30
BAB III KEWAJIBAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
KELURAHAN DAN PERKOTAAN
D. Asas-Asas dan Syarat-Syarat Pemungutan Pajak
Asas-asas prinsip adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alas, sebagai dasar, sebagai tumpuan berfikir atau berpendapat untuk menjelaskan
sesuatu permasalahan. Lazimnya suatu pemungutan pajak harus dilandasai dengan asas-asas yang merupakan ukuran untuk menentukan adil tidaknya suatu
pemungutan pajak. Dalam kaitan ini Mansury
31
menyatakan sebagai berikut : “Dari pengalaman ternyata apabila tidak setiap ketentuan rancangan undang-
undang pada saat penyusunannya selalu diuji apakah sejalan dengan tujuan dan asas atau syarat yang harus dipegang teguh, ketentuan tersebut mudah sekali
mengatur sesuatu yang sebenarnya tidak sejalan dengan asas atau syarat yang harus dipegang teguh”.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa suatu produk perundang- undangan sebelum ditetapkan harus dilakukan pengkajian dengan melibatkan
peran serta masyarakat secara aktif dalam menentukan nasib bangsa dan negara, dan adanya keyakinan dan jaminan suatu produk peraturan perundang-undangan
sudah sesuai dengan asas-asas untuk menentukan adil tidaknya suatu pemungutan pajak, sehingga betapa pentingnya asas sebagai dasar yaitu dasar yang
31
Mansury, R., Pajak Penghasilan Lanjutan, Ind Hill-Co, Jakarta, 1996, hal 12
Universitas Sumatera Utara
mengandung kebenaran atau dasar sebagai tumpuan berfikir atau berpendapat dalam menjelaskan suatu permasalahan terkait dengan pemungutan pajak.
Terkait dengan pengkajian asas-asas pajak ini, dipandang perlu untuk melakukan suatu kajian apa yang menjadi dasar hukum pemungutan pajak. Tujuan
hukum adalah untuk menjamin kepastian hukum dan menciptakan keadilan, demikian juga halnya dengan hukum pajak harus memberikan jaminan hukum dan
keadilan yang tegas, baik untuk pemerintah selaku pemungut pajak fiscus maupun kepada rakyat selaku wajib pajak. Negara Indonesia sebagai negara
hukum, segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan dalam undang- undang. Dalam UUD 1945 Pasal 23-A adalah sebagai dasar hukum pemungutan
pajak oleh pemerintah. Rasio dari pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang adalah
karena adanya peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah tanpa ada jasa timbal kontraprestasi secara langsung. Jadi pajak disini merupakan
kekayaan rakyat yang diserahkan kepada negara. Biasanya peralihan kekayaan dari satu sektor ke sektor lain tanpa adanya kontraprestasi bisa terjadi dalam hal
hibah, perampasan, sehingga dikenal suatu dalil seperti di Inggris yaitu : No taxation without representation tidak ada pajak tanpa undang-undang dan di
Amerika yaitu : Taxation without representation is robbery pajak tanpa undang- undang adalah perampokan. Jadi dengan ditetapkan pajak dalam bentuk undang-
undang, berarti pajak bukan perampasan hak atau kekayaan rakyat karena dalam proses pembentukannya sudah disetujui oleh rakyat melalui wakil-wakilnya.
Universitas Sumatera Utara
Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations mengemukakan 4 empat asas pemungutan pajak yang lazim dikenal dengan “four canons taxation” atau
sering disebut “The four Maxims” dengan uraian sebagai berikut : 1. Equality asas persamaan.
Asas ini menekankan bahwa pada warga negara atau wajib pajak tiap Negara seharusnya memberikan sumbangannya kepada negara, sebanding dengan
kemampuan mereka masing – masing, yaitu sehubungan dengan keuntungan yang mereka terima di bawah perlindungan negara. Yang dimaksud “keuntungan” di
sini adalah besar kecilnya pendapatan yang diperoleh di bawah perlindungan negara. Dalam asas equality ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan
diskriminasi diantara wajib pajak. Jadi dalam keadaan yang sama, para wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama.
2. Certaity asas kepastian: Asas ini menekankan bahwa bagi wajib pajak harus jelas dan pasti tentang
waktu, jumlah, dan cara pembayaran pajak. Dalam asas ini kepastian hukum sangat dipentingkan terutama mengenai subyek dan obyek pajak.
3. Conveniency of Payment asas menyenangkan : Pajak seharusnya dipungut pada waktu yang paling menyenangkan bagi
para wajib pajak, misalnya : pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap para petani sebaiknya dipungut pada saat mereka memperoleh uang yaitu pada saat
panen.
Universitas Sumatera Utara
4. Low Cost of Collection asas efisiensi : Asas ini menekankan bahwa biaya pemungutan pajak tidak boleh lebih
dari hasil pajak yang akan diterima. Pemungutan pajak harus disesuaikan dengan kebutuhan anggaran belanja Negara.
Pajak sebagai suatu kewajiban dari wajib pajak kepada negara yang walaupun pada proses berikutnya ada suatu pendistribusian berupa hasil – hasil
pajak kepada masyarakat, dalam pemungutannya sudah seharusnya memperhatikan asas-asas pemungutan pajak. Hal tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa dalam pemungutan pajak agar tidak terjadi perlawanan ataupun hal-hal lain yang kontra produktif dengan tujuan dilakukannya
pemungutan pajak.
32
Untuk mewujudkan tujuan dari pemungutan pajak tanpa menimbulkan konflik asas-asas pemungutan wajib diperhatikan oleh pembuat undang-undang
pajak yang tampak secara tersirat dalam konsideran menimbang. Adapun asas pemungutan pajak secara umum dalam ketentuan Undang-undang perpajakan
adalah : 1.
Asas yuridis, asas ini mempunyai makna bahwa setiap pemungutan pajak wajib didasarkan pada undang-undang. Dalam sistem perpajakan di
Indonesia asas ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23-A UUD NKRI yang menentukan : “Pajak dan pungutan lain bersifat memaksa untuk
keperluan Negara diatur dengan undang-undang”.
32
Ibid
Universitas Sumatera Utara
2. Asas kepastian hukum, artinya bahwa ketentuan-ketentuan perpajakan
tidak boleh mengandung keragu-raguan, harus jelas dan tidak mengandung penafsiran ganda.
3. Asas keadilan, artinya alokasi beban pajak pada berbagai golongan
masyarakat harus mencerminkan keadilan. 4.
Asas manfaat, artinya pengenaan pajak oleh pemerintah didasarkan atas alasan bahwa masyarakat menerima manfaat dari fasilitas yang disediakan
oleh pemerintah. 5.
Asas tidak mengganggu perekonomian asas non distorsi, yaitu pajak harus tidak menimbulkan kelesuan ekonomi seperti : inflasi, mis alokasi
sumber-sumber daya.
33
Apabila dicermati dengan menyandingkan pendapat Adam Smith dengan yang tersirat dalam undang-undang pajak pada umumnya, terdapat kemiripan dan
saling mengadopsi. Hal mana dapat dijelaskan: asas equality persamaan tercakup asas keadilan dan asas manfaat menurut undang-undang pajak, asas
conveniency of payment asas menyenangkan dan asas low cost of collection asas efisiensi ada kesesuaian dengan asas non distorsi, asas certaty asas
kepastian sesuai dengan asas kepastian hukum. Dari asas-asas tersebut, ada suatu keterkaitan antara asas yang satu dengan
asas yang lainnya. Keterkaitan ini dapat dijelaskan : kepastian hukum akan terwujud apabila ada suatu aturan hukum undang-undang yang mengatur,
keadilan dapat dirasakan apabila ada kesesuaian antara manfaat yang diperoleh
33
Ibid., hal 17
Universitas Sumatera Utara
oleh wajib pajak dengan beban pajak yang dibebankan berdasarkan undang- undang yang menjadi dasar hukum dalam pemungutan pajak. Selain asas – asas
yang dijelaskan di atas menjadi suatu keharusan untuk diperhatikan, bahwa untuk optimalnya maksud pemungutan pajak agar sesuai dengan yang diharapkan,
dalam undang-undang perpajakan tersirat beberapa syarat yang juga harus dipenuhi dalam pemungutan pajak, yaitu :
1. Pemungutan Pajak Harus Adil syarat keadilan :
“Asas ini sama dengan asas pertama dalam teori Adam Smith. Sesuai dengan tujuan hukum yaitu mencapai keadilan, maka undang-undang dan peraturan
pelaksanaan pemungutan pajak harus memperhatikan aspek keadilan. Adil dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya tersebut harus berlaku
secara umum dan merata, tidak diskriminatif serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing wajib pajak”
2. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang–Undang Syarat Yuridis : Di
Indonesia pajak diatur dalam Pasal 23 -A UUD 1945. Ketentuan tersebut memberikan jaminan hukum bagi pelaksanaan pemungutan pajak di
Indonesia. 3.
Tidak Mengganggu Perekonomian syarat ekonomi: “Syarat ini mengharuskan bahwa pelaksanaan pemungutan pajak jangan sampai
mengakibatkan hal-hal yang kontra-produktif dengan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dengan kata lain, pemungutan pajak tidak boleh
menimbulkan gangguan terhadap kegiatan produksi maupun distribusi dan
Universitas Sumatera Utara
perdagangan yang pada akhirnya akan mengakibatkan dampak yang negatif terhadap perekonomian”.
4. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana : “Sistem pemungutan pajak harus
sederhana dimaksudkan agar wajib pajak tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, bahkan seharusnya sistem pemungutan
pajak harus dapat mendorong wajib pajak untuk dapat memenuhi kewajiban perpajakannya”.
34
Dari syarat-syarat yang diuraiakan tersebut dapat dikatakan bahwa optimalnya pemungutan pajak bisa tercapai apabila dalam pemungutannya
memperhatikan syarat-syarat yang menjamin lancarnya proses pemungutan pajak, seperti misalnya harus memenuhi syarat yuridis, memenuhi rasa keadilan, proses
yang sederhana, tidak mengganggu perekonomian.
E. Kewajiban Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Kelurahan dan