73
Selain dapat mengasah kreatifitasnya, hal tersebut juga dilakukan agar para pelanggannya tidak jenuh dengan produk-produk yang dihasilkan. Oleh karena
itu, dalam beberapa bulan mereka berusaha untuk memunculkan design-design baru, tampilan baru, bentuk baru, dan lain sebagainya.
3.2.3 Proses Penjemuran Gerabah Foto 21
Proses penjemuran gerabah
Sumber: Dokumentasi Pribadi 2016
Hari sangat cerah, penulis sampai di Galogandang sekitar jam 12.00 WIB. Penulis melihat di tempat lahan yang kosong hanya terdapat banyak tumpukan
kayu, tumpukan jerami dan bekas-bekas pembakaran. Disana terdapat seorang ibu yang sedang menjemur gerabah, penulis menghampirinya, dengan rasa agak takut
datang kesana karena terlihat wajahnya yang sedikit agak merengut, penulis berfikir jika wajah ibu tersebut merengut mungkin karena hari panas atau karena
malas untuk ditanya-tanya. Penulis mengucapkan salam kemudian meminta izin kepadanya untuk
melihat proses pembakaran dari gerabah ini. Senyuman yang lebar kemudian ibu
Universitas Sumatera Utara
74
tersebut mengizinkan dan mulai bertanya-tanya mengenai sekolah dan kegunaan dari melihat proses penjemuran dan pembakaran gerabah ini. Secara tiba-tiba
keluar dari pondok didekat penjemuran itu tiga orang ibu-ibu, dua orang masih belum tua, dan satu orang sudah memasuki usia tua. Penulis bertanya kepada ibu
tersebut mengapa orang menjadi ramai datang ke sini, ibu-ibu menjelaskan jika semua ibu-ibu disini bersaudara dengan hubungan adik dan kakak, kemudian yang
lebih tua itu merupakan orang tuanya. Didalam kegiatan ini terlihat kekompakan dari adik-kakak ini, mereka
saling membantu, tidak membiarkan untuk mengerjakan dengan sendiri. Penulis sangat memperhatikan mulai dari penjemuran sampai proses pembakaran gerabah.
Semua yang penulis lihat bahwa setiap hubungan tali darah pasti saling tolong- menolong. Penulis melihat dari masing-masing adik-kakak itu memiliki karakter
yang berbeda, ada yang lembut dan ada juga yang keras. Tapi hal itu tidak membuat mereka mengabaikan perasaan tolong-menolong. Ibu-ibu tersebut
memberikan informasi yang banyak kepada penulis. Setelah selesai menunggu penjemuran gerabah selesai, kemudian gerabah siap untuk diangkat ketempat
tungku pembakaran. Penulis ikut membantu untuk mengangkat gerabah tersebut ke atas tungku. Panas matahari sangat terik tidak menyurutkan penulis untuk
berdiam diri.
Gerabah yang siap dicetak memasuki tahap selanjutnya yaitu proses penjemuran. Penjemuran dilakukan dalam jumlah yang banyak supaya bisa
dibakar dalam jumlah yang banyak juga. Masyarakat Galogandang biasanya menjemur gerabah pada saat hari cerah atau panas matahari yang terik supaya
penjemuran gerabah bisa kering secara sempurna. Masyarakat menjemurnya yaitu
Universitas Sumatera Utara
75
pada tempat lahan yang kosong, seperti depan rumah dan dipinggir jalan, biasanya pengrajin menggunkan tempat yang besar untuk melakukan penjemuran, mengapa
demikian karena gerabah yang akan dibakar dalam jumlah yang banyak, sehingga gerabah dapat ditata satu persatu bukan dengan berhimpitan.
Proses penjemuran ini bisa dilakukan sehari sebelum pembakaran dan jika matahari terik bisa juga dilakukan sebelum mulai pembakaran pada hari itu.
Kebanyakan pengrajin melakukan pembakaran pada siang hari. Proses penjemuran termasuk proses yang penting karena gerabah yang tidak kering
dengan sempurna, maka akan dikeringkan dalam proses pembakaran. Menurut salah satu informan penulis mengatakan bahwa :
“Jikok hari acok hujan, manjamua nyo akan taganggu otomatis ndak bisa manjua pariuk-pariuk yang lah disiap
dicetak. Awak akan taruih hiduik, dan akhirnyo ndak ado pitih untuak balanjo jadi e pai maminjam pitih urang”.
“Jika hari sering hujan maka proses penjemuran akan terganggu, sedangkan kita masih tetap menjalankan
kehidupan, dia meminjam uang kepada masyarakat yang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”.
Selama proses penjemuran memang banyak yang diceritakan oleh pengrajin, seputar kehidupan dan gerabah itu sendiri. Informan mengatakan
kepada informan lebih baik bekerja dikantor dari pada berpanas-panas seperti ini. Memang dahulunya kami pergi merantau, tetapi karena nasib kami semua pulang
kampung, untungnya orang tua kami sudah memberi ilmu tentang bagaimana cara membuat gerabah, sehingga saat pulang dari kampung, dan menetap disini
perasaan canggung tidak ada lagi. Sekarang kami semua sudah pandai membuat gerabah. Keasyikan bercerita hari sudah jam 13.00 WIB, ibu tersebut membawa
penulis untuk istirahat, kemudian mengajak kedalam pondoknya, yang ternyata didalam pondok tersebut terdapat banyak gerabah. Disetiap sudut ditemukan
Universitas Sumatera Utara
76
berbagai jenis gerabah mulai dari kecil sampai yang besar. Penulis ikut beristirahat disana, tiba-tiba nenek Rasina makanan dan air minum. Penulis
berfikir jika penyambutan dari pengrajin ini sangat baik, sehingga pengrajin merasa malu, belum apa-apa sudah ditawarkan makanan.
3.2.4 Proses Pembakaran Gerabah