Kepemilikan Manajerial tehadap Manajemen Laba

terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Beasley 2001 menyarankan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitiannya juga melaporkan bahwa komposisi dewan komisaris lebih penting untuk mengurangi terjadinya kecurangan pelaporan keuangan, daripada kehadiran komite audit. Analisis lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik komisaris yang berasal dari luar perusahaan outsider director juga berpengaruh terhadap kecenderungan terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.

2.1.5. Kepemilikan Manajerial tehadap Manajemen Laba

Wahyudi 2006 menemukan kepemilikan manajerial berpengaruh secara positif terhadap manajemen laba. Kepemilikan manajerial secara mayoritas akan mengurangi kemungkinan perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan keinginan manajer untuk memperbesar kepemilikan pada perusahaan. Namun sebaliknya, semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan semakin meningkatkan pengawasan pihak eksternal terhadap perusahaan. Menurut Crutchley 1989 terdapat hubungan positif antara risiko dengan kepemilikan manajerial. Hubungan ini terjadi pada manajer yang risk taker. Peningkatan risiko menyebabkan perusahaan mengurangi pembayaran dividen tetapi meningkatkan kepemilikan manajerial dan hutang. Namun Wahyudi 2006 menemukan adanya hubungan negatif antara risiko dan kepemilikan manajerial. Universitas Sumatera Utara Hubungan antara dividen dan kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui free cash flow hypothesis FCF Jensen, 1976. Melalui hipotesis ini kebijakan dividen digunakan untuk mempengaruhi kepemilikan manajerial sehingga mengurangi biaya keagenan yang berkaitan dengan FCF. Penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan substitusi antara kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial. Adanya kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi sharehoder maupun stakeholder dalam membuat keputusan keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam kenyataannya penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah. Adanya masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut masalah agensi agency problem. Dalam konsep theory of the firm Jensen, 1976, adanya agency problem tersebut akan menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Penelitian untuk mengetahui pengaruh terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian yang dilakukan Jensen 1976 mengemukakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh manajemen, maka semakin berkurang kecenderungan manajemen untuk tidak mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Penelitian yang lain dilakukan oleh Carcello 2006 menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepemilikan saham terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan Stulz menemukan bahwa pada tingkat kepemilikan saham oleh manajer dalam jumlah yang rendah, nilai perusahaan akan meningkat karena menurunnya insentif Universitas Sumatera Utara manajer untuk bertindak konsumtif karena adanya pengawasan dari berbagai pihak, tetapi ketika kepemilikan saham perusahaan tinggi maka meningkatnya kepemilikan manajerial akan menimbulkan adanya management entrenchment Selanjutnya J yaitu suatu posisi kepemilikan dimana manajer dapat dengan bebas memaksimumkan utilitasnya tanpa takut adanya akuisisi dari perusahaan lain. ensen 1976 menyatakan penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana financing decision dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh diinvestasikan. Dalam aktivitas pencarian dana, manajemen menginginkan untuk mencari sumber pendanaan dengan biaya sekecil mungkin sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dana yang diperoleh, manajer cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya pada proyek dengan resiko rendah, tetapi investor cenderung untuk memilih proyek dengan resiko tinggi karena resiko yang tinggi mencerminkan return Masalah keagenan bisa terjadi karena adanya yang akan diperoleh juga tinggi. Asymmetric information antara pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh pihak lain, informasi ini sangat dibutuhkan terutama pada pasar modal dengan efisiensi kuat. Berbagai cara dapat dilakukan oleh manajer untuk memiliki informasi lebih dibanding investor, akibatnya investor tidak yakin terhadap kualitas perusahaan dan tidak mau membeli saham perusahaan sehingga harga saham perusahaan menjadi turun. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu Universitas Sumatera Utara mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Namun dengan munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan memunculkan biaya yang disebut agency cost. Anderson 2002 mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Hasil penelitian Arifin 2005 menunjukkan bahwa perusahaan publik di Indonesia yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, biaya agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan laba yang oportunis dapat dibatasi. Pengendalian yang lebih efisien dalam kepemilikan keluarga tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan konglomerasi seperti yang banyak terdapat di Indonesia. Untuk perusahaan konglomerasi, biasanya sebagian besar kekayaan pemilik tidak berada di satu perusahaan, tetapi tersebar di berbagai perusahaan. Jika hanya sedikit kekayaan pemilik yang berada di perusahaan yang go public, maka walaupun perusahaan go public tersebut dikendalikan keluarga, tetapi pengelolaan laba yang Biaya keagenan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi kinerja manajemen menjadi beban bagi perusahaan sehingga akan mengurangi laba yang dihasilkan yang berakibat pada penurunan nilai perusahaan. Oleh karena itu adanya konflik agensi ini harus di minimalisasi dengan berbagai strategi agar nilai perusahaan tinggi. Universitas Sumatera Utara oportunistik mungkin justru tinggi. Kemungkinannya karena perusahaan yang go public tersebut hanya dijadikan sebagai sarana untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk digunakan oleh kelompok perusahaannya di Indonesia.

2.1.6. Kaitan Komite Audit tehadap Manajemen Laba

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan dengan Profabilitas sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013

0 23 85

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA (Studi Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba (Studi Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANAJEMEN LABA (Studi Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba (Studi Perusahaan Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).

0 5 19

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Dengan Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia

0 1 16

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9