PNPM Mandiri sebagai bantuan dari pemerintah

25 keluarga istrinya secara adat dan diantar pula bersama-sama oleh keluarga pihak laki-laki secara adat pula. Mulai sejak itu suami menetap di rumah atau dikampung halaman istrinya.

2.2. PNPM Mandiri sebagai bantuan dari pemerintah

PNPM Mandiri Pedesaan adalah Program Masyarakat Mandiri Pedesaan yang merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Pedesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan PPK yang dilaksanakan sejak tahun 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. PNPM Mandiri pedesaan melibatkan seluruh anggota masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. PNPM Mandiri pedesaan menyediakan dana langsung dari pusat APBN dan daerah APBD yang disalurkan ke rekening kolektif desa di kecamatan. Masyarakat desa dapat menggunakan dana tersebut sebagai hibah untuk membangun saranaprasarana penunjang produktifitas desa, pinjaman bagi kelompok ekonomi untuk modal usaha bergulir, atau kegiatan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Setiap penyaluran dana yang turun ke masyarakat harus sesuai dengan dokumen yang dikirimkan ke pusat agar memudahkan Universitas Sumatera Utara 26 penelusuran. Warga desa, dalam hal ini TPK atau staf Unit Pengelola Kegiatan di tingkat kecamatan mendapatkan peningkatan kapasitas dalam pembukuan, manajemen, pengarsipan dokumen dan pengelolaan uangdana secara umum serta peningkatan kapasitas lainnya terkait upaya pembangunan manusia dan pengelolaan pembangunan wilayah pedesaan. Di Desa Galogandang, masyarakat setempat juga mendapatkan PNPM Mandiri dari pemerintah. Pemberdayaan PNPM mandiri dilakukan dalam sistem kelompok. Satu kelompok PNPM Mandiri terdiri dari 25 orang anggota. Kelompok ini diketuai oleh salah satu dari anggota tersebut yang berfungsi untuk mengatur semua kegiatan dalan PNPM Mandiri. Ketua kelompok ini menerima honor sebesar Rp 500.000 per tahun. Kegiatan ini mengadakan pertemuan satu kali dalam satu bulan. Setiap anggota membayar simpanan wajib yaitu sebesar Rp 10.000 per bulan sesuai dengan kesepakatan kelompok tersebut. Simpanan ini berguna untuk membeli makanan dan minuman saat mengadakan rapat. Jika lebih, pada akhir tahun simpanan tersebut akan dibagikan kepada masing-masing anggota. Sebagaimana diketahui dari salah satu informan penulis Amak Yuharnis yang mendapat pinjaman dana dari PNPM Mandiri. Amak Yuharnis mengikuti PNPM Mandiri untuk menambah pemasukkan dari keluarganya. Jika diandalkan dari membuat gerabah saja, tidak akan mencukupi kebutuhan hidup jangka panjang. Amak ini mengambil pinjaman sebesar Rp 1.000.000 dalam satu tahun dan membayar iuran sebesar Rp 115.000 per bulan. Setelah selesai pembayaran selama satu tahun, maka Amak ini menghentikan peminjamannya, karena menurut beliau hal ini memakai sistem bunga yang mengandung unsur riba, hal Universitas Sumatera Utara 27 ini bertentangan dengan paham agama yang beliau anut. Jadi beliau keluar dari PNPM Mandiri dan kemudian beliau mengikuti kegiatan jula-jula yang dalam bahasa Galogandang disebut “julo-julo bakuncang” yang diikuti oleh 21 orang. Setiap bulan Amak Yuharnis membayar Rp 100.000. Dalam satu bulan akan keluar satu nama sebagai penerima jula-jula dengan jumlah Rp 2.100.000. Foto 2 PNPM Sekretariat Kelompok Spp Binaan Upk Gudang Balango Sumber : Dokumentasi Pribadi tahun 2016 2.3. Tradisi Pulang Basamo Masyarakat Minangkabau pada umumnya memiliki tradisi yang dikenal dengan merantau. Merantau pada masyarakat Minangkabau banyak dilakukan oleh kaum laki-laki, dimana pepatah Minangkabau mengatakan “Karantau madang dihulu, babuah babungo balun, marantau bujang dahulu dirumah paguno balun“, maksud dari pepatah ini adalah anak laki-laki di Minangkabau lebih baik pergi merantau meninggalkan kampung halaman karena merasa belum diperlukan Universitas Sumatera Utara 28 di rumahnya. Selain itu ada faktor lain yang mendorong suatu masyarakat merantau yaitu faktor ekonomi yang cenderung semakin banyak pengeluaran yang lebih dari sekedar untuk makan sehari-hari. Tradisi merantau ini juga dilakukan oleh masyarakat Galogandang. Sebagaimana diketahui menurut salah satu informan penulis bahwa : “Disiko masyarakatnyo banyak yang marantau, dari sabanyak 1.800 jiwa panduduak asli, ado sakitar 25 yang tingga dikampuang salabiahnyo 75 pai ka nagari urang. Umumnyo marantau ka pulau Jawa, yang biasonyo banyak di Ibu Kota Jakarta. Sahinggo masyarakat di kampuang tingga nan tuo-tuo se lai, yang mudo lah pai ka nagari urang alasannyo pai marantau untuak marubah nasib, nyo manganggap kalau dirantau banyak mandapek rasaki babeda jo dikampuang indak tau apo yang ka dikarajoan. Misalnyo kalau nan padusi nan alah basuami tu suaminyo marantau dan otomatis nyo dibaok dek suaminyo. Jadi itulah alasannyo kiniko banyak urang di Galogandang ko marantau dari pado dikampuang. Tapi disiko urang padusi yang alah tuo-tuo yang masih tingga di kampuang karajonyo mambuek pariuk dari tanah liek sabagai mato pencaharian dari daerah Galogandang ko”. “Disini masyarakatnya banyak yang merantau dari sebanyak 1.800 jiwa yang merupakan penduduk asli ada sekitar persentase 25 yang tinggal dikampung selebihnya 75 pergi merantau pergi ke negeri orang, umumnya masyarakat merantau ke Pulau Jawa yang biasanya banyak di Ibu Kota Jakarta. Sehingga masyarakat tinggal di kampung itu yang tua dan yang mudah sudah pergi ke negeri orang dengan alasan pergi merantau itu bisa merubah nasib dengan menganggap kalau dirantau banyak mendapatkan rezeki, berbeda dengan dikampung tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Misalnya kalau yang perempuan sudah bersuami terus suaminya merantau dan otomatis anak perempuan tersebut akan dibawa merantau. Tetapi disini orang perempuan yang sudah tua-tua yang masih tinggal dikampung kerjanya membuat gerabah dari tanah liat sebagai mata pencaharian dari daerah Galogandang”. Saat penulis melakukan penelitian di daerah Galogandang, penulis melihat disepanjang perjalanan mulai dari gapura masuk Jorong Galogandang sampai ke Universitas Sumatera Utara 29 pertigaan didepan kantor Jorong Galogandang dipenuhi oleh bendera-bendera yang bertuliskan IKAPGA Ikatan Perantau Galogandang. Penulis berfikir begitu semaraknya acara pulang basamo pulang bersama di daerah ini. Sesampainya ditempat informan kemudian penulis menanyakan bagaimana tradisi pulang basamo pulang bersama pada masyarakat Galogandang, informan tersebut menjelaskan bahwa Lebaran merupakan momen bagi perantau Galogandang untuk pulang ke kampong halaman. Masyarakat Galogandang menyebutnya pulang basomo pulang bersama. Perantau Galogandang memiliki suatu ikatan bersama di daerah rantau dengan nama IKAPGA Ikatan Perantau Galogandang. IKAPGA ini memiliki persatuan yang bersifat persaudaran yang kuat di daerah rantau. Ikatan ini memiliki struktur organisasi yang jelas yang berguna untuk mengkoordinasi masyarakat yang ada di rantau. Lebaran tahun 2016 kemarin para perantau pulang basamo pulang bersama. Ada sekitar 1000 lebih perantau yang pulang, sebagian menggunakan umum seperti pesawat, bus, dll. Pulang basamo ini biasanya diadakan satu kali dalam empat tahun. Kegiatan pulang basamo pulang bersama tidak hanya momen berkumpul dengan keluarga tetapi juga untuk mengadakan berbagai macam kegiatan di nagari, yang berguna untuk hiburan pada saat pulang bersama. Partisipasi perantau yang pulang basamo pulang bersama kemarin yaitu memberikan bantuan dana untuk pembangunan masjid lebih kurang Rp 150 juta. Selain itu juga ada dana bantuan untuk anak yatim, risma remaja masjid, dan lembaga pendidikan yang ada di Galogandang. Biasanya kegiatan hiburan yang dilakukan adalah lomba membuat gerabah dan pacu jawi garapan sapi. Universitas Sumatera Utara 30

2.3.1. Lomba Membuat Gerabah