yaitu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan alam
dan sesuai dengan kebutuhan di masa depan. 3.
Kelembagaan adat merupakan kelembagaan masyarakat lokal yang tetap dipelihara dan dipatuhi karena keterikatan yang tinggi
dengan lingkungannya. Pendekatan kelembagaan adat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan yang desentralistik.
Universitas Sumatera Utara
1.7 Sistematika Penulisan BAB I