BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Sebagian responden memberikan MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan sebanyak 95 orang 89,6.
2. Faktor yang tidak berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini adalah: umur, pekerjaan, pengetahuan, dan petugas kesehatan.
3. Faktor pemungkin dalam pemberian MP-ASI terlalu dini adalah sosial budaya dan dukungan keluarga.
4. Sosial budaya berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini. Ibu dengan sosial budaya yang berkembang akan mempunyai kemungkinan 13,367 kali akan
memberikan MP-ASI terlalu dini dibandingkan ibu dengan sosial budaya yang tidak berkembang.
5. Dukungan keluarga berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini. Ibu yang mendapatkan dukungan keluarga akan mempunyai kemungkinan 20,52 kali akan
memberikan MP-ASI terlalu dini dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga.
6. Faktor dominan yang berpengaruh dalam pemberian MP-ASI terlalu dini adalah dukungan keluarga dengan nilai koefisien B = 3,021.
71
Universitas Sumatera Utara
72
6.2 Saran
1. Ibu menyusui sebaiknya tidak mudah terpengaruh dengan sosial budaya yang ada di masyarakat dan memiliki komitmen untuk tidak memberikan MP-ASI terlalu
dini kepada bayinya dan mencari informasi yang lebih tentang ASI eksklusif dan informasi tersebut lebih baik ditanyakan kepada petugas kesehatan. Karena ASI
bukan hanya untuk kepentingan bayi, tapi juga bagi ibu. 2. Perlunya dukungan dari keluarga agar ibu tidak memberikan MP-ASI terlalu dini
dan tetap memberikan ASI eksklusif, dengan memenuhi kebutuhan zat gizi selama laktasi sehingga menghasilkan produksi air susu yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup. 3. Perlu ditingkatkan peranan dan dukungan dari petugas kesehatan melalui
penyuluhan kepada ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta keluarga terdekat suami, mertua, orang tua, teman sebaya tentang cara menyusui yang benar,
manfaat ASI serta pentingnya menjaga kondisi psikis selama proses menyusui. 4. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan berkeja sama dengan pihak Puskesmas untuk
meningkatkan frekuensi penyuluhan ASI eksklusif di masyarakat dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat sehingga program pemberian ASI
eksklusif dapat dipahami dengan baik untuk diterapkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Eksklusif 2.1.1 Defenisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI Air Susu Ibu sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih,sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur 2 tahun Dinas Kesehatan
Pamekasan, 2007. Menurut WHO 2006, defenisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya
menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin,
suplemen mineral atau obat sebagai pemenuhan zat gizi Purnamasari, 2005. Secara klasik zat gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan
energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Zat gizi bagi bayi kurang dari 6 bulan sudah tercukupi hanya
dengan ASI saja Almatsier, 2004. Dalam surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450MENKESSKIV2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menetapkan Pertama: Keputusan menteri kesehatan tentang pemberian air
susu ibu ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia, Kedua: Menetapkan pemberian Air Susu Ibu ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir
14
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan bayi berumur 6 enam bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, Ketiga: Semua
tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Hal ini juga ditekankan dalamPeraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pada pasal 6 menyatakan bahwasannya setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada
bayi yang dilahirkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012.Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang tidak mudah
karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah yang disebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi memang belum diberi makanan selain
susu untuk itu ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi. Namun sering kali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI eksklusif
pada saat si bayi sudah bisa mengonsumsi makanan lain selain ASI maka ibu tidak memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan WHO bayi sebaiknya
disapih setelah 2 tahun usianya. Permasalahan ASI eksklusif juga terjadi pada ibu yang bekerja di kantoran, untuk itu pemerintah mencoba memberikan keleluasaan
pada ibu yang pada masa pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak ikut serta bekerja atau mengijinkannya memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang akan diperoleh si bayi. Menurut WHO hal ini untuk menghindari alergi dan
menjamin kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Meski
begitu kebutuhan si buah hati akan zat gizi akan terpenuhi jika mengonsumsi ASI. Selain itu ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu formula manapunyang
biasanya berbahan susu sapi. Kandungan protein dan laktosa pada susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi, yakni 3,4 sedangkan
susu manusia hanya 0,9. Kadar laktosa susu manusia lebih tinggi yakni 7 sedangkan susu sapi hanya 3,8.
Fungsi dari kedua zat gizi ini bertolak belakang. Laktosa sangat penting dalam proses pembentukan myelin otak. Myelin atau pembungkus saraf ini bertugas
mengantarkan rangsangan yang diterima si bayi. Saat menyusu, rangsangan yang diterima oleh si bayi seperti mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan
napas sang bunda. Sementara susu sapi, kandungan protein yang tinggi diperlukan untuk membantu pembentukan otot. Sapi memang butuh otot kuat untuk melakukan
pekerjaan berat, seperti menarik gerobak. Hasil penelitian dari Oxford University dan Institute for Social and Economic
Research sebagaimana dilansir Daily Mail, menyebutkan bahwa anak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar dalam
membaca, menulis, dan matematika. Salah satu peneliti, Maria Iacovou
Universitas Sumatera Utara
mengemukakan asam lemak rantai panjang long chain fatty acids yang terkandung di dalam ASI membuat otak bayi berkembang Anonim, 2013.
2.1.2 Komposisi ASI
Dalam harian kompas hari selasa 13 agustus 2013 yang berjudul “ASI
Eksklusif, Zat Gizi Seimbang untuk Bay i” dengan penulis Widiyani 2013 dan editor
Asep Chandra menyatakan bahwasannya komposisi ASI dari waktu ke waktu ternyata berbeda. Komposisi ASI dibedakan menjadi tiga macam yang masing-
masing memiliki kandungan dan manfaat berbeda terhadap tubuh si kecil. Sebagai informasi juga, komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang
bulan prematurberbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan matur. Komposisi tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing
bayi. Adapun ketiga komposisi ASI tersebut adalah:
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susuyang pertama kali keluar. Inilah ASI yang diproduksi atau disekresi oleh kelenjar payudara ibu sejak hari pertama hingga ketiga
atau keempat usai melahirkan. Adapun jumlahnya mencapai 1-10 mililiter setiap kali dikeluarkan, produksinya bahkan bisa mencapai 50-100 mililiter per hari.
Kolostrum berupa cairan kental berwarna kekuningan serta konsentrasinya agak kasar sebab mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel. Kolostrum merupakan
zat penting yang tak bisa tergantikan, meskipun komposisi dari kolostrum ini selalu berubah dari hari ke hari.
Universitas Sumatera Utara