3. Tidak ada sentralisasi tanpa desentralisasi. Bagaimanapun di dalam
sentralisasi akan selalu dapat desentralisasi. Demikian pula sebaliknya. 4.
Makin luas sentralisasinya, makin sempit desentralisasi, dan makin luas desentralisasi makin menyempit sentralisasi.
Dapat dikatakan antara sentralisasi dengan desentralisasi terdapat hubungan yang sangat erat dan tak terpisahkan, karena kalau digambarkan dalam
sebuah garis dimana sentralisasi dan desentralisasi menempati masing-masing ujung garis yang sama. Bila salah satu pendulum digeser, maka akan berpengaruh
pada kuat dan lemahnya diantara kedua titik.
E. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Perpajakan
Pada hakekatnya tidak terdapat perbedaan yang asasi antara Pajak Negara dan pajak daerah mengenai prinsip umum hukumnya. Pajak daerah adalah pajak
yang dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum
publik.
24
Undang-undang yang mengatur mengenai pemerintah desa yaitu Pasal 200 s.d. 216 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pengaturan mengenai Peraturan Desa Perdes diatur dalam Pasal 55 s.d. Pasal 62 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Perdes merupakan peraturan yang
24
Eko Lasmana, Sistem Perpajakan di Indonesia, Jakarta: Prima Campus Grafika, 1994 hal 42
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa Pasal 55 ayat 1 PP 72 tahun 2005. Perdes merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat serta dilarang bertentangan dengan kepentingan
umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Pasal 55 ayat 3 dan 4 PP 72 tahun2005.
Walaupun Perdes ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD, tetapi materi muatan Perdes hanya dapat memuat penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan Perdes, Kepala Desa dapat menetapkan Peraturan Kepala Desa danatau Keputusan Kepala Desa Pasal
59 ayat 1 PP 72 tahun 2005. Pembuatan suatu Perdes berkaitan dengan urusan yang menjadi
kewenangan desa antara lain Pasal 206 UU No.12 tahun2008: a.
Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; b.
Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, danatau
pemerintah kabupatenkota; d.
Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangan-undangan diserahkan kepada desa.
25
Mengenai pajak yang dibayarkan oleh pabrik, publik tidak menjelaskan lebih lanjut. Pajak yang dikenakan kepada pabrik dapat berupa pajak penghasilan
25
Undang-Undang No.32 Tahun 2004, Op.cit, Pasal 206
Universitas Sumatera Utara
atau pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan Pasal 22 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan beserta penjelasannya, dapat diketahui bahwa kewenangan untuk mengatur pemungutan pajak penghasilan ada pada Menteri Keuangan, sehingga
pemerintah desa tidak berwenang mengatur tata cara pemungutan pajak penghasilan melalui Perdes. Oleh karena itu, kami asumsikan yang dimaksud
dengan pajak dari pabrik adalah PBB, khususnya PBB Kelurahan. Menurut Pasal 1 angka 37 UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Pengertian PBB Kelurahan “…adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang
pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.”
26
Selanjutnya, yang disebut sebagai pemungutan pajak PBB Kelurahan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek
pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi
serta pengawasan penyetorannya Pasal 1 angka 49 UU 28 tahun 2009. Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan termasuk kategori pajak daerah
KabupatenKota Pasal 2 ayat 2 huruf j UU 28 tahun 2009. Pabrik merupakan bangunan yang termasuk objek PBB Kelurahan Pasal 77 ayat 2 huruf a UU 28
tahun 2009. Pendataan pabrik sebagai objek pajak dilakukan melalui Surat Pembertahuan Objek Pajak SPOP yang ditandatangani dan disampaikan kepada
26
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pasal 1 angka 37
Universitas Sumatera Utara
Kepala Daerah dalam hal ini BupatiWalikota. Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah kemudian menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT
berdasarkan Pasal 83 jo. Pasal 84 ayat 1 UU 28 tahun 2009. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pemungutan
PBB Kelurahan merupakan kewenangan Pemerintah KabupatenKota. Walaupun tidak memungut PBB Kelurahan, Desa akan memperoleh bagi hasil pajak daerah
dan retribusi daerah kabupatenkota sebagai salah satu sumber pendapatan Pasal 212 ayat 3 huruf b UU 32 tahun 2004. Besarnya bagi hasil pajak daerah
KabupatenKota paling sedikit 10 dan diberikan langsung kepada Desa Pasal 68 ayat 1 huruf b PP 72 tahun 2005 serta penjelasannya.
Pengalihan kewenangan untuk memungut PBB Kelurahan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah KabupatenKota baru akan dilakukan 1 Januari
2014 berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Peraturan Bersama Menkeu Dan Mendagri No. 213PMK.072010, 58 Tahun 2010.
Apabila nanti pengalihan kewenangan memungut PBB Kelurahan telah beralih ke Pemerintah Daerah, maka Pemerintah KabupatenKota tersebut akan
mengatur dalam Perda masing-masing Pasal 3 ayat 1 huruf a Peraturan Bersama. Oleh karena itu, Perdes hanya dapat mengatur tata cara pemungutan PBB
Kelurahan jika Perda KabupatenKota telah melimpahkan kewenangan tersebut kepada Pemerintah Desa.
Universitas Sumatera Utara
F. Subyek Pajak dan Obyek Pajak Bumi dan Bangunan