Komponen Utama dalam Sediaan Bedak Kompak

hingga 10, tergantung pada variabel formulasi. Pigmen pewarna dapat ditambahkan pada bedak kompak Barel, et al., 2001. Bentuknya sangat padat, digunakan setelah pemakaian alas bedak. Bahan-bahan yang terkandung di dalamnya membuat bedak jenis padat ini cepat menyerap sekaligus mengurangi minyak. Bentuknya beragam, tidak mudah tumpah hingga praktis dibawa kemanapun. Sebaiknya dioleskan tipis- tipis saja Anonim, 2010.

2.7 Komponen Utama dalam Sediaan Bedak Kompak

Pada dasarnya bahan dasar yang terkandung dalam bedak kompak adalah identik dengan yang digunakan dalam bedak tabur. Namun, terdapat 2 karakteristik untuk bedak kompak yang mana tidak terdapat dalam bedak tabur, kemampuan mengikat dan mudah lepas. Dasar dari padatan bedak harus dapat dikempa dengan mudah, kemudian bersatu bersama dan tidak bergelombang atau retak di bawah kondisi penggunaan yang normal. Untuk mencapai kondisi ini bahan pengikat dibutuhkan. Bedak kompak juga harus memiliki sifat mudah lepas ketika digosokkan dengan spons bedak. Tekanan yang terlalu rendah akan menghasilkan padatan yang sangat mudah hancur; tekanan yang terlalu besar akan menghasilkan padatan yang keras yang mana tidak mudah terlepas Anonim, 2010. Universitas Sumatera Utara Komponen bedak yang digunakan adalah Balsam dan Sagarin, 1972; Butler, 2000: a. Talkum Secara kimiawi, talkum adalah magnesium silikat 3MgO. 4SiO 2 .H 2 O. Ini merupakan bahan dasar dari segala macam formulasi bedak modern, sifat dari talkum adalah mudah menyebar namun, mempunyai daya menutupi yang rendah. Untuk bedak wajah talkum harus putih, tidak berbau dan halus serta sifatnya yang sangat mudah menyebar adalah hal yang sangat dibutuhkan. Ukuran partikel dari talkum adalah salah satu kriteria untuk standar kualitasnya. Paling tidak 98 harus dapat melewati ayakan mesh 200 tidak lebih besar dari 74 mikro. b. Kaolin Kaolin merupakan bahan dasar dari golongan silikiat. Kaolin memiliki kemampuan menutupi dan adhesi yang baik, dalam jumlah maksimal 25 kaolin dapat mengurangi sifat kilat talkum. Tidak semua aluminium silikat dapat diklasifikasikan sebagai kaolin, namun 3 kelompok di bawah ini secara khusus memiliki formula yang sama Al 2 O 3. 2SiO 2. 2H 2 O dan dapat disebut kaolin: nacrite, dickite, dan kaolinite. Karena kaolin higroskopis penggunaannya pada bedak wajah umumnya tidak melebihi 25. c. Zink oksida Terdapat 2 bahan golongan oksida logam yang biasa digunakan dalam formulasi bedak wajah: zink oksida dan titanium dioksida. Penggunaan yang terlalu banyak bahan ini dapat menghasilkan efek seperti topeng dimana efek Universitas Sumatera Utara ini tidak diinginkan namun, bila terlalu sedikit membuat bedak tidak dapat menempel pada tubuh. Diketahui bahwa zink oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu menutupi kecacatan pada kulit. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kulit kering. Seng oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena itu harus diayak sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi. d. Magnesium karbonat Sifat yang baik dari magnesium karbonat membuat bahan ini biasa digunakan dalam bahan penyusun bedak. Magnesium karbonat memiliki sifat absorben yang baik dan terbukti memiliki sifat mendistribusi parfum yang baik. Penggunaan magnesium karbonat dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kulit kering. e. Pengharum Pengharum merupakan konstituen penting dari kebanyakan bedak wajah. Tingkat aroma bedak wajah harus tetap rendah. Karena luas permukaan bedak yang besar, oksidasi produk wewangian dapat sangat mudah terjadi. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan wewangian yang dirancang khusus mengandung bahan yang tidak mudah teroksidasi. f. Zat warna Bahan pewarna adalah dasar dari bedak wajah yang menampilkan nuansa bayangan yang diinginkan. Pewarna digunakan dalam variasi yang berbeda baik pigmen organik ataupun anorganik. Jumlah dari pewarna yang dibutuhkan tergantung besarnya derajat tipe yang digunakan dalam formula. Universitas Sumatera Utara Bahan pengopak dari oksida dan transparansi dari talkum sangat mempengaruhi jumlah pewarna yang diinginkan. g. Pengikat Beberapa jenis bahan pengikat yang digunakan dalam bedak wajah adalah bervariasi dan banyak. Oleh karena itu, terdapat 5 tipe dasar pengikat yang digunakan Balsam dan Sagarin, 1972: 1. Pengikat kering Penggunaan dari pengikat kering seperti logam stearat Zink atau Magnesium stearat dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya bedak kompak. 2. Pengikat minyak Minyak tunggal, seperti minyak mineral, isopropil miristat dan turunan lanolin, dapat digunakan untuk dicampurkan dalam formula sebagai pengikat. Penggunaan pengikat minyak ini banyak digunakan dalam formula bedak kompak. 3. Pengikat larut air Pengikat larut air yang biasa digunakan umumnya adalah larutan gum seperti tragakan, karaya, dan arab. Penambahan pengawet penting dalam medium gum dan juga dalam semua larutan pengikat dari tipe ini untuk mengatasi pertumbuhan bakteri. 4. Pengikat tidak larut air Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam bedak kompak. Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat Universitas Sumatera Utara digunakan dan dicampur dengan sejumlah air untuk membantu pembentukan bedak padat yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban bedak. 5. Pengikat emulsi Karena kesulitan tercapainya keseragaman penggunaan pengikat tidak larut air dalam bedak kompak, peneliti telah mengembangkan bahan pengikat emulsi yang sekarang telah banyak digunakan. Emulsi memberikan distribusi yang seragam baik pada fase minyak maupun fase air, dimana hal ini penting dalam pengempaan serbuk. Pengikat emulsi tidak akan kehilangan kelembaban secepat pengikat tidak larut air. Penggunaan minyak dalam bentuk emulsi bertujuan untuk mencegah penggumpalan yang dapat terjadi ketika minyak tunggal digunakan sebagai pengikat dalam bedak wajah. h. Pengawet Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya, baik dari tangan atau dari alat yang digunakan. Bahan- bahan yang digunakan harus menunjukkan terbebas dari mikroorganisme. Oleh karena itu, ditambahkan pengawet untuk menghindari kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan sampel, pembuatan sari, pembuatan formula sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sediaan dan uji kesukaan Hedonic test terhadap variasi sediaan yang dibuat. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat gelas laboratorium, neraca analitis, freeze dryer, mesin pengering, spatula, sudip, kaca objek, lumpang dan alu porselen, ayakan mesh 60 dan mesh 100, cawan penguap, tissue, alat pencetak, alat penguji kekerasan copley dan wadah bedak kompak.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wortel Daucus carota L. Bahan kimia yang digunakan antara lain: akuades, Seng oksida, kaolin, talkum, magnesium karbonat, oleum citri, nipagin, gliserol dan gom arab. Universitas Sumatera Utara